(16) "PAPAH THE BEST"

3 1 0
                                    

saat ini aku sedang berada dikelas. untuk pertandingan turnamen final sebenarnya sudah dilaksanakan sedari kemarin, aku tidak menceritakan nya karena memang tidak ada yang menarik saat pertandingan itu. semua sama saja, aku tetap tidak diizinkan untuk menyemangati Dernan. Dernan yang melarangku. pertandingan itu juga mengalami kekalahan, padahal tinggal selangkah lagi SMA ku bisa memeluk piala itu.

saat ini pelajaran bahasa Indonesia tengah berlangsung. bu Lisa selaku guru mapel tersebut memberikan sebuah tugas untuk kelompok. bu Lisa yang membagikan anggota kelompok beranggotakan 3 orang. aku satu kelompok dengan Abi dan Dera. masih ingat Abi? dia juga mengikuti lomba futsal saat classmeet waktu itu. Dera? dia salah satu teman sekelasku, dia sedikit pendiam dan jarang berinteraksi dengan orang-orang.

"baik, sekarang tolong duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing" setelah mendengar perintah dari Bu Lisa. aku dan Dera menuju ke bangku Abi yang ada di belakang. aku mulai mendudukkan diri ke salah satu kursi yang ada disana.

Dernan dia satu kelompok dengan Lingga. hanya Lingga. karena murid dikelasku berjumlah 35, jadi mau tidak mau Dernan satu kelompok dengan Lingga saja.

"sekarang kerjakan halaman 99, nanti dikumpulkan" perintah dari bu Lisa langsung diiyakan oleh satu kelas.

aku, Abi dan Dera pun mulai membagi tugas. ada yang membaca soal, mencari jawaban, dan menulis jawaban pada selembar kertas. Abi yang bertugas mencari jawaban, Dera yang bertugas membaca soal, dan aku yang menulis jawaban pada selembar kertas.

"Bi, bukannya nomor satu jawabannya ini?" tanyaku pada Abi sembari menunjukkan sebuah kalimat yang ada pada buku. karena saat aku mulai menuliskan jawaban, jawaban itu sepertinya tidak cocok.

Abi pun mencoba membaca kalimat yang aku tunjukkan tadi.

"oh iya deng" jawab Abi sembari tertawa kecil.

"lo juga gimana sih Bi" aku juga ikut tertawa kecil.

"yaudah itu aja jawabannya, tulis gih" suruh Abi padaku setelah itu, aku pun mulai menulis jawaban nya pada selembar kertas. aku melirik Dernan yang juga sibuk dengan buku ditangannya. melihat itu, aku pun kembali fokus untuk berkelompok. tanpa ku sadari ternyata Dernan memperhatikanku.

setelah bermenit-menit, aku, Abi dan Dera mengerjakan tugas itu, akhirnya tugas itu selesai juga. Abi mulai mengumpulkan tugas tersebut ke meja guru. setelah berasa selesai, aku pun kembali menuju ke bangkuku sendiri.

hari ini, aku belum ada komunikasi sama sekali dengan Dernan. bahkan Dernan saja seperti enggan menatapku.

Saat pulang sekolah

saat pelajaran telah selesai dan waktunya untuk pulang, aku memutuskan untuk menuju ke parkiran. sesampainya disana aku melihat Dernan dan Bryan sedang mengobrol asik. aku tidak mempedulikan itu, toh Dernan juga tidak mempedulikan ku. aku pun mulai mengambil motor, mengenakan helm dan mulai menancap gas keluar dari parkiran.

entah kenapa saat ini cuaca benar-benar tidak mendukung. sedari tadi pagi, awan sangatlah gelap. sepertinya sebentar lagi hujan akan turun.

disepanjang perjalanan pikiranku berkecamuk pada Dernan. jika dia memilih untuk berubah, lantas mengapa dia tidak membuktikannya. bahkan dia saja tidak melirikku tadi. entah apa yang ada dipikiran Dernan, hingga dia bersikap seperti itu padaku.

dan benar saja hujan tiba-tiba turun dengan sangat deras. aku yang memang sedari kecil takut akan hujan pun memilih untuk meneduh di minimarket yang beberapa hari sempat ku datangi untuk membeli cemilan. aku takut akan hujan bukan karena apa, aku takut karena disaat aku kehujanan, aku pasti akan jatuh sakit.

aku meneduh di minimarket itu, banyak juga pelajar seperti ku yang memilih meneduh disana. aku pun memasuki minimarket untuk membeli minuman karena tenggorokan ku benar-benar kering. selesai mengambil minuman, aku pun mulai membayar dan keluar dari minimarket.

EGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang