Selepas shalat Magrib, Jati menenangkan diri di teras. Sejak kemarin kecamuk dalam dadanya belum sepenuhnya reda. Terlebih setelah menemani Cendana membagikan pakaian bekas Cakka tadi sore di panti asuhan. Ketika usahanya membuat Cendana berdamai dengan kenyataan perlahan-lahan membuahkan hasil, ia malah mendapati dirinya jatuh ke titik yang lebih dalam. Rasa bersalah yang bercokol di hatinya, kini lebih besar dari sebelumnya. Akan ada banyak perubahan jika Jati ingin melepaskan semuanya. Entah kenapa, cowok hitam manis itu merasa tidak siap. Di sisi lain, ia tidak mungkin terus-terusan seperti ini.
Jati kembali memandangi dengan frustrasi koran bekas yang tergenggam lemah di tangan kanannya, memaksakan membaca lagi berita kericuhan konser musik yang menelan korban jiwa beberapa bulan yang lalu. Teriakan perempuan itu, kebengisan lelaki berpakaian hitam itu, serta ketidakberdayaan anak itu, kembali berlompatan di benak Jati.
🍁🍁🍁
Assalamualaikum.
Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan kelanjutan hubungan Jati dan Cendana, silakan baca di:
* KBM App
* KaryaKarsaDi semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.
Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.
Aku tunggu di sana.
Makasih.
Salam santun 😊🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Jati dan Cendana
General Fiction"Impianku sesederhana pucuk yang terus tumbuh di bawah rangkulan mentari pagi. Aku hanya ingin berada di samping orang yang kusayangi." --Cendana "Impianku sesederhana hati yang mendadak tentram saat musik mengalun. Aku hanya ingin bahagia maupun se...