(20) "BANG YUMA"

2 0 0
                                    

Minggu, 5 Maret 2023

Keesokan harinya. lebih tepatnya saat pagi harinya. mamah dan papah menjemput ku untuk pulang. hari ini aku sudah dibolehkan untuk pulang, karena keadaanku sudah membaik. saat ini, aku, papah, mamah, bang Ramdhan dan bang Yuma tengah membereskan barang-barang. bang Ramdhan dan bang Yuma semalam memilih untuk menginap disini, ingin menemaniku katanya.

saat tengah membereskan barang, tiba-tiba pintu terbuka menampilkan seorang perempuan dengan pakaian serba putih yang tak lain adalah seorang suster. kami yang semula sedang berberes, mengubah pandangan ke arah suster itu.

"permisi mohon maaf mengganggu"

"untuk pembayaran administrasi bisa langsung ikut saya" setelah mengucapkan itu, mamah pun mulai beranjak dan mengikuti langkah suster itu.

kini tersisa aku, papah, bang Ramdhan dan bang Yuma.

"kamu udah bener-bener membaik kan fay?" tanya papah padaku.

"iya pah" jawabku.

"dia yang awalnya susah makan, sama Yuma jadi mau makan. senjata Yuma gak salah kan pah?" goda bang Yuma.

"iya in aja biar seneng" mendengar jawaban itu dari papah membuatku tertawa kecil.

"kamu di apain sama Yuma sampai mau makan?" tanya papah dengan penasaran padaku.

"dia dibeliin novel om" bukan aku yang menjawab, melainkan bang Ramdhan.

"pantes aja"

kami berempat lanjut berberes. tak sekali, dua kali candaan terlontarkan membuat suasana semakin harmonis.

***

sesampainya dirumah.

"akhirnya bisa tiduran di kasur kesayangan gue" setelah mengatakan itu, dengan segera aku membantingkan diri di kasur yang ada di kamarku.

"langsung tidur fay" ucap mamah saat melihatku tiduran di kasurku. mamah menatapku dari pintu kamarku. bang Ramdhan dan bang Yuma masih bercengkrama di ruang tamu dengan papah.

"masih siang mah" jawabku.

"yaudah buat istirahat. mamah mau bikin minuman buat abangmu" ucap mamah sebelum pergi dari pintu kamarku. melihat mamah benar-benar pergi dari hadapanku, aku pun memilih untuk menutup pintu kamarku dan mulai membuka ponselku.

tak ada notifikasi sama sekali di layar ponselku. bahkan notifikasi yang ku tunggu-tunggu dan ku harapkan tidak memunculkan wujudnya.

tidak mau ambil pusing, aku pun mematikan ponselku dan berbaring sembari menatap langit-langit kamarku. pikiranku sudah mulai berputar.

"kalau Dernan beneran sayang sama gue, seharusnya dia jenguk gue. bener kata bang Yuma, kalau dia gak jenguk karena sibuk, seenggaknya kasih perhatian lebih. tapi kenapa dia malah ngilang? Dernan kemana?"

"gak mungkin kan dia? ENGGAK dia gak mungkin ngelakuin sejahat itu sama gue. gue yakin dia sibuk dan gak ada waktu buat ngabarin gue. tapi kata orang sibuk itu gak ada, semua tergantung prioritas. jadi gue?"

"Dernan, aku harap kamu gak ngelakuin hal sebejat itu ke aku. aku bakalan marah besar kalau sampai aku tau kamu lakuin itu lagi. aku sayang sama kamu Dernan, gak mungkin aku bakalan pergi dari kamu. aku akan tetep ada buat kamu, itu janji aku"

"tapi janji itu bakalan hancur kalau kamu berani buat aku kecewa. aku percaya sama kamu, kamu gak akan ngelakuin itu"

bermenit-menit pikiranku hanya tertuju pada satu orang. DERNAN DIRGANTARA. banyak sekali pertanyaan yang muncul di benakku, namun aku tetap menahan semua pertanyaan itu karena aku tidak ingin pertengkaran itu terjadi lagi.

EGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang