Sesampai di rumah panti Zahra turun dari motor Alwi dan berjalan masuk kedalam, dan diikuti oleh Alwi di belakangnya namun sebelum sampai di depan pintu Zahra meminta Alwi segera pulang.
"Alwi lebih baik kamu pulang sekarang, udah malam"ucap Zahra.
Alwi menghela nafasnya pelan lalu ia menganggukkan kepalanya dan kembali ke motornya dan menjalankan motornya kearah rumahnya.
Setelah kepergian Alwi, Zahra tidak langsung masuk kedalam melainkan ia duduk di teras dan memandang langit malam.
"Ayah, sebenarnya ayah dimana, aku rindu ayah. Aku ingin bertemu dengan ayah, memeluk ayah, apa aku bisa bertemu dan memeluk ayah, apa bisa"ucap Zahra.
"Pasti bisa"ucap seseorang.
Zahra mendongak. "Umi"
Umi tersenyum ia duduk di sebelah Zahra dan ikut memandangi langit malam.
"Ra, pasti kamu akan bertemu dengan ayah kamu, mungkin bukan sekarang tapi nanti atau lusa. Jika nanti saat kamu menikah dan tidak adanya ayah kamu, kamu jangan pernah bersedih tetap tersenyum dan bahagia ya"ucap Umi.
Zahra tersenyum, ia memeluk ibu panti dengan erat.
"Makasih umi, sudah memberi semangat untukku"ucap Zahra.
Ibu panti membalas pelukan Zahra. Ibu panti sudah menganggap Zahra anaknya sendiri, ketika anaknya sedih dan membutuhkan dukungan oleh orang tuanya ia lah yang menghibur anaknya dan menjadi penyemangat bagi anaknya.
"Udah, sekarang kita masuk kedalam udah malam, tidur"ucap umi.
Zahra menganggukkan kepalanya dan masuk kedalam.
Di tempat yang sama seorang paruh baya melihat betapa sedihnya anaknya yang sudah lama ia tinggalkan, ia ingin bertemu dengannya namun terhalang oleh egonya.
"Ternyata kamu begitu merindukan ayahmu ini yang sudah meninggalkan kamu, yang menelantarkan kamu sejak kamu masih kecil, maafin ayah Ra, ayah gak bisa bertemu dengan kamu dan ayah gak bisa menghadiri acara pernikahan kamu nanti untuk menjadi wali mu tapi ayah akan selalu mendoakan kamu dan calon suami kamu nanti"ucap seseorang.
***
Pagi hari Zahra bersiap pergi kesekolah, seperti biasa ia akan pergi naik angkutan umum.
Didepan sekolah Zahra yang sudah berada di halaman sekolah ia melihat seorang laki-laki paruh baya yang sedang menyapu di halaman sekolah dan laki-laki paruh baya itu melihat kearahnya sambil tersenyum, Zahra membalas senyuman itu dan bergegas pergi kekelasnya.
Laki-laki paruh baya itu melihat punggung Zahra yang sudah menjauh dari pandangannya, rasanya ia ingin mendekat dan memeluk Zahra namun ia dikalahkan oleh egonya.
"Ayah merindukan kamu, anak ayah"ucap laki-laki paruh baya itu.
Ditempat yang sama Alwi tengah menunggu kedatangan Zahra di kelas, dan yang ditunggu pun datang alwi segera menghampiri Zahra yang sudah berada di tempat duduknya.
Alwi tersenyum kearah Zahra namun Zahra acuh saja,
Ia tidak ingin melihat wajah Alwi ia memalingkan wajahnya ke buku sekolahnya."Ra, kamu masih marah sama aku"ucap Alwi.
"Gak"ucap Zahra singkat.
"Kalau gak kenapa kamu mengacuhkan ku"ucap Alwi.
Zahra tidak menjawab ia terus fokus dengan bukunya.
"Tuh kan aku ngomong gak didengerin, kamu pasti marah sama aku"ucap Alwi.
"Gak, lebih baik kamu ketempat duduk kamu"ucap Zahra.
"Ra, aku minta maaf ya. Gini deh kita cari ayah kamu sampai malam"ucap Alwi.
"Gak usah, aku lagi gak mood buat cari ayah. Kalau pun aku ingin mencari ayah ku, aku akan mencarinya sendiri tanpa ditemani kamu. Udah sana ketempat duduk kamu, jangan ganggu aku"ucap Zahra.
"Jangan gitu, aku akan temani kamu ya"ucap Alwi.
"Gak perlu Al, sekarang kamu sana deh jangan ganggu aku"ucap Zahra.
Alwi menghela nafasnya kasar, ia kembali ketempat duduknya namun matanya tidak berhenti menatap Zahra yang selalu fokus dengan bukunya.
Makasih yang sudah baca, maaf bila ada salah kata dalam penulisannya.
Jangan lupa vote dan komen.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pelengkap Diriku
Random"Kamu yang menolong zahra ya"ucap umi. "Iya bu, emm bagaimana keadaan Zahra bu apa dia baik-baik saja"ucap Alwi Umi yang ingin menjawab ucapan Alwi, seseorang menjawabnya terlebih dahulu. "Baik kok, emang luka saya begitu parah sampai kamu kesini da...