10| Paparazi

16.5K 1.5K 40
                                    

[SEPULUH]


SUSAH payah kedua orang itu nampak membopong tubuh sempoyongan Azka dengan posisi Tedy yang berada di sebelah kanan cowok itu, dan Elsa yang kini membantu dengan berada pada sisi kirinya.

Berjalan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun di dalam rumah yang Elsa pikir tak akan pernah lagi dirinya kunjungi.

Berakhir dengan membukakan pintu kamar tamu yang untungnya terletak tak jauh dari pintu utama, sebelum pandangan Elsa nampak disambut oleh ruangan mewah bergaya mediterania.

Ruangan yang sekali lagi membuat mata Elsa mampu tak berkedip, memandangi seisi ruangan yang di dominasi oleh material kayu yang berpadu dengan plesteran sebagai bahan utama dan memiliki langit-langit tinggi dengan balok yang terbuka dan beraksen besi tempa.

Ruangan yang sekali lagi membuat mata Elsa mampu tak berkedip, memandangi seisi ruangan yang di dominasi oleh material kayu yang berpadu dengan plesteran sebagai bahan utama dan memiliki langit-langit tinggi dengan balok yang terbuka dan beraksen ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menghentikan kekaguman sesaatnya ketika suara erangan kembali Azka keluarkan. Berusaha untuk mempercepat langkahnya sebelum meletakkan cowok itu tepat diatas ranjang besar di dalam kamar tamu tersebut.

Dapat bernapas lega karna sudah melepaskan beban pada pundaknya, sama halnya dengan apa yang tengah Tedy lakukan saat ini.

"Apa tidak apa-apa, dia dibawa kesini?" setelah mencoba mengatur napasnya, Tedy barulah bertanya sembari memandangi sosok yang sudah kembali terlelap itu.

"Ponselnya dikunci, dan saya gak tau lagi harus hubungin siapa." respon Elsa sembari beralih melepaskan sepatu kets putih yang masih melekat pada kedua kaki si tampan.

"Kalau kita bawa ke kantor Zara Entertainment?" usul Tedy yang jelas saja kembali tidak Elsa setujui.

"Bukannya terlalu bahaya, Om? Pasti disana banyak paparazinya."

Alasan masuk akal yang akhirnya dapat Tedy terima dengan anggukan kepala mengerti, "Baiklah, biarkan dia bermalam disini."

Dengan senyuman kelegaan yang terukir, gadis itu kembali melirik wajah lelah Azka, "Aku bakal pulang sebentar lagi."

Tedy kembali mengangguk, "Baik, saya ada di ruang tengah kalau kamu sudah siap untuk pulang."

Ucapan terakhir yang Tedy keluarkan sebelum sosok itu terlihat menghilang keluar ruangan. Meninggalkan Elsa yang saat ini masih setia memandangi wajah terlelap itu.

Memilih untuk mencari kursi terdekat sebelum berusaha menariknya agar dapat duduk disamping cowok itu. Kembali disambut oleh aroma tidak sedap yang sepertinya sudah melekat pada baju milik Azka yang memang terkena tumpahan dari minuman keras.

Memilih untuk memutar otaknya sebelum pikirannya nampak beralih pada tissue basah yang memang selalu dirinya bawa-bawa di dalam tas miliknya.

Mengambil benda bermanfaat itu tanpa jeda sebelum beralih pada noda kotor yang melekat pada kemeja berwarna putih itu. Dan dengan takut-takut nampak menjulurkan tangannya untuk kemudian membersihkan kotoran tersebut.

FatifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang