Paginya, Juan benar-benar tidak masuk sekolah. Hal itu membuat teman-temannya heran. Kenapa Juan sering kali tak masuk akhir-akhir ini ?
"Juan kenapa lagi sih ? Kok ngga masuk lagi", tanya Regan.
"Sakit paling", ucap Sean menerka-nerka, sambil tetap sibuk dengan handphonenya.
"Tapi masa sakit lagi. Kantin yo ? Kita tanya abang-abangnya, kenapa Juan ga masuk", ajak Regan pada Sean. Namun Sean tak bergeming, ia masih sibuk dengan handphonenya.
"Sean !!", panggil Regan sekali lagi, membuat Sean sedikit tersentak.
"E.. Iya-iya", setelah memastikan sesuatu dari handphonenya, Sean lantas mengikuti langkah Saga untuk pergi ke kantin.
Dikantin, Sean dan Regan tak mendapati eksistensi dari Jidan juga Azka, hanya ada Saga dan Hesa yang tengah menikmati makanannya.
"Kok cuma berdua bang ?", tanya Regan setelah mendudukkan diri di kursi samping Saga.
"Yang dua ga masuk, katanya sih lagi jagain Juan. Juan sakit katanya, jadi mereka berdua yang jagain", terang Hesa yang lantas diangguki oleh keduanya.
"Oh sakit toh, soalnya Juan juga gaada ngasih tau kita sama sekali. Btw sering banget Juan sakit sekarang", ucap Regan merasa heran.
"Ya wajar, kalian denger sendiri kan omongan Juan kemaren ?", tambah Hesa yang disetujui oleh semua.
"Se, jengukin Juan pulang sekolah yuk ?", ajak Regan.
"Eh ? E.. tapi kan kita ntar ada kelas lukis. Pulangnya sore kan jadinya", jawab Sean.
"Oh iya, yaudah pulangnya aja. Gapapa kan bang kalo gue ntar jengukin Juan ?", tanya Regan pada Saga yang daritadi nampak diam.
"Lo kenapa daritadi diem aja si ?", tanya Hesa yang menyadari jika Saga daritadi hanya diam.
"Hah ? Engga, gapapa. Iya boleh, sama gue juga tapi", Saga mengiyakan meskipun sebenarnya ia merasa ragu.
Tak lama setelah itu bel berbunyi menandakan waktu istirahat selesai. Mereka berempat pun selesai dengan kegiatan makannya, dan lantas pergi kembali ke kelas masing-masing.
"Dengan tindakan lo yang kaya gini, lo jadi makin keliatan mencurigakan. Gue jadi yakin kalo itu emang lo"-
---
Kini ia tengah berada di lorong yang sepi menemui seseorang, selesai dari kantin tadi, ia tak langsung ke kelas tapi lebih dulu pergi ke lorong ini untuk temu janji.
"Ini bakal jadi party buat kita sih. Siap-siap buat buka topeng lo malem ini", ucapnya.
"Hah akhirnya, gue ga perlu lagi buat bersikap sok baik dan sok polos. Muak banget gue, ngrasa terbatasi banget, ewh"
"Siap-siap buat kejutan besar malem ini. Gue bisa jamin, malem ini bakal jadi malem yang seru", ucapnya sambil merangkul sosok yang ada disampingnya. Keduanya tersenyum, nampak raut wajah yang licik disana yang tak pernah ia tunjukkan didepan orang lain.
---------------
Kelas melukis telah selesai, namun Sean dan Regan juga beberapa murid lain masih belum selesai dengan lukisan mereka.
"Regan !!", panggil seseorang dari arah pintu, membuatnya menoleh kearah sumber suara.
"Masih belum selesai ?", tanyanya sambil mendekat kearah Regan.
"Belum bang, tunggu bentar ya, ini harus dikumpul sekarang soalnya", jawab Regan.
"Oh yaudah gue tunggu depan bareng Hesa. Lo juga belum selesai Se ?", tanyanya pada Sean yang juga masih asyik melukis. Sean hanya menjawab dengan anggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED THREAD
Fanfiction[DISCONTINUE] Darah, nyawa, jerit dan tangis seakan menjadi sebuah kesenangan bagi keduanya. Ruangan putih polos dengan jajaran lemari kaca, menjadi saksi bagaimana gilanya mereka berdua. Bertemu dengan lima orang asing, tumbuh bersama dan membaur...