Sepulang sekolah
"bang yuma. masih disini?" tanyaku saat baru saja melangkah masuk ke dalam rumah dan melihat bang Yuma dengan santainya duduk di sofa sambil menonton tv, tak lupa cemilan yang senantiasa ada di pelukannya.
"masih dong. bang yuma kan nungguin princess pulang" jawaban dari bang Yuma membuatku memutar bola mata malas. sedangkan dia cekikikan sendiri.
malas menanggapi celotehan dari bang Yuma, aku pun melangkah menuju ke kamarku. menaruh tas dengan kasar dan membanting diri di kasur. aku menatap langit-langit kamarku. dan lagi-lagi pikiranku tertuju pada DERNAN DIRGANTARA.
"gak. masa gue sedih gara-gara cinta sih?" oke. sebenarnya saat ini aku memang sedang sedih, tapi seolah-olah diriku juga menolak rasa sedih itu.
aku menggelengkan kepalaku tanda tak percaya bahwa aku menangis hanya karena lelaki. tapi kalau dipikir-pikir siapa yang tidak menangis jika diposisi itu? okey, sepertinya aku sedikit lebay.
untuk melupakan rasa sedih itu, aku memutuskan untuk mengganti seragamku dengan kaos oblong, tak lupa celana pendek yang senantiasa ku pakai.
setelah selesai dengan kegiatanku, aku memilih untuk berbaring di ranjang dan mencoba menutup mata untuk tidur. tapi lagi dan lagi pikiranku kembali tertuju pada Dernan. bermenit-menit aku mencoba untuk terlelap, tapi tetap saja tidak bisa. akhirnya aku meraih ponselku yang tergeletak di sebelahku.
mencari kontak nomor paling atas yang ku sematkan. terlihat disana, dia sedang aktif namun entah mengapa dia sepertinya enggan mengirim pesan padaku. aku kembali menghembuskan nafas berat seiring air mata yang mendesak keluar.
setelah berdiam lama menunggu pesan darinya, namun ternyata penantian ku tidak berguna. dia benar-benar tidak mengirimku pesan sama sekali sampai riwayat aktifnya kembali tidak aktif.
dengan perasaan dongkol, sedih, kecewa, emosi yang menjadi satu, aku pun memutuskan untuk menelponnya.
Berdering...
"halo" sapa seseorang dari seberang sana. aku menggigit jariku tanda canggung dan bingung harus memulai pembicaraan seperti apa.
"ay?" panggilku. terdengar suara daheman dari sana. hingga tak sadar aku mengeluarkan isakan yang membuat Dernan bertanya.
"nangis?" tanyanya membuatku semakin terisak.
"ay?" panggilku dengan suara bergetar.
"kenapa?" tanyanya.
"pengen ketemu" jawabku, Dernan menghembuskan nafas berat.
"tadi udah ketemu" ucapannya membuat aku merasa hati ku seperti ditusuk beberapa jarum. entah bagaimana pikiran kalian, tapi pikirku dia sepertinya tidak ingin membahas masalah ini.
"ayo selesaiin masalah ini ay" kataku. aku mencoba untuk tidak mengeluarkan isakan yang hanya akan membuat Dernan bertanya lagi.
"masalah apa?" tanyanya dengan enteng.
"aku ke danau sekarang. susul aku ya, see you ay" ucapku sebelum benar-benar mengakhiri panggilan. setelah panggilan benar-benar terputus, dengan emosi aku membanting hpku dengan kuat di kasur dan menangis dengan keras.
"fay? lo kenapa?" tiba-tiba suara bariton itu terdengar namun tak ku pedulikan. bang Yuma, dia langsung berlari menghampiri ku yang meringkuk di atas ranjang menangis dengan isakan yang terdengar jelas di telinganya.
bang Yuma menghampiriku dan mengangkat kepalaku. dia terkejut melihatku menangis dengan mata yang sembab dan terlihat berantakan.
"kenapa?" nada khawatir itu dapat ku dengar. lalu dengan cepat, bang Yuma mendekapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
EGO
Short Storyapakah kalian akan bertahan jika kalian menjadi aku? mempunyai lelaki yang manis diawal pahit diakhir. lelaki yang penuh dengan emosi, suasana hati yang gampang berubah, EGO yang begitu besar, gengsi, dan tidak mau mengalah. wanita mana yang sanggup...