Bab 7 - Melebur Raga

13 2 3
                                    

Jika dunia ini bising, mungking isi kepalanya lebih bising. Panggilan untuk bunuh diri selalu hadir. Mengadu pilu, mengajak simpati berdiskusi agar lebih peduli pada diri sendiri, rayunya. Namun, desakan untuk mengakhiri hidup dan menyulap rasa sengsara menjadi bahagia selalu hadir, mendominasi. Nasta berdiri di bawah guyuran hujan, berharap ia akan demam saat tiba di rumah nanti. Dengan begitu mungkin ia akan diizinkan untuk tidak latihan terakhir sebelum ulangan. Bahkan Nasta berharap dalam doanya, kalau ia sakit … ia juga bisa istirahat tidak belajar. Karena persetan dengan belajar, menambah kegilaan saja.

Hujan semakin menenggelamkan Nasta di bawah langit Dago yang biru keunguan. Pekat aroma tanah lembab berbaur udara tipis membuat Nasta hilangan cukup banyak napasnya. Sesak mencekik toraknya, bersimpuh di tengah rapatnya pohon-pohon tua di atas jembatan gantung berbahan kayu. Nasta tidak ingin pulang meski waktu saat ini sudah pukul setengah tiga sore, dan ia juga tidak mengabari kedua orang tuanya kalau saat ini latihan ditunda, tak ada jam tambahan di luar kelas.

Nasta juga berpikir kalau ia tak akan pulang dalam keadaan basah kuyup. Namun, ia harus bergegas sebelum taman jembatan ini ditutup petugas sesuai jam operasionalnya. Nasta berjalan tertatih-tatih keluar dari jembatan tersebut. Sesak butakan matanya, bahkan membuatnya kehilangan arah. Entah jalan apa yang akan ditempuhnya, menikmati sisa waktu yang ada atau kembali untuk menyelamatkan masa depannya. Setelah dipikir dengan pikiran tidak jerninya, Nasta pikir sakit hanya akan membuatnya lebih sakit.

Nasta berteriak sekuat tenaga, ia pun kembali bersimpuh di ujung jembatan gantung tersebut. “Aku mengutuk hujan sore ini. Kuharap kau turun lebih deras! Tenggelamkan aku, tenggelamkan rasa sedihku. Hanya kau yang mampu menyelaraskan tangisku dengan senandungmu. Kuharap dunia berubah saat kau reda!” rintihnya sambil memeluk tubuh kuyup yang terasa begitu kurus dan menggigil.

Nasta tertatih-tatih dalam setiap langkahnya, keluar dari kawasan taman hutan kota tersebut. Ia tidak berniat untuk naik kendaraan apa pun. Ia ingin menikmati waktu kaburnya hari ini bersama call of the void-nya yang terus mencaci, berteriak di dalam kepala. Katanya, jatuhkan tubuhmu ke jalan, jatuhkan, jatuhkan, maka semua rasa sakitmu akan tertinggal di sana, bersama tubuhmu, bersama genangan darahmu.

“Persetan denganku, tersenyumlah sampai di rumah nanti!” lirih Nasta dengan iba yang sudah tak bisa lagi antara hujan atau tangisnya.

Nyaris dua jam ia habiskan untuk berjalan kaki tanpa hasrat ingin pulang sebetulnya. Namun, luntang-lantung tidak jelas juga untuk apa, Nasta pikir demikian. Remaja laki-laki itu membuka gerbang rumahnya. Suara pintu diketuk cukup lama, Nasta tidak menyangka kalau pulang ke rumah ternyata tidak langsung disambut oleh ibunya.

“Mama? Mama? Di rumah ada orang?” teriak Nasta masih mengetuk-ngetuk pintu rumahnya dengan sekuat tenaga. Dari arah gerbang terdengar suara klakson mobil yang membuat telinga Nasta sakit luar biasa. Remaja laki-laki itu menoleh.

Mobil biru tua memasuki pekarangan rumah, pagar yang terbuka otomatis dengan mengandalkan sensorik terhadap getaran yang tercipta dari ban mobil membuat Nasta tidak perlu repot membukanya. Tampak sepasang heels berwarna putih gading mendarat di tanah. Payung berwarna marun dengan ukiran bunga anggrek putih terbuka di depan pintu mobil. Nasta hanya memandang rendah bagaimana sang mama keluar dari mobil biru pemberian Jagawana saat wanita itu berulang tahun ke tiga puluh tujuh.

Derap langkah anggun Miswari di atas sepatu hak tinggi super runcing itu membuat Nasta sedikit ciut. Pasalnya, ia kuyup dan buku di dalam tasnya juga kuyup tidak akan salah lagi. Namun, sebisa mungkin Nasta tetap tenang. Ia hanya ingin cepat-cepat merebahkan tubuhnya di panjang. Kalau tegang sekarang, bisa-bisa sosok bernama Jagawana Jentara itu menghubungi seluruh pasukan Merpati Putih di sekolah. Mampus!

[TERBIT] A Letter from Nasta ✔ | [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang