Keesokan paginya, Rainan bangun dengan keadaan pusing yang menyerang tubuhnya. Namun ia tetap tak gentar dengan hal itu, ia tetap melaksanakan rutinitas paginya sebelum kesekolah.
Rainan sedikit memakai liptint dan memoleskan sedikit bedak guna menutupi bekas tamparan dari sang ayah serta pucat wajahnya saat ini. Tak lupa Rainan juga menggunakan hoodie untuk memberikan rasa hangat ditubuhnya.
🌸🌸🌸
Sesampainya dimeja makan, Rainan memakan sarapan yang telah disiapkan dengan sedikit terpaksa, karna saat ini mulutnya terasa sangat pahit walau hanya sekedar meminum air putih.
"Hari ini ayah tidak ingin dengar ada yang membully Liza lagi, ayah harap kamu bisa menjaga Liza nantinya." ujar sang ayah kepada Rainan.
"Ayah nyuru aku jaga dia?, lalu aku, aku gimana yah?. Apa aku harus jaga diri aku sendiri??, sekarang ayah lebih mentingin dia dari pada aku. Apa ayah tau saat ini aku gimana?!, ayah tau aku saat ini difase apa?? Nggak!, ayah ngga tau!, ayah ngga tau sama sekali tentang aku yah!!." setelah mengatakan itu Rainan beranjak dari tempat duduknya dan pergi keluar untuk berangkat kesekolah.
Ayahnya sempat tertegun mendengar jawaban Rainan barusan, namun ia hanya bisa diam. Kenyataan yang diucapkan Rainan memang benar, bahkan ayahnya sama sekali tak tau apapun tentang Rainan saat ini.
🌸🌸🌸
"Huaaa.. Suatu keajaiban sekali saya sampai sepagi ini, untung juga tadi malem ngga begadang." ucap Rania menggelegar dikelas nya yang masih sepi.
"Gue ngapain ya? Bosen juga kalo diam aja, hmm.. Apa gue bersihin kelas aja? Oh gue tau! lebih baik gue baca novel ae lah ya" monolognya, pasalnya dikelas itu masih Rania sendiri yang hadir.
"Huh huh huh anjir ngeri bat tu binatang" ujar Bintang secara ngos ngosan, hal ini dikarnakan tadi saat jalan kesekolah ia dikejar oleh anjing milik tetangganya, yang tentu saja membuatnya mau tak mau berlari kencang guna menghindari anjing tersebut.
Ya, jarak rumah Bintang kesekolah memang tak terlalu jauh, namun sering kali ia menggunakan kendaraan kesekolah dengan alasan takut terlambat datang, serta tidak ingin ia berkeringat hanya karna berjalan kaki dari rumah kesekolah.
"Woi ngape lo bocah?!, ngos ngosan gitu kek abis keliling lapangan 300 putaran ae lo" ucap Rania blak blakan.
"Eh lambemu, enak aja lo ngomong, jelas jelas gue abis dikejar anjing punya bu Desi. Lagian tu ibu ibu anjingnya bukannya diiket kek, malah dibiarin gitu aja" jelas Bintang panjang kali lebar.
"Pfft..., hahahahahhaha anjir apa lo bilang, dikejar anjing? Berarti lo jalan kaki hahahah, nasib amat lo mba. Lagian ngapain juga lo jalan kaki biasanya juga dianter." tawa Rania pecah mendengar penjelasan dari Bintang.
"Ah diem lo, eh lo dah siap pr?" tanya Bintang sembari berjalan ke arah bangkunya. " Ha pr? Pr paan we, gue ngga tau."
"Dasar govlok makanya kalo malem itu liat liat mapel besoknya ada pr atau ngga. Nih" ucap Bintang sembari memberikan pr miliknya untuk Rania.
Rania hanya memberikan jari jempolnya serta menganggukkan kepalanya ke arah Bintang. 'Tau gini percuma gue dateng cepat juga' batinnya.
🌸🌸🌸
Tak berselang lama, Rainan datang dengan sedikit sempoyongan. Dan yang membuat teman sekelasnya heran adalah seragam Rainan yang dilapisi dengan hoodie miliknya. Karena, dihari biasanya pun anak itu tak pernah sama sekali memakai hoodie.
"Wuiish tumben nih pake hoodie, biasanya juga pake almamater lo males. Ada masalah hidup apa lo??" tanya Bintang melihat keanehan dari Rainan.
"Bacot lo! Heboh bat, gue mau tidur jangan lo ganggu" telak Rainan bermaksud agar tak ada yang menanyainya lagi. Setelahnya dia pun tertidur menunggu bel masuk berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rainan
Teen FictionRainan, gadis cantik dengan seribu luka yang datang silih berganti setiap harinya. Mulai dari kedatangan ibu serta saudara tiri yang bahkan tak dikehendaki olehnya, hingga perlakuan sang ayah yang berubah sejak kedatangan dua orang yang dianggapnya...