Setelah turun ke lantai satu, Reyhan bergegas berjalan cepat kearah Nara saat melihat keberadaanya dengan teman kelasnya yang lain. Saat itu Reyhan sudah tidak peduli tentang keramaian yang ada disekitar dia dan Nara, yang dipikiran Reyhan saat itu hanya ingin membela Juan, menanyakan Nara apa yang ia lakukan kepada Juan. ''Nara!'' Reyhan memanggil perempuan itu yang tengah berbicara dengan asik dengan temannya. Sambil menarik tangan Nara cukup keras. ''Apasih?!'' Nara menjawab sambil mengernyitkan jidatnya, heran melihat tingkah lelaki yang masih ia anggap pacar itu.
''Lo apain Juan, hah?'' Tanya Reyhan sambil memberi tatapan yang tak biasanya ia beri. Alias pada orang tertentu. ''Lo gaperlu tau, itu urusan gue sama Juan''Jawab Nara. Pada saat itu padahal sudah saatnya acara selanjutnya, tapi Nara dan Reyhan masih berbicara di luar ruangan. ''Sebelumnya, gue mau bilang sesuatu tentang Juan ke lo'' Kata Nara. ''Bilang apa lagi?'' Kata Reyhan dengan nada yang tinggi. ''Lo pernah bilang kan, kalau lo gak ngebolehin pasangan lo mengkonsumsi sesuatu yang beralkohol?'' Tanya Nara memastikan. ''Iya, kenapa emang?'' ''Lo tau kan wine itu beralkohol walau sedikit, tadi Juan didepan gue minum wine, Rey.'' Kata Nara memperjelas.
Reyhan memberi tawaan kecil kepada apa yang dikatakan Nara. ''Lo ga percaya sama gue?'' Nara men-jinjitkan kakinya untuk mendekat pada wajah lelaki itu sambil memberi tatapan tajam. ''Bukan ga percaya, gue percaya. Asalkan gak ngebahayain Juan ya gue biarin. ''Tapi dulu gue minum wine sedikit aja lo marahin habis habisan, itu Juan minum segelas penuh loh!'' Nara membentak lelaki itu. ''Itu dulu, sekarang apa? gaada gunanya gue marahin lo. Lo tetep ngelakuin hal itu terus terusan, gue cape ngasih taunya Ra!'' Reyhan makin menaikkan nada suaranya itu. Dengan perasaan kesal. ''Segitu doang usaha lo?'' Nara melangkahkan kakinya kebelakang sedikit, sambil mengernyitkan dahinya. ''Segitu doang kata lo? lo udah ngelakuin itu berkali kali, sadar!''
Tiba tiba Juan datang menghampiri Reyhan dari lantai dua, sambil memegang telapak tangan Reyhan yang akan menyentuh Nara. ''Juan belum bilang peraturan ini ya?'' Juan memberikan pandangan yang tak biasa seperti Reyhan. Sambil memberi pesan dalam mata, '𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘨𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘢, 𝘑𝘶𝘢𝘯 𝘨𝘢 𝘴𝘶𝘬𝘢.' ''Heh! Awas lo, gausah ikut campur! Ini urusan gue sama Reyhan'' Nara membentak Juan tanpa malu. ''Nara!'' Reyhan balik membentak perempuan itu. ''Urusan kita belum sele-'' ''Itu masa lalu, udah! Lupain aja. Ga berguna kita debat juga'' Reyhan menarik tangan Juan untuk pergi ke lift lalu naik ke lantai yang ditempati acara selanjutnya.
Didalam lift, Reyhan tetap berusaha membujuk Juan agar tidak marah. ''Juan, maafin kakak ya? mau apa, eskrim?'' sambil mengusap bibir bawah Juan perlahan. ''Eh, Kak!'' Juan memegang jari lelaki yang ada dibibirnya itu, lalu panik melihat pintu Lift terbuka dengan banyak orang menghadap mereka. Salah satunya, adik kelas mereka. Ricky ''Caught on 4K, Ga sengaja kak'' Kata Ricky sambil menyengir tidak menyangka. Reyhan dan Juan langsung kompak untuk memberi tanda diam, atau menyuruh adik kelasnya agar tidak menyebarkan apa yang ia lihat dan ia dokumentasikan di ponselnya. Setelah memberi sinyal, dua lelaki itu langsung pergi menuju ruangan yang ada. Karena dinding ruangan terbuat dari kaca, Sean melihat dua laki laki yang datang akan masuk ke ruangan itu dengan tangan bergandengan. Melihat itu, Sean langsung menelfon Juan agar Reyhan masuk terlebih dahulu, yang penting mereka tidak datang bersamaan terlebih dahulu.
''Juan?'' Panggil Reyhan. Juan hanya menolehkan kepalanya kepada lelaki itu. ''Juan tadi minum apa?'' Tanya Reyhan. ''Minum wine, kakak dikasih tau Kak Nara ya?'' Juan meletakkan ponselnya di saku celananya. Lalu memperhatikan raut wajah Reyhan, untuk memastikan. Apakah dia marah? ''Iya, Juan pusing ga tadi?'' Tanya Reyhan lagi ''Sedikit kak, ga lama habis itu dipukul Kak Nara. Mimisan deh'' Juan melirik karpet yang ada dibawah telapak kakinya itu, lalu mengalihkan pandangannya kepada benda itu yang membuat kepalanya menjadi menunduk kebawah. ''Dipukul?'' Juan hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
''Kali ini bukan masalah Kak Nara, tapi Juan gapapa kan?'' Reyhan tetap bertanya untuk memastikan apa yang terjadi pada Juan. ''Pusing kak.'' ''Loh, gak bilang dari tadi?'' Reyhan mengusap rambut Juan perlahan. ''Juan takut, tadi masih ada Kak Nara, kan?'' Juan tetap berpegangan kencang pada 𝘴𝘦𝘢𝘵𝘣𝘦𝘭𝘵 yang melilitnya. ''Kenapa takut kalau ada Kak Nara? dimarahin?'' ''Engga kak, tapi dia gasuka liat kita deket. Apa kita harus lebih keliatan saling cuek kalau diluar, ya?'' Reyhan tak langsung menjawab tawaran Juan, tapi dia menghela nafas berat dulu. Karena tak bisa menolak perkataan Juan. ''Kalau itu yang Juan mau, kakak bisa apa?'' Kata Reyhan sambil menolehkan kepalanya kearah Juan sekilas.
''Kakak.. Ga marah kan?'' Juan memberi pertanyaan, sambil menolehkan kepalanya kepada lelaki pengemudi disampingnya itu. ''Engga, kalau emang Juan mau itu. Kakak turutin selagi Juan gak ngambek atau marah'' ''Maafin Juan kak, kalau kakak marah.'' Juan merasa bersalah, atas permintaanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.