Alunan musik dari kecapi sunda memenuhi seisi ruangan yang didominasi kayu jati. Seorang gadis tengah duduk di depan sebuah kandang putih sebesar televisi tabung. Gadis itu menjentik-jentik jari tengah dan jempolnya di depan pintu kandang tersebut. Setelah beberapa lama, ia melenguh pelan.
"Ayah, sepertinya Zelo tidak mau keluar kandang!" ujar gadis itu sambil bangkit dari duduknya.
Seorang pria paruh baya keluar dari sebuah ruangan sambil membawa sangkar berisi burung kenari kecil berwarna oranye dengan highlight putih gading. Pria itu tersenyum dengan tatapan mata berbinar cerah. "Kucingnya baru datang tadi pagi, belum kenal bau badanmu, Nai."
Nais Agnimaya Puspadiana, gadis enam belas tahun yang berdiri dengan bibir cemberut itu mendesis. "Dulu Biko langsung akrab padaku," katanya dengan tatapan meremehkan.
"Itu Biko, beda kucing, beda jiwa, beda juga cara dia beradaptasi. Sama kayak manusia, ada yang langsung akrab saat kenalan ada pula yang tidak," jawab pria paruh baya itu sambil mengeluarkan burung kenari dari sangkar bertengger di tangannya.
"Ayah, apa kuda yang kita simpan di Lembang masih kenal aku? Kan, sudah hampir lima tahun tidak kita tengok karena Ayah selalu sibuk." Nais menatap dengan pandangan cemerlang. Senyuman gadis itu melengkung dengan sempurna.
"Kenal mungkin," sahutnya tertawa renyah. Setradji Kalingga, pria itu melengos dari ruangan tersebut. Ia melengos ke pekarangan rumahnya yang didominasi oleh tumbuhan obat tradisional, bunga-bunga hias warna-warni, kerajinan tangan berbahan kayu dan tembikar juga kolam air dari potok bambu. Setra-panggilannya, ia meninggalkan Nais si putri semata wayangnya di ruangan sederhana berdinding kayu, tempat hewan-hewan peliharaan tinggal dan dirawat, tempat bermain Nais yang letaknya bersebelahan dengan garasi.
Aroma mewangi dari cengkeh dan sereh membuat Nais rileks, gadis itu membaringkan tubuhnya di atas tikar mengkuang. Menikmati keindahan langit Bandung lengkap beserta anginnya yang sepoi di gazebo. Terlihat seorang wanita paruh baya berjalan dari arah dapur membawa nampan berisi piring beralaskan daun pisang, dua cangkir berbahan bambu di sampingnya. Wanita itu melirik Nais, ia tersenyum sambil menyuguhkan nampan di atas tikar.
"Ayah, tehnya sudah siap!" tutur wanita itu dengan anggun. Aundari Ranggita, wanita itu duduk di sebelah Nais sambil menunggu sang suami menghampiri gazebo.
"Bunda, aku ingin les bahasa, soalnya mulok di sekolah, kan, Bahasa Jepang, boleh, ya?" tanya Nais dengan bibir manyun-manyun merajuk.
"Les Bahasa Jepang? Kenapa harus les, kalau dengan nonton anime bisa? Jangan buang-buang uang dan waktu. Kalau les, nanti waktu mainmu berkurang, mau memangnya? Biko, Kurku, dan Zelo mau diapakan?"
"Ya, kan ...." Nais cengengesan.
"Sudah, sudah, jangan ambil ribetnya. Kemampuan berbahasa itu diasah, Sayang, bukan hanya les. Pada kenyataannya, kecakapan kamu yang akan dipakai di dunia nyata," kata Aundari menepuk-nepuk pipi Nais lalu mencubitnya dengan manja.
"Bilang saja tidak mau mengeluarkan uang lainnya," cibir Nais yang lalu meneguk teh hangat dalam gelas bambu sekali teguk.
"Kan, di sekolah kamu juga ada klub bahasa. Masuk sana aja, Nai. Lebih hemat, bukan?" ucap Aundari dengan senyum bijak.
"Tapi Nais sudah masuk klub pecinta hewan, Bun. Masa dua-dua gitu klubnya," protes Nais masih beragumen saja.
"Ya sudah, nanti bilang ayahmu. Uangnya, kan, selalu ayahmu yang pegang. Bunda hanya ketitipan." Wanita itu tersenyum dengan lebar, matanya berbinar cemerlang.
"Hah, malas. Jawabannya pasti tidak." Nais meniupkan bibirnya hingga terciptalah cipratan hujan lokal.
"Itu paham. Uang orang tuamu, kan, bukan hanya untuk les atau biaya sekolah kamu saja. Pengeluaran kita, kan, banyak, Sayang. Percayalah orang sukses tidak hanya belajar dari buku, mereka juga belajar dari mulut dan pengalaman orang. Maka dari itu carilah orang-orang pandai di sekelilingmu." Aundari membelai lembut pusat kepala Nais.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TERBIT] A Letter from Nasta ✔ | [Selesai]
Ficção AdolescenteBeberapa bab unpublish untuk kepentingan terbit. Sedang dalam masa PRE-ORDER. Pemesanan bisa kamu akses di Instagram @cv_rexmedia. Pre-order dimulai dari 20 Juni sampai 5 Juli 2024. Salah satu dari 3 Novel Nulis Maraton Rex Publishing 2023 bertema "...