Pagi ini, begitu sampai disekolah ia langsung dihadang oleh Regan. Regan banyak membanjirinya dengan pertanyaan-pertanyaan, namun ia abaikan. Beruntung tak lama dari itu kelas dimulai, jadi ia bisa menghindar dari pertanyaan-pertanyaan Regan.
Saat istirahat, ia pikir Regan akan menyerah menanyainya, tapi ternyata ia tidak menyerah, bahkan kini Sean ikut menginterogasinya, membuatnya memutar mata malas.
"Lo sebenernya kenapa sih Ju? Gue liat-liat kok lo jadi aneh", ucap Regan.
"Iya, lo jadi kaya menghindar dari kita. Kita ada salah sama lo?", tanya Sean.
"Lo juga jadi pendiem, bahkan abang lo ngira kita lagi musuhan", tambah Regan.
"Lo dibully? Dipalak? Di ancem? Atau diapain? Lo sama sekali ga cerita ke kita", tambah Sean.
Juan masih bungkam dan menghindar dari pertanyaan-pertanyaan mereka hingga akhirnya mereka sampai dikantin.
"Ibu, bakso satu ya, pedes banget, sama es teh", ucapnya pada ibu kantin yang membuat Sean dan Regan melotot.
"Ngga usah pedes bu, sambel saosnya di pisah aja. Lo gila Ju? Lo ga kuat pedes anjir, lo ngapain !!", tegur Regan namun kembali diabaikan oleh Juan yang kini melangkah ke bangku yang nampak kosong.
"Ju--", baru saja Regan ingin kembali berucap, namun Juan lebih dulu membuka suara.
"Diem, gue gapapa. Gausah brisik dan gausah sok peduli", ucap Juan singkat.
Regan dan Sean yang mendengar itu sedikit kaget, bisa-bisanya Juan berkata seperti itu padahal mereka benar-benar mengkhawatirkannya.
Regan memilih diam, ucapan Juan tadi cukup membuatnya sakit hati. Ia hanya ingin membantu Juan dengan masalahnya, tapi kenapa Juan malah bersikap seperti ini?
Tension diantara mereka bertiga cukup berat, tak ada yang membuka obrolan daritadi, hingga akhirnya Sean merasakan tepukan dipunggungnya dari arah belakang.
"Woi, kenapa diem-dieman nih? Musuhan kalian?", tanya Jidan yang barusaja datang dengan rombongannya.
"Iya, tumben banget kalian ga gibah, kenapa nih?", tanya Hesa ikut menimbrung. Mereka lantas ikut bergabung duduk bersama Sean, Juan, dan Regan.
"Udah pesen Ju?", tanya Jidan pada Juan yang nampak diam daritadi, dan hanya dibalas dengan anggukan oleh Juan.
"Ini kenapa kalian pada diem sih, jadi suram auranya tau ga", keluh Jidan.
"Ada masalah apa Re? Apa yang bikin kalian berantem?", tanya Saga pada Regan. Namun Regan masih tak menjawab.
"Regan", panggilnya sekali lagi.
Regan berdecak sebal, namun setelahnya ia tetap menceritakan perihal yang terjadi diantara mereka. Mereka mengangguk paham mendengar cerita dari Regan.
Juan merasa situasinya sama sekali tak menguntungkannya, ia lantas berniat bangkit, namun ditahan oleh Azka yang duduk disampingnya.
"Duduk, gausah menghindar", titahnya. Juan pun menurut.
"Lo ga seharusnya gitu Ju, Regan sama Sean bener-bener khawatir sama lo. Gue juga ngrasa aneh sama lo, akhir-akhir ini lo jadi banyak diem dan menyendiri. Bahkan kita yang serumah aja jadi ga pernah kumpul bareng. Lo kalo ada masalah crita, gue abang lo, gue harus jadi orang pertama yang tau masalah lo.
Gue bakal ngerasa gagal kalo semisal adek gue kenapa-napa tapi gue gatau sama sekali. Gue bakal ngerasa gagal kalo lo ngalamin kesulitan sendiri.
Sekarang gue tanya, masalah lo apa? Lo diancem? Diganggu? Siapa yang berani ganggu lo?", ucap Azka panjang lebar yang membuat mereka semua kaget. Ternyata Azka bisa banyak berkosa-kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED THREAD
Fanfiction[DISCONTINUE] Darah, nyawa, jerit dan tangis seakan menjadi sebuah kesenangan bagi keduanya. Ruangan putih polos dengan jajaran lemari kaca, menjadi saksi bagaimana gilanya mereka berdua. Bertemu dengan lima orang asing, tumbuh bersama dan membaur...