Wacana

18 1 0
                                    

Happy reading!!✔️

Siang itu ditengah teriknya matahari, sekelompok remaja wanita tengah riang bercengkrama bersama. "Eh guys, gimana kalo minggu depan kita healing ke Bandung. Kan katanya disana suasananya adem plus keren, gimana mau ngga?" ucap Kayla dengan antusias seperti biasanya.

"Gue sih setuju setuju aja, lagian udah bosen juga gue. Dan juga minggu depan kan kita libur jadi pas lah ya waktunya" balas Bintang. Selain dirinya, teman temannya yang lain juga menyetujui ajakan Kayla, namun berbeda dengan Rainan ia adalah satu satunya orang yang menolak ajakan cemerlang tersebut.

"Kayanya gue ngga bisa, minggu depan gue ada acara sendiri. Jadi kalo kalian mau pergi, ya pergi aja tapi gue ngga ikut" jawabnya. Kayla pun menatapnya dengan tatapan yang kesal, disertai pula mimik wajah yang tak sedap dipandang "lo kenapa sih?!, kenapa giliran kita yang ngajak lo ngga mau ikut."

"Tapi giliran Reval aja yang ngajak lo, lo mau mau aja, lo udah ngga nganggap kita teman apa gimana sih Rai?! Ha, lo udah ngga nganggap kita ada. Lo seharusnya sadar, lo seharusnya ngaca, selama ini siapa yang udah nguatin lo selain kita, siapa yang udah ulurin tangan buat lo disaat lo terpuruk. Sadar Rai sadar!!" sarkasnya.

Rainan yang tak terima nama Reval ikut terseret pun merasa kesal, entah apa pasalnya mengapa anak itu menyebut nama orang yang sudah ia coba lupakan mati matian. "Maksud lo apa bawa bawa Reval, lo tau kan gue ngga suka sama topik sensitif kaya gitu. Lagian gue ikut atau ngga itu ngga ada urusannya sama kalian, gue nyadar kok Kay kalian itu berharga, gue sadar. Tapi bukan berarti hal kaya gini lo perbesar, sebenernya yang ngga suka itu gue apa lo?!!" ucapnya lalu meninggalkan teman temannya.

🌸🌸🌸

Sore itu awan mendung menyelimuti kota, perlahan tapi pasti rintik demi rintik hujan mulai turun membasahi bumi. Rainan dengan pikirannya yang melayang sudah entah kemana, tengah terduduk dikursi halte yang sama sekali tak berpenghuni. "Aku ngerasa deja vu, Val. Entah kenapa suasana sore ini ngingetin aku sama kamu, andai Tuhan mau berbaik hati dan menyelamatkan nyawa kamu waktu itu, mungkin sekarang aku ngga sendiri disini."

"Aku gatau apa salahku sama mereka, tapi kenapa mereka berperilaku seolah aku orang ter-bajingan sedunia. Besok kalo waktunya tiba, aku pengen banget nyusul kamu. Tapi aku yakin Tuhan ngga akan manggil orang sejahat aku secepat itu. Val, andai nanti kita dilahirkan lagi, aku mau cerita kita ngga sebatas bertemu lalu berpisah akibat maut, aku mau cerita kita ngga akan terpisah walau dengan maut sekalipun" ucapnya sembari menatap langit yang mengeluarkan buliran air semakin banyak lagi.

Tap tap tap...

Derap langkah kaki kian mendekat, dan tanpa aba aba dia duduk dengan manisnya disamping Rainan. "Emang ngga cukup waktu 1 tahun buat lupain seseorang?" tanyanya. Rainan tak menatap, ia hanya terus memandangi langit yang kian menggelap itu. Pun ia sama sekali tak berniat untuk menjawab, lebih baik berhayal tentang hal lain daripada menjawab pertanyaan tak berfaedah itu.

"Gue tau itu berat, tapi setidaknya dengan melupakan itu lebih ringan" lanjutnya. Rainan pun menurunkan pandangannya lalu tersenyum smirk kearah Kenan, "lo pikir semudah itu?, see dari tatapan mata lo aja keliatan kalo lo ngga bener bener bisa lupain Reval. Apalagi gue, ngelupain itu ngga semudah membalikkan telapak tangan Ken, itu yang perlu lo tau" balasnya lalu beranjak dari tempatnya dan melangkah ditengah derasnya hujan. Entah kemana tujuannya, selagi itu membuatnya melupakan satu hal, akan lebih baik dari pada melamun memikirkan banyak hal.

Tentang RainanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang