Saga menatap nyalang sosok yang ada di depannya. Fakta yang baru saja ia dapat sangat mengejutkannya. Ia tak menyangka jika sosok yang selama beberapa tahun terakhir ini menjadi temannya ada seseorang yang menjadi penyebab munculnya luka besar di hidupnya.
"Bajingan lo berdua, masalah lo sama adek gue apa ? Dia masih kecil ! Adek lo yang gila, kenapa dia yang lo jadiin korban ?", ucap Saga dengan penuh penekanan.
"Dia nakalin adek gue ? Hm ? Tapi bukan itu sih poinnya, kejadian adek lo itu cuma sebagian kecil dari mainan gue aja. Ada alasan lain yang buat gue pengin nglakuin itu", ucap Mahesa dengan sombong. Ia lantas mendekat ke arah Saga yang masih menatapnya dengan nyalang.
"Lo ga lupa soal ini kan ?", ucap Mahesa sambil menunjukkan bekas luka yang ada di tubuhnya. Bekas luka itu nampak amat menyakitkan, bekas jahitan yang panjang nampak ada disana.
Saga meneguk ludahnya dengan paksa melihat bekas luka itu ditubuh Mahesa.
"Gue yakin lo masih inget soal ini", Mahesa semakin mendekat ke arah Saga.
"Gue ga bakal lupain kejadian itu, gimana sakitnya gue disiksa sendirian disana, sedangkan lo ? Kabur, ninggalin gue sendirian", Mahesa menekankan setiap kalimatnya pada Saga.
Kembali ke latar waktu saat Saga dan Mahesa masih berteman dekat. Dulunya Saga dan Mahesa tinggal dalam satu komplek, Saga yang saat itu baru pindah dari rumah lamanya, lantas berteman dengan Mahesa yang ternyata rumahnya hanya terpaut lima blok dari tempat ia tinggal.
Saat itu mereka masih berada di bangku sekolah dasar, Mahesa dan Saga yang baru saja pulang sekolah berniat untuk mampir terlebih dahulu ke warnet yang dekat dengan komplek perumahan mereka.
Sebenarnya anak seusia Mahesa dan Saga yang saat itu masih kelas 4 SD tentu tidak diperbolehkan untuk main ke warnet, tapi warnet tempat mereka pergi ini illegal, tempatnya pun terpencil meskipun masih didekat rumah mereka. Perlu memasuki beberapa gang untuk bisa sampai ke tempat itu.
Sesampainya di warnet itu, keduanya lantas bermain game. Ditengah keasyikan bermain game, Saga pamit pada Mahesa untuk pergi ke toilet, Mahesa pun hanya menganggukinya.
Cukup lama, hampir satu jam namun Saga tak kunjung kembali. Warnet ini sangat sepi, hanya ada 3 orang termasuk dirinya dan Saga yang ada di tempat ini. Mahesa berniat menyusul Saga, namun ia begitu terkejut saat mendapati Saga yang terikat di salah satu bilik kamar mandi disana.
Saat ia mendekat, nampak gerak-gerik aneh dari Saga, seakan menyuruhnya pergi, namun Mahesa tak menangkap maksud itu ia lantas melangkah ke arah Saga, berniat menolongnya. Sialnya, baru beberapa meter ia melangkah, tangan kekar tiba-tiba menutup hidung serta mulutnya membuat dirinya lemas dan tak sadarkan diri saat itu juga.
Mahesa tersadar saat merasakan kebas di tangannya, ia melirik sekitar, mendapati dirinya dan Saga yang terikat satu sama lain. Mereka mencoba melepaskan diri, namun susah. Ikatan mereka tersambung jadi saat Saga berusaha melepas, ikatan milik mahesa akan semakin kuat.
Mahesa yang saat itu lebih tua dari Saga membiarkan Saga untuk melepas lebih dulu ikatannya, baru setelahnya Saga membantunya untuk bebas. Cukup lama, akhirnya Saga bebas. Ia berniat untuk melepas ikatan milik Mahesa, namun tak berapa lama terdengar suara langkah mendekat. Hal itu membuat Saga panik dan berakhir ia meninggalkan Mahesa sendiri disana.
Tindakan Saga itu lah yang membuat dirinya amat membenci Saga. Selama disana ia mendapat banyak siksaan. Yang Mahesa tau, mereka ada bandar penjualan organ manusia, ia yang saat itu masih kelas 4 SD tentu hanya bisa pasrah, namun beruntung, setelah sekitar 7 hari diculik, polisi dapat menemukan keberadaan dirinya.
Selepas dari kasus penculikan itu kejiwaan Mahesa sedikit terganggu. Ia banyak direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan pada psikolog, namun orang tua Mahesa sangatlah sibuk, dan berakhir Mahesa tak mendapat penanganan apapun untuk kejiwaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED THREAD
Fanfiction[DISCONTINUE] Darah, nyawa, jerit dan tangis seakan menjadi sebuah kesenangan bagi keduanya. Ruangan putih polos dengan jajaran lemari kaca, menjadi saksi bagaimana gilanya mereka berdua. Bertemu dengan lima orang asing, tumbuh bersama dan membaur...