CHAPTER 05

1.3K 150 92
                                    

Sae membulatkan kedua matanya setelah mendapat pesan dari sang manager. Pertengkaran kecilnya dengan Rin membuat ia melupakan janjinya. Namun, Sae pun tak bisa meninggalkan (Name) terlebih ada Rin dirumahnya. Pasalnya, Rin sepertinya mengetahui jika dirinya ada main bersama sang manager.

Sae membalas cepat pesan sang manager, jika ia tak bisa datang karena kedua orangtuanya sedang berkunjung. Mungkin itu alasan yang tepat dan bisa saja membuat sang manager langsung percaya serta bisa mengerti kondisinya. Sae pun segera bergegas turun ke bawah untuk ikut sarapan bersama dengan (Name) dan Rin.

Sarapan pagi ini berlangsung hikmat hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring, mungkin Rin dan Sae masih canggung karena masalah tadi sampai (Name) memecah keheningan tersebut.

"Oh ya Rin, apa besok kau sudah mulai ikut latihan lagi?"

"Ummm, sepertinya ada sih cuma aku belum tau dengan tim mana yang akan latih tanding bersama timku"

"Apa kau sudah pernah melawan tim Manshine City? Itu loh pemain yang punya rambut putih, dia pernah setim denganmu saat kau masih di pelatihan Blue Lock. Dia imut sekali, aku penggemarnya" ungkap (Name) kegirangan tanpa ia sadari memancing kecemburuan dua lelaki di hadapannya ini.

"Oh, jadi kau menyetujui menjadi manager Rin hanya untuk melihat si bocah tinggi uban itu?"

"Ish, kau jahat sekali Sae. Dia punya nama, Nagi Seishirou"

"Cih, sudah tua masih saja kekanak-kanakan nii-chan ini" ya padahal Rin juga cemburu. Bisa-bisanya kakak iparnya ini sudah punya seorang suami dan adik yang sama-sama pemain bola hebat, tapi lebih melirik laki-laki lain. Bocah gamers pula, aneh sekali memang selera nee-channya.

"Huh? Jaga ucapanmu bocah. Wajar aku cemburu, aku ini suaminya"

Ucapan Sae mengundang gelak tawa (Name). "pffttt, ahahaha kau cemburu Sae? Kau beneran Sae? Bisa-bisanya cemburu dengan juniormu"

"Dia bukan juniorku, kenal saja tidak. Cuma sekedar tau namanya karena dia menyetak gol pertama kali saat aku melawannya di laga pertandingan melawan tim Blue Lock"

"Yang dia banggakan hanya Shidou saja nee-chan. Bahkan adik sendirinya pun tidak pernah dia puji"

"Ahahaha, kalian adik-kakak yang menggemaskan. Aku bersyukur mempunyai kalian di dalam hidupku" ucap (Name) dengan senyuman yang menghangatkan dua kaum adam di hadapannya ini.

Ya, sarapan pagi ini tidak seperti sebelumnya. Hanya ada (Name) yang selalu sendirian. Walau awalnya mereka terlihat canggung, namun (Name) berhasil memecahkan jarak di antara kedua Itoshi bersaudara ini.

Selesai sarapan Rin pamit untuk pulang, karena ada yang mau dia bicarakan dengan pelatih sekaligus memberitahu jika (Name) akan menjadi managernya. Jadi kedepannya schedule latihan maupun pertandingan Rin, akan di infokan kepada (Name).

Selepas Rin pergi, (Name) bersiap-siap untuk melakukan ritual paginya. Apalagi kalau bukan pekerjaan rumah tangga kan? Namun kali ini karena Sae libur, ia bersedia membantu istrinya. Sae sadar jika dia jarang ada di rumah, dikarenakan memang jadwal latihan yang padat, ia juga beberapa kali sering menghabiskan waktu bersama sang manager. Dan kali ini, ia akan berusaha melakukan kewajibannya selayaknya sebagai seorang suami.

Kalau kalian tanya, alasan Sae bermain di belakang bersama sang manager karena ia sudah tidak mencintai (Name) jawabannya salah. Sae masih mencintai dan menyayangi (Name), hanya saja ia merasa jika hubungannya bersama (Name) sedikit membosankan.

Bosan karena belum di karuniai anak? Bukan. Karena memang Sae belum mau memiliki keturunan, bahkan dia berencana mempunyai momongan setelah ia bosan dengan dunia Sepak Bola. Baginya, saat dia memiliki anak disaat ia masih sibuk di dunia Sepak Bola yang dipikirkan adalah (Name).

Bagaimana bisa ia meninggalkan (Name) sendirian merawat sang buah hati jika jadwal latihannya pun sangat padat. Sae tak bisa membayangkan repotnya (Name) mengurusnya sendirian, apalagi sambil mengurus rumah. Lalu, alasan sebenarnya Sae bosan karena apa? Entah, hanya Sae yang tau.

(Name) dan Sae kini sedang di dapur, dimana (Name) yang mencuci piring dan Sae yang mengeringkannya menggunakan lap. "(Name), jika kau sudah menjadi manager Rin berjanjilah kau tidak akan melirik si bocah uban itu. Aku serius, mengizinkanmu menjadi manager Rin ya untuk mengurusnya selayaknya kau mengurus adikmu"

(Name) yang mendengar itu langsung menghentikan acara cuci piringnya. Ia mengelap tangannya, kemudian menggenggam tangan Sae. "Ya ampun masih saja di bahas, serius aku tak bermaksud ada main di belakang bersama Nagi. Aku hanya mengaguminya saja"

"Tapi dulu kau juga mengagumiku, bahkan kau menyatakan perasaanmu duluan kepadaku. Jangan-jangan kau juga akan begitu kepada si bocah uban"

Ya ampun sungguh benarkah ini Itoshi Sae? Sae yang biasanya dingin ini terlihat menggemaskan saat cemburu, membuat (Name) gemas sendiri. "Itu berbeda suamiku, saat itu aku bukan hanya menyukaimu dan bahkan lebih dari itu. Aku mencintaimu bahkan hingga sekarang, dan itu tak akan pernah berubah" balas (Name) dengan mengusap pipi tirus Sae sembari tersenyum tulus.

Bisa dilihat oleh Sae, jika istrinya memang tulus padanya. Hanya dia saja yang brengsek, mungkin memang hubungannya bersama Hitomi Rei harus segera berakhir. Ia semakin tak tega menyakiti wanita tulus di depannya ini.

"Baiklah aku percaya, kau sudah percaya kepadaku. Aku pun akan percaya kepadamu. Jangan sia-siakan kepercayaanku juga ya" Sae kemudian mencium kening (Name) dan memeluknya. Sudah lama mereka tidak pernah seperti ini.

Acara cuci piring dengan sedikit bumbu drama kecemburuan seorang Itoshi Sae pun akhirnya berakhir damai. Setelah itu mereka beristirahat dengan menonton acara tv favorit Sae, Chibi Maruko-chan.

Di tengah-tengah mereka beristirahat, tiba-tiba handphone Sae berdering menampilkan kontak Manager. (Name) segera menepis pikiran negatifnya, dan menyarankan agar Sae segera mengangkatnya mungkin saja penting. Sae pun izin untuk mengangkat telfonnya, dan meninggalkan (Name) menonton sendirian.

"Ya, ada apa? Sudah ku bilang aku ada acara keluarga" jawab Sae ketus.

"Ya ampun sayang, dingin sekali kamu. Aku hanya bertanya apa acaranya sudah selesai? Aku rindu"

"Jika sudah selesai akan ku hubungi, sudah dulu ya akan ku tutup" telfon itu pun ditutup secara sepihak oleh Sae.

"Huft, aku harus segera mengakhiri ini. Aku tak ingin membuat (Name) sampai terluka. Apa yang ku pikirkan pada saat itu, kenapa harus dengan Hitomi" hembusan nafas kasar itu pun keluar seiring penyesalan Sae.

Sae pun segera menyusul (Name) di ruang tv, namun terlihat (Name) yang sedang memejamkan mata. Sepertinya (Name) kelelahan, memang tidurnya kurang terlihat dari kantung mata yang agak menghitam. Itu karena (Name) selalu setia menunggu Sae pulang, walau ia sudah melarang (Name) untuk menunggunya.

Sungguh semakin menyayat hati Sae, bukan hanya akan melukai hati istrinya. Namun tanpa sadar fisik (Name) pun ikut kelelahan karena sikap keras kepala (Name). Sae semakin menyiapkan tekad untuk segera mengakhiri hubungannya bersama Hitomi Rei.

Sae menggendong (Name) ala bridal style ke kamar mereka. Di baringkanlah tubuh (Name) dengan perlahan, Sae mengelus puncak rambut (Name) dan mencium singkat keningnya. "Aku berjanji ini akan segera ku akhiri secepatnya. Dan aku akan kembali menjadi milikmu seutuhnya my (Name).

Sae menuliskan pesan kecil pada kertas dan ia taruh di atas meja rias. Agar saat (Name) terbangun ia bisa langsung membacanya. 

"Aku pergi sebentar ada urusan, tak akan lama. Karena aku ingin mengajakmu kencan malam ini my wife" begitulah isi pesan itu.

Sae segera bergegas pergi menggunakan mobilnya untuk menuju rumah Hitomi, dengan maksud untuk mengakhiri hubungan terlarang mereka. Sae tak bisa terus menerus bermain di belakang (Name) seperti ini, yang akan berakibat membuatnya terluka. Sungguh, Sae tak mau menyakiti (Name) lebih dari ini.

=>>>>> to be continued

*Jangan lupa dukung Author, dengan tinggalkan Vote dan Komentar kalian^^

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang