Menyesal

22 3 3
                                    

Happy reading!🌸

"Loh kok ke cafe sih?, tadi katanya ada urusan" tanya Rainan saat mereka berdua telah sampai ditempat yang mungkin dituju oleh Reval.

"Ya ini mau gue urusin, urusannya" balas Reval dengan seringai tipis diwajahnya. "Urusan apa di cafe malam malam gini?, emang lo punya bisnis apa?" sarkas Rainan.

"Dah ngga usah banyak cincong lo, ayo masuk" balasnya sembari menggenggam tangan Rainan dengan lembut.

Setelah masuk mereka pun memilih tempat duduk yang berada dekat dengan kaca cafe itu, sehingga memudahkan mereka untuk melihat lihat akses jalan diluar sana. Cafe tersebut memang menggunakan konsep modern, dengan kaca jendelanya yang dibuat transparan serta beberapa dinding yang diselimuti oleh lukisan lukisan unik. Bahkan tak hanya itu, didalamnya juga terdapat tanaman hidup yang membuat kesan cafe itu segar dan asri walau didalam tempat tertutup.

Tak berapa lama seorang waiters cafe itu pun datang menghampiri mereka berdua, "mau pesen apa mas?" tanya waiters tersebut dengan ramah.

Ia tak menyertakan 'mbak' karena takut mengganggu Rainan yang sedang memainkan gadgetnya dengan serius. "Latte nya 1 ya" balas Reval singkat dan langsung dicatat oleh waiters itu lalu kembali bertanya, "kalau pacarnya mas?" Rainan yang memang menyimak percakapan itupun seketika menaikkan kepalanya, dan posisinya saat itu memang menyamping dari arah waiters itu. Lalu dengan penuh kejulidan Rainan menatap waiters itu ala 'bombastic side eye'. Reval yang menyadari akan terjadi adu mulut, sebelum hal itu terjadi lebih dulu menjawab ucapan sang waiters untuk menghindari cekcok antaranya dengan Rainan, "samain aja mas" lalu waiters itu mengangguk dan segera pergi dari tempat mereka.

"Ish paan sih tu mas mas, sok tau amat hubungan orang" ketus Rainan sembari memalingkan pandangannya kearah jendela kaca yang besar itu, mengamati jalanan yang masih ramai oleh pejalan kaki maupun kendaraan. Sebenarnya hal itu juga digunakannya untuk menutupi wajahnya yang mulai menunjukkan semburat merah akibat ucapan waiters barusan.

"Ngga usah ditutupin kali, gue juga dah tau" ujar Reval yang membuat Rainan membulatkan matanya lalu menghadap kembali kearah Reval. "Ish dah diem aja, ngga usah heboh. Btw tadi katanya ada urusan, kok kayanya ngga ada orang yang dateng sih dari tadi" celetuk Rainan yang mulai penasaran.

"Ngapain nungguin orang?, orang gue punya urusannya sama lo juga", kalimat Reval saat ini tentu saja membuatnya bingung. Ia tak punya masalah dengan Reval, lalu urusan apa yang dimaksudnya. Kurang lebih begitulah pikiran yang terlintas dikepala Rainan.

"Urusan apa emang?, kayanya gue ngga ada buat salah deh sama lo"

"Tentang Xania, gue rasa lo tau pelaku dibalik itu semua" ucap Reval langsung ke intinya. "Ooh Xania," balas Rainan sembari mengangguk anggukkan kepalanya. "Gue tau kok..., pelakunya itu Ka Yoga. Dia yang udah tega buat Xania kaya gitu, cuma gue masih belum tau siapa 2 orang yang bareng Yoga saat itu" lanjutnya sembari menjelaskan.

"Gue rasa kejahatan Yoga ini harus segera diselesaikan, apalagi sekarang Xania udah sembuh, bisa jadi kan dia bakal ngelakuin hal yang sama untuk kedua kalinya. Gue takut aja kalo misalnya Xania sampe mati karena ulahnya".

Mendengar kalimat yang dilontarkan Reval, Rainan dapat melihat nada khawatir didalamnya. Tentu dengan hal itu Rainan sedikit tak menyukainya, ditambah lagi dibeberapa waktu saat dirinya tengah berkumpul dikantin bersama Reval dan teman temannya, Xania pasti selalu mencoba untuk mendekati Reval yang membuat dirinya takut jika nantinya, Reval dan Xania menjalani hubungan yang lebih serius dibanding sekedar teman.

"Lo kenapa kok diem?" tanya Reval yang melihat perubahan ekspresi diwajah Rainan. "Ng-ngga kok, cuma lagi mikir aja caranya buat Yoga ketangkap dengan bukti bukti yang cukup" bohong Rainan.

Tentang RainanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang