CHAPTER 22

1K 98 31
                                    

"Yo.. Itoshi Rin"

"Nii-chan?"

Dengan wajah yang nampak terkejut, Rin tak menyangka jika yang datang kerumahnya adalah Itoshi Sae, sang Kakak.

"Kenapa kaget begitu? Apa aku salah mengunjungi Adikku sendiri?"

"A--ah.. Bukan begitu, hanya saja.. Itu.. Kau.. Terlalu mendadak.."

"Huh? Alasan apa itu, kenapa harus bilang-bilang dengan Adik sendiri? Dan.. Kau tidak membiarkanku masuk? Bagaimana pun aku juga seorang tamu, tentu harus dipersilahkan masuk oleh pemilik rumah"

"O--oh.. Ya.. Masuklah Nii-chan.."

Sae melenggang masuk ke dalam apartemen milik Rin.

Awal rencana Sae sebelumnya adalah pergi ke apartemen Rin dengan ditemani oleh (Name). Namun ia merubah rencana itu, karena Sae berharap jika ia hanya berdua dengan Rin sang Adik mau langsung berbicara yang sesungguhnya mengenai hubungan gelapnya dengan (Name).

(Name) sendiri tetap ikut, hanya saja ia menunggu di mobil sampai Sae memberikan aba-aba untuk ikut masuk ke apartemen Rin.

Sejujurnya (Name) menentang keputusan Sae yang tiba-tiba merubah rencananya. Namun Sae berusaha meyakinkan sang istri jika tidak akan ada perkelahian dengan Rin.

"Kau kenapa gugup sekali saat aku kesini? Apa aku mengganggumu?"

"E--eh? Ti--dak.. Nii-chan mau minum apa?"

"Apa saja.. Asal jangan air putih, dirumahku juga ada"

"Baiklah, tunggu sebentar"

"Tumben sekali anak itu tunduk denganku, biasanya berlaku seenaknya padaku"

Rin bergegas ke dapur untuk menyiapkan minum, alih-alih langsung membuat minuman pada sang Kakak, Rin justru menelfon (Name).

"Aku harus menelfon (Name). Sae tidak boleh tahu jika (Name) akan kesini sebentar lagi"

Rin mengetik pencarian di ponselnya, mencari nama (Name) setelah itu menekan tombol untuk menelfon (Name).

Namun, rencana Rin itu sudah dipikirkan oleh Sae. Rin pasti panik ketika yang datang lebih dulu adalah Sae dan bukan (Name).

Maka dari itu, Sae menukar ponselnya dengan (Name).

"Apa kau mencoba menelfon istriku? Untuk apa?"

Sae langsung menghampiri Rin di dapur, begitu mengetahui jika tingkah laku Rin sudah diperkirakan oleh Sae sebelumnya.

Sae menunjukkan ponsel sang istri tepat di wajah Rin, menunjukkan jika nama Rin tengah memanggil nomor (Name).

"Ke--napa ponsel (Name) ada padamu?"

"(Name)? Sejak kapan kau berani menyebut namanya tanpa ada embel-embel Nee-chan?"

"A--ah.. Itu.."

"Apa sebenarnya kau sedang menunggu istriku datang kesini? Namun, aku yang lebih dulu datang mengunjungimu, apa itu benar, Itoshi Rin?"

Raut wajah Sae mulai terlihat serius. Rin bisa merasakan aura disekitar Sae mulai menggelap disekelilingnya.

"Argh sial! Ya, aku benar tengah menunggu (Name)"

"Akhirnya kau jujur juga"

"Apa maksudmu?"

"Sudah berapa lama kau menjalin hubungan dengan istriku?"

"Huh? Omong kosong apa itu"

"Jawablah dengan jujur, selagi aku masih bersabar denganmu"

"Apa kau mendengar omong kosong itu dari Shidou? Dia hanya mengarang cerita saja, kau tahu aku dengannya tidak pernah a--"

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang