15| Adrenaline

16.2K 1.3K 110
                                    

[LIMA BELAS]


SUASANA makan malam yang seharusnya berjalan dengan tenang dan menyenangkan itu, nyatanya berubah menjadi sangat tak nyaman akibat pikiran Azel yang terus menurus tertuju pada ponsel malangnya yang masih berada diluar sana bersama kerumunan wartawan.

Namun karna tidak mau membuat semua orang curiga atas tingkah cemasnya, Azel berusaha untuk berpura-pura menyantap steak yang disediakan untuk dirinya. Perlahan tapi pasti mencoba agar bisa mengunyah dan menelan potongan daging itu.

Tidak dengan semua orang yang masih asik berbincang sembari menikmati secangkir teh hangat, Azka justru memilih untuk tak melepaskan tatapannya dari arah gadis yang saat ini berada tepat dihadapannya. Memperhatikan setiap gerak-gerik cemas yang nyatanya masih dapat tertangkap dengan jelas oleh kedua matanya meskipun Azel sudah sebisa mungkin menutupi hal itu.

Enggan melepaskan tatapannya sampai kedua manik yang sedari tadi terfokus pada makanannya itu, tanpa sengaja bertemu dengan manik indah dihadapannya. Namun bukannya memalingkan wajah, Azka justru semakin menajamkan tatapannya, hingga pada detik berikutnya, cowok itu terlihat mengangkat kedua bahunya sembari menghembuskan napasnya panjang.

Seakan mengetahui kekhawatiran yang tengah Azel rasakan, cowok itu berusaha untuk memberikan sebuah isyarat agar gadis itu mengikuti dirinya untuk dapat menenangkan perasaannya. Namun entah karna terlalu bodoh, hanya kerutan kening saja yang menjadi respon atas apa yang baru saja Azka lakukan.

"Sebelumnya saya minta maaf, karna sepertinya kita harus mengakhiri acara hari ini," ketika Tedy yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya itu tiba-tiba berucap ditengah-tengah keadaan hangat ruang makan ini, semua perhatian jelas saja menjadi miliknya.

Terutama Zion yang segera menautkan alisnya bingung, "Ada apa? Apa ada masalah?"

"Tidak," sahut laki-laki berkacamata itu, "Hanya saja saya dan Ayana mendadak diminta untuk pergi menemui rekan bisnis kami."

"Siapa? Dimana?" balas Ayana yang juga baru mengetahui hal ini.

"Alion, di Australia," kata laki-laki itu lagi sebelum pandangannya kembali beralih pada Zion, "Lain kali kami yang akan mengundang kalian untuk makan malam, terimakasih banyak untuk sambutan hangat kalian."

Mendengar penjelasan itu, jelas saja hanya anggukan kepala yang dapat Ayana lakukan, "Kita antar Azel pulang terlebih dahulu, baru setelah itu kita ke bandara."

"Tante Ayana?" kali ini, giliran Azka yang mendapatkan seluruh mata yang berada di dalam ruangan ini, termaksud Azel pastinya yang seketika membekukan wajahnya, menatap lurus ke arah wajah tampan dihadapannya.

"Apa boleh saya yang antar Azel pulang?"

Tidak tersedak oleh daging yang masih setia berada di dalam mulutnya saja, Azel masih berucap syukur. Terlalu tak menyangka dengan apa yang baru saja dirinya dengar. Hanya mampu mematung di tempatnya dengan mengedipkan mata berkali-kali.

Walau nyatanya, tidak hanya Azel yang terkejud mendengar permintaan tiba-tiba itu, seluruh telinga yang mendengarnya juga nampak tak percaya dengan apa yang Azka baru saja katakan.

"Antar Azel?" ulang Ayana dengan senyum yang mulai mengembang, sesekali maniknya terlihat mengarah ke arah Azel, seakan mempertanyaan hubungan apa yang tengah terjadi diantara keduanya.

Atas jawaban yang dipertanyan ke arahnya, Azka nampak mengangguk yakin. Anggukan yang entah mengapa semakin membuat senyum dibibir Ayana mengembang.

"Tentu, kenapa tidak?" jawaban yang Ayana keluarkan setelahnya, "Kalau begitu kita bisa segera ke bandara." ucapnya sembari melirik Tedy yang kini terlihat mengangguk menyetujui.

FatifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang