Happy reading!! 🌸
"XANIA, KENAPA BARU PULANG KAMU?!!, MAU JADI JALANG KAMU IYA?!!!" teriak menggelegar dari seorang pria paruh baya ditengah kesunyian malam.
Memang malam itu sudah menunjukkan pukul 23.50, tandanya sebentar lagi adalah pergantian hari. Namun Xania Abria Indah Purnamasari atau termasuk osis di SMA Bakti Nusa, itu baru saja pulang kerumah masih dengan menggunakan seragam sekolahnya.
Tentunya hal itu disambut amarah dari sang ayah, karena merasa putrinya sudah menjadi gadis liar yang salah pergaulan.
"SUDAH BERAPA KALI AYAH BILANG, JADILAH GADIS YANG BAIK!!, JAGA AYAHMU YANG SAKIT SAKITAN INI XANIA!!, kalau ayah masih sehat, ayah ngga akan kaya gini sama kamu nak"
Ucap sang ayah dengan melirih dibagian akhir kalimatnya."YAH, AKU NGGA AKAN KAYA GINI KALO MEMANG AYAH SAMA BUNDA NGASIH KASIH SAYANG LEBIH KE AKU!!, AKU SEORANG ANAK SEHARUSNYA BERHAK DAPETIN ITU BUKAN CUMA DIKEKANG UNTUK JALANIN KEWAJIBAN AKU SEBAGAI ANAK!!.
Disaat aku capek disekolah dan memilih untuk pulang lebih awal, apa ada yang nyambut dan dengar keluh kesah aku??, NGGA YAH!!. Ayah sama bunda cuma sibuk ngurusin KERJA, KERJA DAN KERJA!!, sementara aku? Aku cuma dibiarin seperti pajangan yang ngga hidup.
Tapi sekalinya aku buat masalah ayah akan turun tangan dan perlakuin aku bak penjahat yang telah melakukan kesalahan yang fatal. Aku butuh kasih sayang yah, aku ngga butuh uang banyak, uang ngga bisa buat bahagia.
Aku mau kaya orang orang yang disayang sama orang tuanya, dimanja, bahkan diperhatiin walau hanya ada luka kecil dianaknya. Tapi aku apa, aku justru selalu dapat luka yang ngga pernah bisa sembuh, letaknya disini yah, disini." Ucap Xania sembari menunjuk bagian hatinya.
Dia sudah frustasi dengan hidupnya, disaat teman temannya tertawa karna lelucon yang dilontarkan ayah mereka, ia justru menangis dengan ucapan menyakitkan dari ayahnya.
Ketika dia memang merasa sudah lelah, Xania hanya dapat bercerita dengan sahabatnya yaitu Mentari dan Anindya, jika ditanya apakah ia iri dengan keharmonisan keluarga sahabatnya, tentu ia akan menjawab iya. Xania iri, sangat iri, ia ingin berada ditubuh sahabatnya walau hanya 1 hari saja.
Tetapi ia sadar hal itu takkan pernah terjadi, karena takdirnya memang ini, selalu mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan dari orang tuanya. Namun, hingga kini pun Xania akan tetap berharap suatu saat nanti, orang tuanya akan memberikan haknya yang sudah lama tak ia terima.
"Aku capek yah, aku capek, kalo aku boleh minta, aku mau pengen minta ke Tuhan supaya jemput aku secepatnya. Aku ngga sekuat yang ayah kira, setelah dapetin tamparan dan pukulan, aku ngga pernah bisa tidur yah.
Mimpi buruk selalu datang kedalam mimpi aku, setelah lewatin sakit didunia nyata apa aku harus juga terima kesakitan di dalam mimpiku.
Ayah tau kenapa aku selalu bully anak anak disekolah?, itu karena aku pingin ayah sama bunda perhatiin aku, ngarahin aku kejalan yang benar. Tapi apa yang aku dapatin? Cuma luka yah, luka yang ngga akan sembuh nyampek aku mati sekalipun."
Ucapan anaknya barusan sukses membuat Farhan bungkam seribu bahasa. Sebab yang diucapakan anaknya memang benar, selama ini ia hanya bisa memberikan luka tanpa pernah mengobatinya.
Sebenarnya tujuannya baik hanya tidak ingin anaknya menjadi berandalan seperti kebanyakan anak diluaran sana, namun cara penyampaiannya lah yang salah. Seharusnya tidak perlu dengan melukai bukan, cukup dengan menasehati anak itu saja. Namun karena saat itu emosi lebih mendominasi, makanya Farhan tak segan segan untuk melukai sang anak.
"Pergilah kekamar dan istirahat, ini sudah malam besok kamu sekolah dan jangan perpanjang perdebatan ini" putus Farhan lalu pergi kekamarnya.
Xania hanya menuruti keputusan sang ayah, karna sebenarnya ia memang sudah sangat lelah seharian berada diluaran sana, yang tengah merenungi nasibnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rainan
Teen FictionRainan, gadis cantik dengan seribu luka yang datang silih berganti setiap harinya. Mulai dari kedatangan ibu serta saudara tiri yang bahkan tak dikehendaki olehnya, hingga perlakuan sang ayah yang berubah sejak kedatangan dua orang yang dianggapnya...