[SEBELAS]
BUKAN hal yang mengejutkan bagi Elsa saat pemandangan pertama yang menyambut kehadirannya adalah sekumpulan para penggemar Azka dengan tambahan beberapa wartawan yang saat ini sudah nampak memenuhi halaman depan kantor Zara Entertainment. Kegemparan yang sudah tidak Elsa herankan, mengingat sosok tampan yang kini memiliki skandal dengannya itu adalah sosok terkenal yang memiliki segudang penggemar diseluruh belahan dunia.
"Putar arah, kita akan masuk melalui pintu belakang." pinta Tedy kepada sang pengemudi ketika instingnya tidak memperbolehkan mobil Porsche yang tengah mereka naiki berhenti ditengah kerumunan itu. Mencari mati kalau kata malaikat pencabut nyawa.
Segera menyetujui permintaan Tedy dengan membanting stir mobil berwarna merah ini agar dapat berhenti di tempat aman.
Tidak dengan Tedy yang sibuk menghubungi seseorang yang entah siapa, Elsa hanya dapat terdiam di kursi belakang. Tidak bisa berhenti untuk menggigiti kuku jarinya sendiri karna merasa sangat gugup dengan apa yang akan terjadi kepada dirinya sebentar lagi.
Tidak pernah membayangkan dapat dipanggil oleh Zion selaku CEO Zara Entertainment karna memiliki skandal yang terkait dengan salah satu selebriti kebanggaan
CEO tampan itu. Tidak gila saja Elsa sudah bersyukur."Ehm, Om?" merasa semakin cemas, Elsa memilih untuk mengeluarkan suaranya saat mobil yang tengah dirinya naiki ini nampak berhenti pada tempat yang dituju.
Menghadirkan perhatian Tedy yang sebelumnya nampak sibuk dengan ponselnya, "Iya?"
"Kira-kira, apa yang akan terjadi sama saya nanti?" tanyanya polos, seakan tidak memiliki kalimat lain yang harus dirinya ucapkan selain hal itu, "Apa saya akan kena sanksi karna udah bikin nama Azka buruk? Lalu gimana dengan identitas saya? Kira-kira—"
"Semuanya akan baik-baik saja," potong Tedy yang seakan sudah mengetahui apa isi dari kepala gadis disebelahnya ini, "Yang perlu kita lakukan sekarang, hanya mendengarkan apa yang ingin Zion sampaikan. Dan hal selanjutnya, biar Saya dan perusahaan yang mengurus."
Entah mengapa, kata-kata yang padahal tidak Elsa yakini itu mampu membuat dirinya cukup dapat bernapas dengan lega, bahkan ajaibnya juga mampu mengurangi sepuluh persen rasa kecemasan di dadanya.
Memilih untuk mengangguk singkat sebelum dengan sangat terpaksa, dirinya mulai beranjak untuk turun. Disusul dengan Tedy yang saat ini juga ikut beranjak dari posisinya, meski pada detik berikutnya, langkah laki-laki itu nampak tertunda akibat suara ponsel yang terdengar cukup bising di telinga.
Memilih untuk menggeser tombol hijau di layar sebelum mendekatkan benda pipih itu ke telinganya, "Iya? Sekarang?"
Elsa terdiam di tempatnya dengan tatapan yang nampak tak lepas dari laki-laki yang selalu mengenakan jas itu, menunggu Tedy untuk mengakhiri obrolannya agar dapat cepat bergegas pergi untuk menyelesaikan masalah ini.
"Baik, saya kesana." usai sudah pembicaraan singkat itu, diakhiri dengan ikut menatap Elsa balik, "Kamu bisa pergi terlebih dahulu? Saya akan menyusul."
Permintaan yang jelas saja kembali menghadirkan keringat dingin yang padahal sudah mulai mereda itu, memilih untuk menelan salivanya susah payah, "Saya sendiri, Om?"
Dengan tatapan penuh ke arah ponselnya, Tedy mengangguk, "Saya akan menyusul, kamu masuklah terlebih dahulu."
Belum sempat membalas perkataan itu, sosok Tedy sudah kembali menghilang ke dalam mobil yang baru saja menurunkan dirinya. Meninggalkan Elsa seorang diri tepat dihadapan pintu kecil dibelakang gedung Zara Entertainment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatiful
Teen Fiction[NEW VERSION] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA] [PLAGIAT AKAN MENDAPATKAN SANKSI, JADI HATI-HATI^^] Elsana Kiantara. Seorang gadis biasa yang memiliki wajah dibawah rata-rata dengan ta...