CHAPTER 23

962 83 23
                                    

"(Name).. (Name).. Kau dimana?! (Name) jawablah!"

Sae terus meneriaki nama sang istri, setelah (Name) pergi begitu saja dari apartemen Rin.

"Nii-chan, tunggu" cegah Rin.

"Apa sih?! Istriku tidak tahu kemana, nomornya tidak bisa dihubungi juga, lalu kau mau apalagi huh?!"

"Dengarkanlah aku sebentar saja, tidak akan lama"

"Dengar Rin, aku bisa saja mendengarkan ocehanmu kapan saja, tapi jika (Name) sampai pergi ke rumah kedua orang tuanya, maka tamatlah rumah tanggaku dengannya"

"Apa (Name) sebegitu berharganya untukmu?"

"Tentu jelas! Kenapa bertanya hal yang tidak perlu kau tanyakan lagi huh?!"

Rin menyunggingkan senyuman kecil mendengar penuturan dari sang Kakak.

"Syukurlah, sepertinya aku tidak perlu mengkhawatirkan (Name) lagi"

Sae tidak mengerti dengan maksud ucapan Rin tadi, namun ia tidak begitu memperdulikan itu. Fokus utamanya saat ini adalah mencari keberadaan (Name).

"Ya.. Nanti saja mengocehnya, lebih baik bantu aku mencari (Name)"

"Tidak mau"

"Huh?!"

"Aku tidak ikutan, kau saja yang mencari (Name) sendiri"

"Kau bilang apa tadi?"

"Tidak ada pengulangan, sudah sana pergi cari (Name). Sebelum (Name) menggugat cerai dirimu, dan menikah denganku"

Rin langsung menutup pintu apartemennya dan menguncinya, meninggalkan Sae yang tampak kebingungan dengan ucapan Rin.

"Oy bocah sialan! Kau juga terlibat dalam masalahku dengan (Name), jangan jadi pengecut! Keluar Rin!"

Sae terus menggedor-gedor pintu apartemen Rin sambil berteriak. Sae tidak terima Adiknya lepas tangan begitu saja.

"Kuserahkan (Name) padamu.. Nii-chan.."

***

Sementara itu, (Name) sendiri tengah berada di Stasiun Kota menunggu kereta yang menuju tempat asalnya, benar dugaan Sae jika sang istri akan pulang ke rumah kedua orang tuanya.

"Sebaiknya aku harus menenangkan diri dulu, dan menjauh dari Sae untuk sementara waktu.." gumam (Name).

(Name) sendiri memang masih bimbang untuk memilih diantara Rin ataupun Sae. Sebenarnya lebih tepatnya mengutarakan isi hatinya kepada dua laki-laki itu.

(Name) hanya tidak mau ada yang terluka karena keputusannya ini. Walau memang pada akhirnya, pasti akan ada yang terluka karena keputusan (Name).

***

Kereta yang (Name) tunggu sedari tadi pun tiba, dengan jurusan menuju kediaman kedua orang tuanya.

Selama ini, kedua orang tua (Name) hanya mengetahui jika putri mereka baik-baik saja terlebih mengenai hubungan rumah tangganya.

(Name) tipe anak yang tertutup, sedari dulu ia selalu menutup diri jika terlibat dengan masalah apapun. (Name) hanya tidak ingin orang lain terlibat dengan masalah yang ia hadapi.

Bahkan saat (Name) yang tidak diterima dengan baik oleh sang Ibu Mertua, ia enggan untuk mengeluh pada kedua orang tuanya. Karena Sae diterima dengan baik oleh kedua orang tua (Name), dan ia tak ingin sang suami menerima nasib yang sama seperti dirinya dari perlakuan Ibu Sae.

Sejak dulu, saat (Name) masih berpacaran dengan Sae sang Ibu Mertua benar-benar mirip sifatnya dengan Sae saat awal-awal (Name) dekat dengannya. Maka dari itu, (Name) berfikir mungkin hanya butuh waktu saja sang Ibu Mertua bisa luluh dan menerima dirinya sebagai menantu, sama seperti Sae yang saat ini bisa menerima (Name).

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang