14| Kerumunan Zombie

13.2K 1.3K 41
                                    

[EMPAT BELAS]


PRANGGG

SUARA pecahan kaca yang nampak jatuh ke lantai itu, masih setia membuat Azel terdiam di tempatnya dalam waktu yang cukup lama. Tidak mampu menggerakkan kakinya untuk pergi dari sana meskipun otaknya sudah berkali-kali memerintahkan hal itu.

Malah semakin dibuat khawatir kala sosok Azka yang tak kunjung keluar dari dalam toilet, membuat Azel hampir saja menerobos masuk ke dalam kalau saja pintu berwarna putih yang semula tertutup sempurna itu, kini mulai terbuka.

Menampilkan sosok yang sudah Azel tunggu sedari tadi dari balik pintu, dapat bernapas lega karna melihat kehadiran Azka dihadapannya.

Tidak dengan Azel yang memilih untuk berucap syukur, Azka justru merubah ekspresi datarnya menjadi terkejud. Hampir melangkah mundur karna tidak menyangka kalau gadis cantik dihadapannya ini belum juga enyah dari sana.

"Lo ngapain masih disini?" pertanyaan itu segera Azka lontarkan tanpa bisa ditahan dari mulutnya, menunggu jawaban Azel dengan dahi berkerut.

Namun bukannya segera menjawab, pandangan gadis itu malah berpindah ke arah bungkusan sapu tangan yang nampak melilit telapak tangan cowok bertubuh jangkung itu.

Kembali berpikiran yang tidak-tidak atas maksud dan tujuan Azka membungkus tangannya saat ini.

"Heh!" teguran mengagetkan itu berhasil mengembalikan tatapan mata Azel ke arah Azka, gadis itu terlihat linglung untuk sementara waktu sebelum gelagatnya berubah menjadi semakin aneh.

Berusaha untuk memutar otaknya agar dapat menemukan alasan yang tepat dan tidak terlihat memalukan karna ketahuan mengkhawatirkan cowok menyebalkan satu itu.

"Ini, baru selesai telfon tadi."

Jawaban sekenanya yang keluar dari bibir ber lipstick merah itu, nyatanya malah mendatangkan dengusan meremehkan dari arah lawan bicaranya.

Dengan tak mengerti dan merasa tersinggung, Azelpun terlihat memanyunkan bibirnya tak suka, "Kenapa? Gak boleh emang aku terima telfon?"

Tunjukan dari arah dagu yang nampak tertuju pada kedua tangan Azelpun dijadikan respon oleh Azka, "Kalo mau bohong itu pinter sedikit, seenggaknya keluarin ponsel lo dari dalem tas."

Sekali lagi, gadis itu menautkan alisnya tak mengerti, namun begitu kepalanya ikut turun untuk menatap kedua telapak tangannya, barulah Azel mulai paham dengan apa yang baru saja Azka lontarkan.

Dan seketika, kedua mata milik Azel nampak terbuka sempurna. Menyadari ada yang hilang dari dalam genggaman tangannya, membuat Azel dengan panik beralih membuka tasnya.

Belum puas hanya mengubrak-ngabrik isi dari dalam tas miliknya, gadis itu dengan tak sabaranpun terlihat membalikkan tas berwarna hitam yang sedari tadi dirinya bawa. Berakhir dengan menumpahkan seluruh isi dari dalam tas yang memiliki ukuran cukup besar itu.

Semakin panik dibuatnya karna tak berhasil menemukan benda yang dirinya cari, membuat Azel secepat kilat kembali memasuki pintu toilet yang berada persis tepat dibelakang posisi Azka.

Berakhir dengan kebungkaman untuk sesaat kala matanya segera disambut oleh pecahan kaca yang berasal dari arah cermin besar di dalam ruangan ini.

Hal yang membuat Azel mulai membenarkan pemikirannya atas apa yang baru saja Azka lakukan di dalam sini. Belum lagi saat matanya disambut oleh bercak darah yang nampak tertinggal pada bagian cermin yang rusak.

"Lo kenapa sih?" sapaan dari arah Azka, berhasil mengingatkan Azel mengenai misi utamanya.

Mengenyampingkan kejadian Azka terlebih dahulu demi menemukan benda pipih yang segampang itu dapat terlepas dari genggaman tangannya.

FatifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang