Pemeriksaan dari kepolisian terkait kasus Saga masih berlanjut. Dan kini, Sean dan Mahesa didatangkan untuk diminta kesaksiannya. Beberapa kali pemeriksaan tersebut sempat berhenti karena terjadi keributan. Beberapa kali Saga kehilangan kontrol dirinya sehingga pemeriksaan perlu dihentikan agar tidak semakin ricuh.
"Saga, lo tenang dulu, kalo lo terus kalah sama emosi lo, yang ada lo bakal rugi nanti", ucap Azka yang berada di dekat Saga. Untuk saat ini, urusan Saga, Azka yang mengatur. Sedangkan Jidan dan Juan menjaga Regan di rumah sakit.
"Ga bisa, mereka terus terusan balikin fakta, bahkan tuduhan tanpa dasar mereka arahin ke gue, gue ga trima anjing !!", umpat Saga.
"Gue tau, tapi dengan sikap lo yang kaya gini, polisi jadi ragu sama lo", tambah Azka.
"Sekarang lo tenang, kontrol emosi lo", Azka membantu menenangkan Saga yang beberapa saat lalu sempat kalap. Pemeriksaan pun berlanjut, finalnya Azka dan Saga diminta untuk menghubungi pengacara untuk membela mereka. Keduanya tentu kaget, dengan begitu artinya mereka kalah dan tertuduh atas perbuatan yang sama sekali bukan milik mereka.
Sedangkan di sisi lain, Sean dan Mahesa diperbolehkan untuk kembali ke rumah sakit. Karena mereka masih dalam masa perawatan, jadi mereka diizinkan untuk meninggalkan tempat lebih dulu.
Senyum licik tersungging di wajah keduanya, mereka merasa menang, karena bisa menjebloskan keduanya ke penjara, setidaknya, hal-hal yang mereka anggap hama sedikit berkurang.
"See ? Gue bisa balikin semua fakta dengan mudah. Setelah semua prosedur selesai kita bisa mulai lagi", ucap Mahesa.
"Jangan lupa gue juga ikut andil dalam pemeriksaan tadi. Kalo gue ga acting juga ga bakal semulus itu", sahut Sean tak ingin kalah.
"Iya-iya. Pamrih banget lo. Gue jadi ga sabar buat ketemu Regan. Kira-kira bakal se trauma apa dia", ucap Mahesa.
"Gue rasa ga terlalu trauma sih, harusnya kita buat dia sadar dulu kemaren, biar dia liat juga jasad adeknya, sama gimana gilanya bang saga waktu itu", Tambah Sean.
"Eh ? Iya juga, lo sih waktu itu rusuh banget ngasih obatnya", tukas Mahesa.
"Masih mending ya gue bisa bikin dia pingsan, nyalahin gue mulu lo anjir", keluh Sean.
"Eh tapi mereka berdua beneran masuk penjara ? Kalo orang tuanya tau gimana ? Mereka pasti nebus dan nyari kita dong ?", ucap Sean.
"Gampang itu mah, tinggal lenyapin mereka apa susahnya sih ?", ucap Mahesa enteng.
"Maksud lo ? Lo bakal bunuh mereka ?", tanya Sean memastikan.
"Yap, gue udah memperkirakan ini semua. Gue juga udah tau banyak soal keluarganya Azka, gue masih pengen main-main sama Saga sebenernya, tapi orang tua dia pisah, impactnya ga bakal segede kalo gue nglakuin hal yang sama ke keluarganya Azka", terang Mahesa.
"Kita bisa gunain Regan, bang Saga masih sekolah, gue rasa dia gabakal dapet hukuman yang terlalu berat. Selama bang Saga gaada, ga mungkin Regan tinggal sendiri di rumah.
Dia pasti bakal tinggal bareng orang tuanya. Lo bisa gunain waktu itu buat semakin ngancurin dia. Regan itu kaya lifeline nya dia, kalo Regan hancur gue rasa dia ikut hancur", terang Sean.
"Pinter lo", puji Mahesa membuat Sean semakin menegakkan badannya.
"Gue gitu loh, eh berarti selama penyelidikan belum selesai, kita gabisa main dong ?", ucap Sean dengan nada kecewa.
"Bisa, besok kita udah keluar dari rumah sakit. Kita pulang, papa pasti punya mainan buat kita karena terakhir kali gue liat, ada saingan baru diperusahaan papa", ucap Mahesa yang lantas disambut antusias oleh Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED THREAD
Fanfiction[DISCONTINUE] Darah, nyawa, jerit dan tangis seakan menjadi sebuah kesenangan bagi keduanya. Ruangan putih polos dengan jajaran lemari kaca, menjadi saksi bagaimana gilanya mereka berdua. Bertemu dengan lima orang asing, tumbuh bersama dan membaur...
