brave(less)

428 41 29
                                        

Paginya, Juan terbangun karena ketukan dipintu kamarnya. Ia tersentak karena ketukan itu.

"Juan, bangun ! Sarapan sini", panggil Jidan dari luar. Ia melangkah menuju pintu itu sebelum menyadari satu hal yang akhirnya menghentikan langkahnya.

"Ya ampun, gue kemaren ga sengaja bentak bang Jidan, aduh gimana. Malu gue", keluhnya. Juan nampak menimang kembali keputusannya untuk keluar kamar.

"Juan !! Cepet bangun !! Gue udah masakin makanan kesukaan lo !!", teriak Jidan dari luar sana. Juan merasa tak enak jika mengabaikan Jidan, terlebih ia sudah berusaha untuk memasak makanan kesukaannya, akhirnya ia memutuskan untuk keluar.

Begitu pintu dibuka, nampak Jidan yang tengah menunggunya di depan kamar.

"Bangun juga lo, tumben siang? Tugas lo banyak lagi?", tanya Jidan beruntun.

"Engga, gabisa tidur aja", Juan tidak bohong, semalam memang ia tidur cukup larut. Ah tidak hanya semalam, malam malam sebelumnya juga begitu.

"Lo kenapa? Gue liat lo banyak diem. Kenapa? Berantem lagi sama Regan sama Sean? Atau berantem lagi sama temen taekwondo lo? Kalau ada masalah cerita, mama papa nitipin lo ke gue buat dijaga, bukan buat didiemin. Btw, sorry buat kemaren, gue gatau kalo lo lagi kacau", ucap Jidan panjang lebar, sedangkan Juan hanya membalasnya dengan senyum kecut.

"Juan?", panggil Jidan karena Juan daritadi hanya diam.

"Gue gapapa bang, sorry juga gue kemaren bentak lo. Oiya bang, gue boleh ngga bolos sehari aja, hari ini doang. Gue beneran ga mood mau ngapa-ngapain", tanya Juan.

"Hm? Lo sakit? Mm, lo gaada ulangan kan? Boleh aja sih, gue liat lo juga kayanya lagi cape banget. Sekalian bolos les dance sama taekwondonya juga ga?", tanya Jidan.

"Engga sakit, cuma ya lagi cape aja. Gue gaada ulangan kok hari ini. Bolos taekwondonya aja ya bang? Minggu depan gue ada kompetisi dance, gabisa kalo bolos lagi", Jidan hanya mengangguk sebagai persetujuan.

"Yaudah lo istirahat lagi sana, ntar sarapannya gue anter kesini. Tapi lo dirumah sendiri gapapa? Mba yang biasa bantuin hari ini ga gue panggil, gapapa?", tanyanya pada Juan.

"Gapapa bang, yaudah gue masuk dulu ya. Makasi bang", ia lantas kembali masuk ke kamar. Merebahkan dirinya kembali di kasur. Setidaknya untuk hari ini ia merasa aman karena tidak bertemu dengan orang itu. Juan merasa ia akan gila jika terus-terusan berada di bawah tekanannya.

Jidan kembali ke meja makan untuk mengambilkan Juan sarapan.

"Katanya bangunin Juan? Mana?", tanya Azka sambil menikmati sarapannya.

"Di kamar, lagi cape banget kayanya gue biarin dia bolos buat hari ini biar istirahat, toh akhir-akhir ini dia juga lagi banyak tugas, belum lagi les-les nya kan. Sehari bolos ga papa lah", ucap Jidan.

"Gapapa di rumah sendiri dia?", tanya Azka.

"Gapapa deh kayanya, gue tadi juga udah nanya, katanya gapapa", jawab Jidan.

"Lo tau ga dia lagi ada masalah sama siapa? Gue liat akhir-akhir ini dia diem terus gitu. Apa lagi tengkar sama Regan sama Sean ya? Ga biasanya bocahnya diem gitu", tambah Jidan.

"Ng.. Ngga tau, kan kelas kita juga jauhan. Paling ya karna lagi cape aja, toh dia juga mau ada kompetisi dance kan. Hectic sama pressurenya itu paling yang bikin dia diem", terang Azka.

"Lo belum sarapan kan? Sarapan dulu biar gue yang nganter ke kamarnya. Ntar kalo lo dah siap panggil gue", ucap Azka sambil meraih piring yang berada di tangan Jidan dan melangkah menuju kamar Juan.

Setelah itu Jidan mulai sarapan, dan setelahnya membereskan dapur yang cukup berantakan karena aktivitasnya tadi. Ia melirik jam yang melingkar ditangannya,  06.25, ia harus bergegas berangkat agar tak terkena macet.

Azka masih belum keluar dari kamar Juan. Ia berniat memanggilnya, namun saat sampai di depan kamar Juan pintu tiba-tiba terbuka, menampilkan sosok Azka dari dalam sana.

"Lama banget, ngapain?", tanya Jidan.

"Hah emang iya? Ngobrol aja tadi, siapa tau dia jadi baikan. Tuh bocahnya juga sekarang udah gue suruh tidur lagi. Kayanya dia begadang terus, matanya sampe item gitu. Yaudah ayo berangkat", kemudian keduanya berangkat ke sekolah.

Meninggalkan Juan sendiri di rumah, yang tengah meringkuk dibalik selimutnya.

------------------------------------------------------

Disekolah, Regan tengah duduk bersama Sean, menunggu Juan datang. Sudah pukul 06.50, tapi Juan tak kunjung datang. Hingga akhirnya mata mereka menangkap sosok Jidan dan Azka yang tengah berjalan menuju kelasnya.

"Bang Jidan !! Bang Azka !!", panggil keduanya.

Merasa dipanggil, keduanya lantas menoleh dan menghampiri mereka.

"Kenapa?", tanya Jidan.

"Juan mana bang? Kok ga bareng kalian", tanya Regan.

"Dia ngga berangkat, lagi ga enak badan, biar istirahat dulu", jawab Azka.

"Oh.. Sakit toh", tambah Sean.

"Oiya, kalian lagi ga berantem sama Juan kan? Kok dia akhir-akhir ini diem, atau kalian tau dia ada masalah sama siapa?", tanya Jidan.

"Mm.. kita gatau sih bang, tapi emang Juan akhir-akhir ini diem. Ya kan Se? Dia yang biasanya nempel sama Sean aja tiba-tiba kaya jadi kaya dingin gitu. Kirain lo tau bang, Juan kenapa", terang Regan yang lantas diangguki juga oleh Sean.

"Kayanya bukan karena berantem, karena cape aja mungkin. Kalian juga udah mulai kelas lukis kan? Belum lagi tugas lain sama les les nya dia. Paling karena capek itu aja", sahut Azka yang dari tadi diam.

"Oh iya, udah mau masuk. Tolong izinin Juan ya. Kalo pulang sekolah nanti kalian mau nemenin Juan, dateng aja, okei? Kita duluan ya, daah", ucap Azka sambil menarik tangan Jidan, karena memang sebentar lagi kelas akan dimulai. 

------------------------------

Sedangkan dirumah, Juan masih dengan posisi yang sama, meringkuk dengan tubuh yang terbalut selimut seluruhnya. Digenggamannya kini ada handphone yang tengah menyala. Menunjukkan satu foto mayat laki-laki dengan luka diseluruh tubuhnya, dan juga benang merah yang menghiasi tubuhnya.

Ada pesan juga yang dikirim untuknya.

Hah, manusia emang ngrepotin, terlalu sibuk ikut campur urusan orang lain tanpa cari tahu siapa orang itu.

Jangan lo pikir dengan dirumah lo bakal aman. Gue bahkan bisa dengan leluasa datengin lo. Jangan coba buat macem-macem sama gue, atau lo bakal bernasib sama kaya orang itu.

Inget itu Hanjuan, jangan pernah lo coba buat bocorin identitas gue, atau lo bakal gue buat bungkam selamanya. Inget itu.

RED THREAD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang