Holaaa!! Akhirnya ketemu lagii, hihi.
Sebagai pembuka setelah sekian lama, nggak usah panjang-panjang kali yaa wkwk.
CEKIDOOTTT!
___________________________
Hari demi hari berlalu. Setiap malam yang dingin, di rumah keluarga Mahendra itu terlewati dengan suasana hangat dan ceria sejak cucu pertama di keluarga itu lahir ke dunia. Penerus darah dari seorang Aldebaran itu seolah menjadi penjeda yang dirindu diantara segala kesibukan mereka masing-masing.
Selain Andin, kini kehadiran Elzio menjadi penambah bahagia dan penyubur semangat bagi Aldebaran dalam melewati setiap harinya. Ia selalu enggan untuk berangkat bekerja kala pagi dan ingin buru-buru pulang jika menjelang sore hari. Hal itu juga dirasakan oleh sang kakek, Damar. Maklum saja, Elzio adalah cucu pertamanya. Bahkan Roy pun kadangkala menjadi sosok Om yang sangat bersemangat ingin menemui keponakan mungilnya itu.
"Dududuu... Anak papa laper ya?" Kata Aldebaran yang memasuki sebuah kamar dengan hiasan ala-ala bayi lengkap dengan box bayi di sana. Ia duduk di samping sang istri yang tampak sedang menyusui Elzio.
"Iya, Papa. Papa laper nggak?" Sahut Andin, seakan-akan ia adalah Elzio. Aldebaran terkekeh.
"Papa laper, mau makan mama kamu." Sahut Aldebaran membuat Andin refleks mencubit paha pria itu.
"Ihh, genit!" Celetuk Andin membuat Aldebaran tertawa.
"Gimana persiapan acara akikah El? Kamu kerepotan nggak?" Tanya Aldebaran sambil mengelus rambut belakang wanitanya.
"Nggak, aku malah senang bisa mengurusnya langsung. Lagian kan dibantu sama mama juga." Senyuman Aldebaran kian mengembang saat mendapati keantusiasan sang istri.
"Syukurlah. Kapanpun kamu merasa capek atau repot, kamu tinggal bilang ke saya, ya."
"Iya, Mas, aman. Pokoknya kamu fokus sama kerjaan kamu saja. Soal acara buat El, biar aku sama mama yang handel, kamu nggak usah ikut campur." Aldebaran kembali terkekeh.
"Kamu lihat, Nak, mama kamu kelihatan senang sekali. Papa jadi ikut senang melihatnya."
"Harus dong." Andin sumringah.
"Nggak terasa ya, El sudah hampir dua minggu ada di tengah-tengah kita." Ujar Aldebaran sambil mengusap pipi putra kecilnya yang sedikit kemerahan.
"17 hari, Mas." Andin meralat.
"Iya, itu maksudnya."
"Mana ada, kamu bilang tadi hampir dua minggu. 17 hari itu bukan hampir lagi, tapi sudah lewat dari dua minggu. Ya kan sayang, ya." Andin yang merasa gemas nampak menggigit-gigit kecil tangan mungil Elzio yang masih sibuk menyusu.
"Memang iya, ya?" Aldebaran tertawa gemas dan ikut mencium pipi Elzio. Setelah menciumi bayinya itu, Aldebaran kembali melihat pada Andin dan mengusap rambut istrinya itu dengan lembut.
"Besok mau nggak jalan-jalan?" Tanya Aldebaran, tiba-tiba. Hal itu membuat dahi Andin seketika mengerut, heran.
"Kok tiba-tiba kepikiran jalan-jalan?"
"Ya nggak papa. Saya cuma mikirin kamu aja, kamu pasti capek beberapa minggu ini hanya di rumah dan ngurusin El. Saya nggak mau kamu jadi stres sendiri nantinya." Kata Aldebaran membuat Andin tersenyum paham melihatnya.
"Maaf ya, sejauh ini saya mungkin nggak bisa banyak bantuin kamu ngurusin El, tapi saya akan selalu ada dan siap jadi sandaran kamu kapanpun kamu perlu. Kalau badan kamu capek, kamu bilang ke saya. Saya bisa kok mijit. Kalau hati kamu yang capek, saya akan selalu bersedia peluk kamu, dan kamu boleh nangis kapanpun itu. Atau kalau kamu mau pergi ke suatu tempat, saya siap menemani kemana pun." Ujar Aldebaran dengan tatapan tulusnya pada wanita di hadapannya tersebut. andin tertawa kecil mendengarnya.
YOU ARE READING
Forever After Season 2 (LOVEBIRD)
RomanceSetelah cinta mereka dirajut oleh sebuah ikatan suci pernikahan, maka kebahagiaan yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya akan terjadi, seakan terus mengalir setiap hari, setiap saat, bahkan setiap detik saat Aldebaran dan Andin selalu bersama...