[DUA BELAS]
DUA gelas Americano dengan es yang mulai mencair itu, sudah setengah jam ini belum tersentuh oleh para pemiliknya. Kedua orang yang kini tengah dalam keadaan serius dengan tatapan terfokus ke arah selembar kertas yang nampak tegeletak tak berdaya di atas meja.
Dengan perlahan, Elsa nampak memutar kepalanya, mendapati suasana café pada siang hari ini yang terlihat cukup sepi. Hanya ada beberapa siswa berseragam sekolah yang duduk lumayan jauh dari posisi mereka, serta seorang laki-laki yang tengah sibuk bermain laptop sembari menyeruput kopi miliknya.
Ingin menenangkan pikirannya walau hanya sejenak dari tawaran gila yang baru saja diberikan untuknya. Sekali lagi, ia melirik kertas yang didalamnya sudah tertulis sebuah perjanjian penting yang pastinya akan merubah hidupnya mulai dari sekarang. Kehidupannya yang biasa-biasa saja atau dapat dibilang menyedihkan, menjadi kehidupan yang entah lebih menyenangkan, atau mungkin lebih menyedihkan lagi.
Seakan sudah selesai memberikan waktu berpikir untuk gadis dihadapannya ini, Tedy nampak memberikan sebuah pena yang dirinya ambil dari dalam kantong jas miliknya. Memilih untuk meletakkan pena itu dihadapan gadis berambut panjang itu.
"Saya sudah memikirkan semuanya dengan matang, dan merasa kalau saat ini, mengganti identitas kamu adalah hal yang paling penting," setelah meneguk habis Americano dinginnya, barulah Tedy memulai 'pekerjaannya'.
"Karna setelah ini, semua orang pasti akan menyerbu informasi mengenai kamu," lanjut Tedy sembari menegakkan posisi duduknya, "Untuk masalah orang tua dan—"
"Hm, kalau masalah keluarga, saya rasa gak perlu ada yang dipikirkan, Om," potong Elsa cepat, sangat tidak suka dengan pembawaan topik itu, "Saya bisa atur semuanya."
Dengan tenang, Tedy terlihat megangguk menyetujui, memilih untuk tidak melanjutkan topik yang sepertinya sangat sensitif di telinga Elsa, "Jangan khawatir, karna kamu akan tetap mendapatkan bayaran, atau mungkin kamu bisa melanjutkan pendidikan kamu. Itu semua terserah kamu, karna saya akan membantu semuanya."
"Apa Om yakin kalau semua ini akan aman? Maksud saya, diluar sana pasti banyak orang pintar yang akan mencari tahu kebenarannya."
Seakan mengerti kecemasan yang Elsa rasakan, Tedypun dengan santai menampilkan senyumannya, "Azel bukanlah tipe anak yang dapat bergaul, bahkan dari kecil, Azel melakukan homeschooling. Satu-satunya teman yang Azel miliki hanyalah anak dari pengurus rumah tangga yang bekerja di rumahnya, hanya itu."
Fakta mengejutkan yang entah mengapa mampu membuat hati Elsa sakit saat mendengarnya, tidak pernah menyangka dengan keadaan mengenaskan yang nyatanya dapat gadis sempurna seperti Azelia rasakan, "Azel—gak punya temen?"
Dengan singkat, Tedy menggeleng, "Jadi untuk masalah itu, kamu tidak perlu memikirkannya. Perusahaan akan mengurus semua hal tentang itu."
Karna tak bisa kembali membalas ucapan Tedy, Elsa memilih untuk kembali bungkam dengan tatapan lurus ke arah pena yang tergeletak tak jauh dari posisinya.
Sekali lagi ia kembali meyakinkan dirinya sendiri mengenai konsekuensi dari keputusan yang akan dirinya ambil, karna setelah mengalami perdebatan yang cukup panjang di otaknya, perlahan tapi pasti, Elsa nampak mengulurkan tangannya sebelum kemudian meraih pena yang tadi sempat Tedy berikan kepadanya.
Mulai menggerakan pena yang kini berada dalam genggamannya untuk membubuhkan tanda tangan miliknya tepat diatas materai. Tanda tangan yang menjadi bukti, kalau saat ini, ia sudah menyetujui semua hal yang berada dalam perjanjian tertulis itu.
Tidak dengan Elsa yang kini berusaha untuk menenangkan jantungnya, Tedy kini dapat bernapas lega karna gadis cantik dihadapannya ini mau membantu keadaan yang tengah kacau balau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatiful
Teen Fiction[NEW VERSION] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA] [PLAGIAT AKAN MENDAPATKAN SANKSI, JADI HATI-HATI^^] Elsana Kiantara. Seorang gadis biasa yang memiliki wajah dibawah rata-rata dengan ta...