7. keep it real with me

793 47 6
                                    

Jennie baru saja selesai bertemu dengan Profesor Gil, dosen yang membimbingnya mengerjakan projek akhir semester. Setelah projek itu selesai, maka Jennie bisa fokus belajar untuk ujian akhir yang menentukan kelulusannya.

Keluar dari gedung fakultasnya, Jennie hampir saja terhuyung ke belakang begitu melihat Kai berdiri di ujung anak tangga.

"Astaga apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jennie masih mencoba mengatur napasnya.

"Mengajakmu makan siang," jawab Kai santai.

Jennie semakin heran. Apa yang membuat pria itu susah payah datang ke kampus hanya untuk mengajakanya makan siang? Kai bisa dengan mudah mengirim Jennie pesan dan gadis itu akan datang ke kantor meski dengan kaki terikat.

Meski ada 'hubungan' di antara keduanya, Jennie masih menganggap Kai bosnya. Itu artinya ia masih menuruti apa yang Kai perintahkan—meski kadang Jennie ingin menghajar mulut kotornya.

"Kau sudah selesai dengan urusanmu?" tanya Kai menunggu Jennie menuruni tangga.

Jennie mengangguk. Ia berjalan di samping Kai. "Kenapa kau tidak telepon saja aku?"

Kai mengangkat bahunya. Satu tangannya berada di saku celana, sementara tangannya yang lain merangkul Jennie.

"Kai, tidak di sini." Jennie menjauh dari Kai. "Bagaimana kalau temanku melihat?"

"So?"

Aku belum memberitahu mereka, bodoh!

Membayangkan reaksi teman-temannya saat Jennie menceritakan semua yang terjadi antara dirinya dan Kai membuat Jennie panik.

"Unlike you, I still care about my reputation. And my peace," sahut Jennie.

Kai menatap gadis di hadapannya dengan alis terangkat. "Really?"

"Aku tidak mau berakhir menjadi tajuk berita 'CEO Kim Jongin cute PDA with random girl, oh that's his assistant' di tabloid murahan," gerutu Jennie.

Mendengar celoteh Jennie, Kai terkekeh. "Bukankah itu sebuah keuntungan untukmu?"

Jennie merasa tersinggung. Bibirnya cemberut. Ia memukul bahu Kai. "Fuck you Mr.Oh-I'm-the-CEO-all-girls-should-be-thankful-to-be-fucked-by-me," ejeknya sambil mengibaskan rambut dengan tangannya.

"Hei, guys!" Jennie sontak berbalik begitu sebuah suara menyapa keduanya. "Apa yang kalian lakukan berdua di sini? KJ's Corp bekerja sama dengan NYU?" Lisa melirik Jennie dengan seringai kecil.

"Lisa!" seru Jennie menyembunyikan gugupnya. Ia memperkenalkan Lisa pada Kai dan sebaliknya.

"Your back picture don't do justice, Sir," ujar Lisa sambil menjabat tangan Kai. Pria itu melihat ke arah Jennie dengan tatapan bertanya-tanya.

"Lisa hanya bercanda," ujar Jennie salah tingkah sambil melotot ke arah Lisa. "Kita kembali ke kantor? Sebaiknya kita harus cepat berangkat sebelum jam makan siang berakhir."

Lisa mengeluh. "Kukira kita bisa mengobrol," gerutunya. Ia melihat ke arah Kai dengan tatapan membunuh. "Especially with you and your intention with my Jen-Jen. I'm watching you, you Goddamn hot fucking CEO."

"Lisa!" omel Jennie. "Kita mengobrol di rumah, oke? Aku masih harus bekerja."

"Sure." Ekspresi Lisa berubah riang. "Sampai bertemu di rumah," lanjutnya memeluk Jennie singkat.

Sebelum berjalan pergi, Lisa masih menggoda Kai. "See you Mr. CEO. Can't wait to see your front part."

Jennie hampir saja mengejar Lisa dan memukul sahabatnya itu jika ia tidak ingat kalau Kai ada di sampingnya. Terkadang Jennie ingin menyumpal mulut Lisa. Tapi meski dengan celotehan dan sifat blak-blakannya, Jennie tahu Lisa hanya ingin melindungi teman-temannya dari pria-pria brengsek yang banyak ditemui di New York.

Loathe You | jenkai (YOU SERIES BOOK 1) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang