[TIGA]
ELSA merapatkan sweater tebalnya ketika dingin akibat udara pada malam hari ini kembali terasa menusuk tulang-tulangnya. Meski begitu, ia terlihat masih tak ingin pindah dari posisi awalnya, setia dengan balkon apartment miliknya yang sudah menemani dirinya selama kurang lebih satu bulan terakhir ini.
Menikmati kebebasan yang kadang ia sesali, meski hanya sesaat, karna penyesalan itu secepat kilat tergantikan oleh ucapan-ucapan menyakitkan yang dahulu sering dirinya dengar. Ucapan yang pastinya sangat amat melukai hatinya.
Menyadari bahwa perjuangannya untuk sampai pada titik ini bukanlah hal yang mudah. Perlu keberanian dan skenario yang bagus agar operasi plastik yang dirinya jalani dapat berjalan dengan lancar.
Tanpa sadar, manik Elsa bertemu dengan segaris kaca yang nampak memantulkan bayangan wajahnya. Wajah dengan lilitan perban penuh dan bengkak yang masih meradang. Bengkak yang kadang menghadirkan rasa ngilu yang luar biasanya.
Rasa ngilu yang membuat dirinya sering kali memiliki niatan untuk menyerah. Menyerah pada mimpi indah yang setiap detik dirinya bayangkan. Menyerah pada keputusan konyol yang ia buat.
Belum lagi rasa rindu yang kadang hinggap, memikirkan kabar kedua orang tuanya yang mungkin sangat amat mengkhawatirkan dirinya karna putrinya yang tiba-tiba menghilang seperti di telan bumi.
Menghentikan ide gila ini yang nyatanya dapat membunuhnya secara perlahan. Mengingat berapa banyak sayatan yang sudah dirinya terima untuk mempercantik wajahnya selama kurang lebih dua minggu ini, meminta kepada Tuhan untuk menyudahi semua ini dan mengembalikan keadaan seperti semula.
Sebelum wajah Bizzy dan kedua orang tuanya muncul dengan tiba-tiba dalam benaknya, ditemani suara hinaan yang selalu menggores hatinya. Ingatan yang otomatis membuat setan di dalam diri Elsa kembali berteriak heboh, seakan mendorong malaikat baik yang berada di sisinya agar menjauh.
Tangan kanan gadis itu terlihat mengusap lembut wajah berbalutkan perbannya, sebelum usapan itu nampak turun ke bawah, meraba pinggangnya yang kini sudah mulai terlihat mengecil akibat sedot lemak yang dirinya jalani. Tak ada lagi lipatan lemak yang kadang membuat orang ingin muntah ketika melihatnya.
Hanya ada tubuh langsing berbalut baju khusus pasca operasi sedot lemak yang dirinya kenakan. Walau nyatanya, hal itu tak dapat membuat Elsa tersenyum bangga. Menyadari dan mengetahui kalau semua itu adalah palsu.
Dua minggu sudah waktu yang berlalu setelah dirinya menjalani operasi di sebuah rumah sakit yang ia temukan melalui internet. Proses Operasi yang dapat terbilang cepat, sangat jauh di luar dugaannya.
Dan besok, gadis itu akan mulai membuka perban pada wajahnya. Meski belum dapat melihat hasilnya dengan maksimal karna proses pembekakan pasca operasi harus menunggu waktu sekitar kurang lebih enam bulan.
Belum juga karna banyaknya perbaikan yang dokter lakukan pada wajahnya, mulai dari menjalani operasi kelopak mata sekaligus pembesar mata, operasi rahang untuk mendapatkan rahang yang proporsional, operasi hidung agar terlihat mancung, menanam implan di bagian dahi, menebalkan bibir dengan lip filler dan sebagainya.
Menarik napasnya dalam-dalam untuk meredakan rasa nyeri yang tengah datang, berjuang melawan rasa sakit demi mendapatkan kehidupannya yang baru.
Kehidupan yang menurutnya akan dapat ia nikmati, karna bagi Elsa 'Wanita bahagia, adalah wanita yang cantik.'
Entah pemahaman itu benar atau salah.
TING!
Sedikit terkejud akibat getaran pada ponsel yang terasa pada genggaman tangannya. Hampir saja menjatuhkan benda pipih itu ke lantai kalau saja Elsa tidak cepat-cepat mengeratkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatiful
Teen Fiction[NEW VERSION] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA] [PLAGIAT AKAN MENDAPATKAN SANKSI, JADI HATI-HATI^^] Elsana Kiantara. Seorang gadis biasa yang memiliki wajah dibawah rata-rata dengan ta...