Bab 3 - Merpati Putih

22 4 5
                                    

Barisan para siswa berseragam putih dengan kerah merah kebawahan pangsi hitam mulai memeragakan sebuah gerakan pernapasan yang disebut napas garuda. Dari anggota yang masih mengenakan ikat pinggang putih, merah tanpa lambang Merpati Putih, merah berlambang, merah dengan garis merah berkumpul di sana dibersamai para pelatih. Dalam latihan ini dibuka dengan latihan pernapasan garuda seperti biasanya, setiap individu akan duduk bersila sambil menutup mata seraya membuang napasnya dalam-dalam, sebanyak yang ia mampu, saat membungkukkan tubuhnya antara ujung kaki juga tanah.

Buang napas. Suara desis keluar dari mulut Nasta, di antara sela-sela gigi dan bibir yang terkatup. Tanpa harus dikomandoi lagi, remaja laki-laki itu sudah siap. Jelas, statusnya sebagai anak Dasar 2 sudah cukup banyak punya pengalaman. Nasta aktif di Merpati Putih sejak kelas tiga SMP. Sebetulnya sejak kecil ia sudah akrab dengan bela diri Pencak Silat.

Namun, di SMP ia baru menekuni Merpati Putih karena papanya yang meminta langsung, dan sang papa juga yang menitipkan Nasta langsung di tangan Mas Syawal, pelatih utama Merpati Putih di sekolahnya ini. Meskipun saat itu statusnya bukan siswa sekolah sini. Hingga akhirnya Nasta memutuskan untuk sekolah di sini saja, karena kepalang nyaman dan kenal dengan para penjaganya.

Nasta menarik lurus punggung membungkuk, setelah mengembuskan seluruh napas dari celah-celah gigi. Nasta menarik tubuh tegak kembali, mendorong tangan ke depan dada secara lurus juga sambil berusaha mengejangkan semua inti tubuh untuk menyalurkan setiap getaran yang muncul dari dalam inti tubuhnya. Nasta menarik ke samping kedua tangannya masih dalam posisi kejang yang membuat semua energi berkumpul pada kedua lengan dan dada. Semakin erat pula mata dan bibirnya terkatup.

“Mas Nasta, rata-rata air!” teriak seorang pria dari tepi lapangan saat melihat lengan Nasta sedikit lebih turun dari posisi pundaknya. Mendengar hal itu, di antara konsennya yang sudah nyaris sempurna, Nasta mengangkat lengan hingga terasa sejajar bahunya.

Semua anak silih berganti membuang napas, tetapi hampir enam puluh detik Nasta masih pada posisi tangan rata-rata air lengkap getaran yang masih bertenaga. Beberapa anak kembali melakukan pernapasan garuda, tetapi tak sedikit juga yang lainnya memilih untuk menikmati pemandangan indah. Di mana mereka mampu melihat wajah Nasta tanpa harus sembunyi-sembunyi. Wajah berbentuk oval agaknya tirus, hidung mancung bangir, kulit putih kemerahan, rambut hitam lebat berpotongan ala curtain hair agaknya messy. Mereka hanyut menyaksikan kegantengan bintang sekolah secara bebas itu dalam keadaan bare face tanpa senyum maut—senyuman dengan gingsul tunggal di sebelah kanan deretan gigi kelincinya.

“Konsentrasi!” ujar pria di sisi lapangan.

Beberapa anak berbisik-bisik, mereka memuji bagaimana Nasta tampil prima dalam setiap latihan. Namun, kali ini jauh lebih prima dari latihan lainnya. Ia tampak setenang air, bibir kemerahannya yang tipis terkatup rapat. Pemilik paru-paru baja itu terlihat semakin larut dalam pernapasan garuda. Iya, semakin diresapi, semakin konsentrasi, semua beban dalam tubuh tentulah sirna. Begitu yang dirasakan hampir semua anak-anak, tak terkecuali Nasta. Dua menit berlalu, Nasta menyelesaikan napas garuda. Namun, ia masih pada duduk bersila tanpa membuka mata.

“Siap! Semuanya bersiap! Mas Nasta juga!” teriak pria di tepi lapangan. Pak Syawal, atau biasa disapa Mas Syawal oleh murid-muridnya.

Merpati Putih secara sederhananya dapat diartikan ‘Mencari sampai mendapat kebenaran dengan ketenangan’ atau dalam Bahasa Jawa bertuliskan ‘Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening’ yang kemudian disingkat dalam kata Merpati Putih. Dalam bela diri ini diajarkan beberapa materi ilmu, dari mulai sikap dasar yang terdiri dari sikap sempurna, sikap hormat; posisi siap, tata cara duduk; ilmu pernapasan, getaran, teknik bela diri seni-tarung, pengarahan gerak, dan beberapa teknik pukulan, tendangan, kuda-kuda dari mulai kuda-kuda tengah sedang, kuda-kuda rendah, serta lainnya. Bela diri tangan kosong yang sudah berdiri sekitar lima puluh tujuh tahun sejak 1963 ini banyak melahirkan atlet-atlet hebat. Salah satunya Nasta, atlet kebanggaan sekolah.

[TERBIT] A Letter from Nasta ✔ | [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang