18| Dibalik Layar

8.8K 253 39
                                    

[DELAPAN BELAS]



ADA perbedaan signifikan yang Azel rasakan sebelum dan sesudah ia menjajaki dunia ini. Selalu dikenalkan kepada rekan kerja Ayana adalah salah satu contoh besarnya.

Biasa dahulu, baik Emma maupun Edwan tak pernah sekalipun memperkenalkan dirinya sebagai anak satu-satunya dari keluarga Kiantara.

Tidak seperti saat ini, Ayana dengan terang-terangan memperkenalkan dirinya sebagai satu-satunya penerus dari perusahaan D'Az, anak semata wayangnya yang berharga, juga gadis cantik yang pandai menari balet.

Sempat terkejud dengan perkenalan terakhir yang Ayana sebutkan, karna faktanya; Azel sama sekali tidak bisa menari balet. Jangan tanya kenapa, karna ia memang tidak pernah menyentuh olahraga indah itu disaat dirinya merupakan korban bullying kelas berat.

"Bisa kamu wakilkan Mama untuk pergi ke kantor Zara Entertainment?" Setelah sibuk berkeliling di acara pesta amal yang diselenggarakan oleh sebuah perusahaan asing, Ayana kembali bertanya.

"Bisa, Ma." jawab Azel tanpa sadar sebelum didetik berikutnya, orange juice yang tengah ia seruput itu hampir saja membuatnya tersedak, "Kemana?"

"Zara Entertainment, kantor Om Zion."

"Maksudnya, kenapa Azel kesana?"

"Ada berkas yang harus ditanda tangani, hanya sedikit dan bisa diwakilkan oleh kamu," kata Ayana lagi sembari menampilkan senyuman ke beberapa rekan bisnisnya yang berlalu lalang, "Mama tidak enak untuk meninggalkan acara."

Tidak ada yang lebih mengejutkan selain harus kembali bertemu dengan Azka semenjak insiden tiga hari lalu. Insiden yang membuat Azel tak bisa tidur nyenyak setelah acara bekap-bekapan yang dilakukan oleh tangan kokoh Azka.

"Maukan sayang?"

Tentu, hanya jawaban mau yang gadis itu bisa keluarkan. Mana mungkin ia tega menolak permintaan disertai wajah manis Ayana?

•••

Suasana gedung mewah dengan logo Zara Entertainment di depannya itu, cukup berbeda dari terakhir kali ia datangi.

Tidak ada para penggemar yang berkerumun seperti biasa, hanya beberapa penjaga berbadan besar saja, yang berdiri di tiap sudut bangunan indah itu. Menghalangi siapa saja yang berniat masuk tanpa memiliki janji dan izin terlebih dahulu.

Tidak dengan Azel yang pada sore menjelang malam ini terlihat baru saja sampai di lobby utama, kehadirannya segera disambut ramah oleh seorang pria gagah berpakaian serba hitam.

Membuka pintu mobilnya seraya mempersilahkan gadis itu turun dengan ramah.

"Lewat sini, Nona." Kata laki-laki itu mempersilahkan yang segera Azel respon dengan senyuman canggung.

Seperti biasa, Ayana pasti sudah mengabari Zion seputar kehadirannya. Jadi, jangan pertanyakan perihal keramahan berlebih yang dirinya dapati begitu ia menginjakan kaki di dalam gedung mewah bertingkat ini.

"Itu pacarnya Azka."
"Mana?"
"Itu!"

Dari balik kacamata hitam yang tengah ia kenakan, Azel dapat mendengar dengan jelas kedua orang wanita yang tengah membicarakan dirinya tepat saat ia menginjakan kaki ke dalam pintu utama.

FatifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang