"Kami harap, kamu bisa sedikit lebih dewasa."
Pandangan jati ke arah Kenanga melarikan tangisnya terputus oleh suara tadi, bersamaan jatuhnya tepukan di pundaknya. Jati menoleh, mendapati ketiga rekannya, Sofyan, Wahyu, dan Saddang.
"Kenanga sudah banyak bantuin kita. Tanpa dia, jalan mimpi kita takkan semulus ini."
Sudah sering Jati mendengar kalimat itu dari teman-temannya, dan sejujurnya ia tidak suka. Lebih dewasa apa yang mereka maksud? Membalas perasaan Kenanga? Bukankah pura-pura cinta justru lebih kekanak-kanakan? Hal inilah yang terkadang membuat Jati berpikir ulang. Ia tidak bisa selamanya pura-pura bodoh. Ia paham, Kenanga melakukan semua ini karena gadis itu menyukainya. Bukannya tidak pernah mencoba, tapi perasaan Jati ke gadis itu memang belum bisa lebih. Ini kaitannya dengan sekuntum rasa yang butuh mekar dengan sendirinya, bukan dipaksakan dengan alat apa pun. Jati hanya tidak ingin membuat gadis itu lebih sakit nantinya. Di sisi lain ia tidak boleh egois. Ia harus memikirkan teman-temannya. Satu hal yang tidak bisa dipungkiri, peran Kenanga untuk band mereka sudah telanjur jauh.
🍁🍁🍁
Assalamualaikum.
Mohon maaf sebelumnya, di Wattpad bab 11 dan seterusnya hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan kelanjutan hubungan Jati dan Cendana, silakan baca di:
* KBM App
* KaryaKarsaDi semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.
Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.
Aku tunggu di sana.
Makasih.
Salam santun 😊🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Jati dan Cendana
General Fiction"Impianku sesederhana pucuk yang terus tumbuh di bawah rangkulan mentari pagi. Aku hanya ingin berada di samping orang yang kusayangi." --Cendana "Impianku sesederhana hati yang mendadak tentram saat musik mengalun. Aku hanya ingin bahagia maupun se...