(12) "KARENA JARINGAN"

3 0 0
                                    

"kalian tau kesalahan kalian apa?" tanya guru BK itu pada kami bertiga.

Wandra dia duduk dengan tenang sambil sesekali meringis karena pukulan yang diberikan oleh Dernan tadi. Dernan, dia masih diam dengan menatap lurus kedepan, Dernan hari ini mood nya benar-benar berantakan. sedangkan aku? aku bingung harus berbicara apa, dan aku juga bingung disini aku harus apa.

"disini saya yang salah bu" Dernan mengakuinya dengan lantang.

"ya, kamu yang salah" balas bu Reina dengan tegas.

"tadi ibu sudah dapat penjelasan dari Wandra. kalau Wandra itu suka sama kamu Fayna, tapi posisinya kamu sudah jadi pacarnya Dernan. betul?" tanya bu Reina padaku.

"iya bu" jawabku.

"dan katanya Wandra ini menyukai kamu sudah lama bahkan sebelum kamu pacaran dengan Dernan, tapi dia baru berani mengungkapkannya" penjelasan dari bu Reina ku dengarkan dengan seksama.

"disini menurut ibu yang salah itu kamu Dernan" bu Reina beralih menatap Dernan yang menunduk dengan tangan yang mengepal. emosi Dernan pasti sedang meningkat, pikirku.

"apa salah nya Wandra menyukai Fayna yang notabenenya pacar kamu? dia hanya menyukai dan tidak berniat untuk merebut Fayna. kamu terlalu posesif dengan Fayna, Dernan" setelah mengucapkan itu, Dernan menatap bu Reina. dapat ku lihat, itu tatapan yang sama saat Dernan menghajar Wandra tadi.

"saya sudah meminta maaf pada Wandra, apa itu masih kurang?" pertanyaan itu keluar dari mulut Dernan. takut, aku takut jika Dernan terbawa emosi dan berakhir seperti tadi. tapi aku yakin, Dernan bisa membatasinya.

"dia sudah babak belur seperti ini, apa dengan maafmu bisa mengobati lukanya?" tanya Bu Reina membuat Dernan semakin mengepalkan tangannya.

"lalu saya harus apa?" tanya Dernan dengan penuh tekanan.

"tanggung jawab dengan mengobatinya" jawab Bu Reina.

"s-saya sudah sembuh kok bu" ucap Wandra. Wandra tau, Dernan tidak mungkin mau menerima suruhan Bu Reina itu. Wandra takut jika Dernan semakin koar-koar.

"lihat lukamu itu Wandra" kata bu Reina pada Wandra.

"saya tidak apa-apa bu, sebentar lagi juga akan sembuh" perkataan dari Wandra membuat bu Reina menghela nafas kasar.

"yasudah, Dernan minta maaf pada Wandra sekarang" suruh bu Reina.

"tadi sudah bu" ucap Dernan.

"benar Wandra?" tanya bu Reina, dan dijawab anggukan oleh Wandra.

"baik. sekarang kembali kekelas masing-masing. dan jangan diulangi lagi" final Bu Reina. kita bertiga pun memilih untuk keluar dari ruangan itu. Wandra melangkah menuju ke kelasnya, sementara aku dan Dernan pun juga begitu.

"ay" panggilku pada Dernan disela perjalanan.

"hm?"

"jaga emosi kamu ya, aku gak mau hal ini keulang lagi"

"oke" jawab Dernan. meskipun dia menjawab seperti itu, tapi aku bisa melihat sorotan Dernan masih tajam. dia sepertinya masih belum bisa menetralkan emosinya.

EGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang