"Demit"

11 1 0
                                    

Happy reading!!🌼

"Woi elah, lo kalo mau duduk jangan mantatin gue bisa ngga sih. Kalo lo ntar kentut kek mana!" kesal Bagas saat Kenan tiba tiba saja duduk tepat disebelah kepalanya yang tengah berbaring.

"Ah heboh lo, siapa suru rebahan disini. Kalo mau rebahan, noh diteras luar adem pula dijamin nyaman pokoknya" sahut Kenan.

"Dih ogah gue, yang ada ntar dipeluk mba kunti lagi. Mending disini, dipeluk lo"

"Dih gay anjir" ucap Jefri layaknya kabel yang tersambung. "Becanda elah, sensi amat lo".

Krggg kruggh...

Terdengar bunyi perut yang tengah kelaparan dari salah satu orang dalam ruangan itu. Dan sang empu pun hanya mampu cengengesan menahan malu akibat bunyi dari perutnya itu. Tapi mau bagaimana lagi, namanya juga lapar.

"Njir, laper lo Cak?. Bisa bisanya ditengah perkumpulan ini lo kelaperan, beli makan gih" perintah Kenan memasang mimik wajah songong diakhir ucapannya.

"Uwaww, para lelaki tampaknya sedang kelaparan nih" ujar Rania yang tiba tiba nongol dari arah tangga rumah itu diikuti teman temannya yang lain. Kehadirannya itu membuat atensi para remaja lelaki itu tertuju padanya, bahkan menaruh harapan besar untuknya melalui manik mata yang menatap seolah menemukan jalan keluar dari kesesatan mereka selama ini.

"Dih mata lo pada biasa aja dong, ngga usah berharap besar sama gue. Gue ngga bisa masak, eitss tenang dulu tapi kita punya koki yang handal kok" lanjutnya dengan mata yang seolah menunjukkan kemisteriusan. Lalu tanpa aba aba, Rania segera mengarahkan pandangannya kepada Rainan yang masih terlihat bingung dengan situasi itu. "Yap tebakan kalian benar,Rainan adalah kokinya".

"Lah kok jadi gue anjj, mana mau gue masakin buat orang orang lembek kek mereka" sarkasnya dengan seringai tipis mengejek. "Heh yang lo katain lembek siapa?!" ujar Jefri dengan dengusan marah yang dikeluarkannya, sejak awal dirinya memang tak begitu suka dengan Rainan bahkan ia tak tau apa penyebabnya.

"Lah kok lo ngegas?, emang lo merasa kalo diri lo itu LEMBEK, ngga kan" ketus Rainan lalu mulai melangkah kearah dapur dan mencari alat dan bahan untuk membuat makanan ala alanya.

"Kayanya bakalan hujan deh, gue liat dari tadi ada  sekelebet cahaya putih gitu dari luar" celetuk Dion yang memang sejak tadi memandangi kearah luar dari pintu yang memang sengaja dibuka. "Lah masa iya, gue dari tadi liat ngga ada apa apa tu. Jangan jangan lo indihome lagi" sambung Taufiq dengan nyeleneh. "Idigo ege, udah ngga tau sok tau lagi lo" cerocos Cakra.

Tak berapa lama tercium aroma yang begitu menggugah selera hingga membuat perut Cakra kembali berbunyi. "Dah siap nih, makan deh lo pada" ucap Rainan sembari menaruh makanan yang telah dibuatnya, sebenarnya menu itu hanya biasa yaitu nasi goreng dengan telor ceplok sebagai toping. Rainan bingung harus memasak apa, jadi itulah pilihan satu satunya.

Saat Jefri yang mulai duduk di meja makan itu, Rainan menatapnya dengan begitu sinis seolah permasalahan sebelumnya belum usai. "Kalo ngga mau ngga usah lo makan, ntar diare yang disalahin gue. Padahal emang dasar aja orangnya ngga cocok makan makanan bintang 5, soalnya lo kan lebih sering makan omongan sendiri" sarkas Rainan dengan omongan yang begitu nyelekit.

"Dahlah Rai, ngga usah berantem. Depan makanan jugak" ucap Rania melerai.

🌸🌸🌸

Setelah makan malam mereka usai, semuanya pun mulai berkumpul di ruang tengah rumah Rania itu. Sedari tadi Dion tak henti hentinya menatap kearea luar rumah yang terlihat lumayan gelap akibat lampu taman yang terpasang ada beberapa yang mati dan belum diperbaiki.

Tentang RainanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang