Aldebaran tiba di depan sebuah bangunan kafe dengan diantar oleh driver yang menjadi salah satu fasilitas penginapannya. Kafe itu tidak terlihat begitu besar, hanya terdiri dari dua lantai saja dengan berbagai tulisan kanji yang terdapat pada beberapa pajangannya. Kafe itu terletak di pusat kota Zurich dengan jarak tempuh sekitar 20 menit dari tempat penginapannya. Aldebaran datang kesana untuk menemui seseorang yang sudah membuat janji dengannya.
Hari itu adalah hari keempat mereka berada di Swiss. Menurut jadwalnya, esok sudah waktunya mereka untuk pulang ke Indonesia. Padahal menurut list rencana mereka sebelumnya mereka juga akan bertandang ke Roma, Italia. Namun karena ada beberapa masalah terkait administrasi, mereka pun memutuskan untuk membatalkannya. Dan lagi mereka rasa waktu untuk berkunjung kesana pun cukup sempit, sebab pekerjaan mereka masing-masing telah menanti begitu waktu dua minggu untuk bulan madu berakhir.
Aldebaran datang sendirian ke kafe itu karena Andin memilih untuk tidak ikut. Wanita itu memilih untuk tinggal di penginapan saja ditemani oleh seorang cheff perempuan sambil belajar membuat berbagai masakan khas Eropa, terutama menu masakan khas Swiss yang unik. Selain itu, Andin juga ingin membiarkan sang suami untuk fokus membahas perihal masalah perusahaannya dengan seseorang yang akan ia temui.
"Kamu yakin nggak mau ikut?" Tanya Aldebaran sambil memperhatikan sang istri yang sibuk membantunya memakai mantel panjang untuk melindungi diri dari suhu dingin di kota tersebut.
"Iya, nggak apa-apa kan?"
"Nggak apa-apa, sih. Tapi kamu disini sama siapa? Saya nggak tenang kalau harus meninggalkan kamu sendirian." Ungkap Aldebaran.
"Di area penginapan ini kan kita nggak sendirian, Mas. Banyak kok tetangga yang lain. Dan lagipula aku sudah janjian sama Cheff Agatha untuk belajar masak makanan khas Eropa selama kamu pergi. So, aku nggak sendirian disini." Kata Andin tersenyum, lebar seraya merapikan kerah mantel sang suami.
"Kalau aku ikut kamu, aku mau ngapain juga? Pasti aku akan cepat bosan." Timpal Andin membuat Aldebaran terkekeh.
"Yaudah, kalau memang itu mau kamu. Tapi ingat kalau ada apa-apa, cepat kabari saya, ya." Tangan pria itu menyentuh puncak kepala sang istri seraya sedikit mengacaknya dengan rasa sayang.
"Iya, suamiku." Balas Andin dengan nada manjanya, lalu memeluk tubuh Aldebaran.
"Jangan lama-lama tapi, ya. Nanti aku keburu kangen." Aldebaran tertawa kecil.
"Baik, tuan putri. Begitu saya pulang kita jalan-jalan lagi, ya."
"No. Begitu kamu pulang, kamu harus istirahat dulu. Kita jalan-jalannya nanti malam saja." Kata Andin.
"Nggak apa-apa?" Tanya Aldebaran.
"Nggak apa-apa. Pas pulang nanti kamu pasti capek, soalnya suhu di luar lagi dingin banget, kan. Aku nggak mau kamu sampai sakit." Aldebaran tersenyum simpul mendengar perhatian istrinya itu.
"Oke, saya nurut apa kata kamu." Balas Aldebaran.
Begitulah obrolannya dengan sang istri sebelum ia berangkat menuju ke kafe tersebut. Kini Aldebaran baru saja memasuki area kafe sambil mengedarkan pandangannya kepada para pengunjung kafe tersebut. Apakah orang yang akan bertemu dengannya sudah sampai? Gumamnya dalam hati.
"Pak Aldebaran?" Suara seseorang tiba-tiba mengagetkannya. Ia menoleh dan melihat seorang pria berkacamata minus sudah ada di belakangnya.
"Ya?"
"Dengan Pak Aldebaran, kan?"
"Iya, benar. Anda siapa?" Kening Aldebaran mengerut saat mendapati seseorang yang mengenalnya. Padahal seingatnya jika melihat pada profil yang dikirim oleh Frans melalui emailnya, orang itu bukan orang yang akan ia temui.
YOU ARE READING
Forever After Season 2 (LOVEBIRD)
RomanceSetelah cinta mereka dirajut oleh sebuah ikatan suci pernikahan, maka kebahagiaan yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya akan terjadi, seakan terus mengalir setiap hari, setiap saat, bahkan setiap detik saat Aldebaran dan Andin selalu bersama...