11. very courageous, sometimes chic

537 36 6
                                    

Jennie tidak tahu ia akan merasa hampa dan sedih setelah pertemuannya dengan Kai. Rasanya pagi ini ia tidak ingin pergi bekerja dan hanya ingin mengurung diri di dalam kamar. Tapi ia tetap menyangkal kalau ia patah hati. Jennie merasa ia tidak menyukai Kai, kenapa ia harus merasa patah hati?

"Jennie, kau mau pergi bekerja atau tidak?" Rosé mengetuk pintu kamarnya. "Jisoo dan Lisa sudah pergi."

Jennie bergumam tidak jelas di bantalnya.

"Oke, aku akan masuk." Kemudian Rosé membuka pintu kamar sahabatnya.

Jennie masih duduk di ranjang dengan mata sembab dan rambut berantakan.

"Aku mendengar tangisanmu semalam," ujar Rosé simpatik.

Jennie semakin menenggelamkan diri di balik selimut, tidak mau bertemu dengan siapapun. "Apa Jisoo dan Lisa mendengarnya juga?"

Rosé angkat bahu. "Mereka tidak berbagi dinding denganmu. Jadi kurasa mereka tidak mendengar apa pun."

Duduk di samping Jennie, Rosé hanya menatap sahabatnya dengan wajah prihatin. "Aku tidak suka melihatmu seperti ini, kau tahu?"

Jennie mengangguk setuju dengan wajah cemberut. "Aku juga tidak suka merasa seperti ini. Aku bahkan tidak tahu kenapa aku seperti ini. I don't even like him to begin with."

"Lalu apa yang akan kau lakukan? Ijin tidak ke kantor?"

"Ya," sahut Jennie lemah. Ia mengambil ponselnya dan terkejut begitu melihat delapan panggilan tidak terjawab dan beberapa pesan dari Kai. Semalaman ia membisukan ponselnya. "Oh, shit."

Kai
You'd better be here at 9
Also bring my coffee and breakfast

"Kau yakin akan pergi?" tanya Rosé meyakinkan.

Dengan berat hati, Jennie tahu untuk tidak menggabungkan hal pribadi dan profesional. Meski ia sangat ingin menghindari Kai, tapi pria itu tetap bosnya.

Menghela napas panjang, Jennie bangkit dari kasurnya dan bersiap pergi bekerja.

"Aku akan seharian di rumah mengerjakan projek baruku. Telepon aku jika butuh bantuan." Rosé menawarkan diri.

•••

Sesampainya di kantor, Jennie langsung berjalan ke arah ruangan Kai membawa kopi dan roti lapisnya. Begitu hendak masuk, Jennie terkesiap saat seorang wanita keluar dari ruangan Kai.

Rambut pirang, tubuh tinggi semampai, dan wajah super cantik seperti supermodel. Jennie merasa familiar dengan wanita itu. Rasa-rasanya ia pernah melihat potret wanita itu di billboard atau majalah. Mungkin memang wanita itu seorang model.

Apa yang seorang model inginkan pagi-pagi di sini? Batin Jennie menyelidik.

"Oh, maaf." Jennie menggeser badannya yang menghalangi jalan wanita itu.

Tanpa melirik ke arah Jennie, wanita itu pergi begitu saja. Jennie bisa mencium parfumnya begitu wanita itu melewatinya. Wanginya langsung membuat Jennie tahu kalau wanita ini punya banyak harta dan menduduki hierarki tinggi dalam pergaulan kelompok elit.

Jennie melanjutkan masuk ke dalam ruangan Kai. Tapi ia melihat pria itu sudah memakai jasnya dengan rapi dan membawa barang-barangnya.

"Kopi dan sarapanmu." ujar Jennie kikuk.

Tanpa melihat Jennie, Kai berkata. "Simpan saja di mejaku. Cek email-mu untuk pekerjaan hari ini. Aku ada urusan di luar seharian."

Loathe You | jenkai (YOU SERIES BOOK 1) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang