Part 19

187K 13.7K 739
                                    

Happy reading ❤️‍🔥

^^^

"Atlas ayo bangun dulu, tangan kamu harus di obatin!"

"Atlas, tangan kamu bisa infeksi kalo dibiarin kaya gitu"

Sudah hampir 20 menit Nabella menunggu dan membujuk Atlas. Namun pria itu hanya diam sambil menelungkup tubuhnya di atas kasur.

Sedangkan Atlas sedang berusaha menahan gejolak amarah dalam dirinya. Penilaian dia terhadap kejadian beberapa jam sebelumnya membuat dia tidak bisa menahan amarah. Atlas terlalu percaya dengan apa yang dia lihat, meskipun apa yang dia lihat belum tentu benar.

Seperti kejadian beberapa jam yang lalu, dimana Nabella hanya bersikap profesional. Dia tidak mungkin menolak ketika seorang pria yang mungkin salah satu pasien rehabilitasi bertanya kepadanya dan dia tidak mungkin tidak membantu ketika pria itu terluka. Karena pada dasarnya Nabella berprofesi sebagai seorang suster yang memang tugasnya membantu dan mengobati seorang pasien yang dalam keadaan tidak baik-baik saja atau dalam artian lain terluka.

Gangguan emosional dan penilaian yang terganggu termasuk kedalam efek narkoba. Narkoba cenderung mengganggu dan mempengaruhi otak. Itu sebabnya efek narkoba mampu membuat seseorang menilai suatu situasi dengan tidak akurat. Seperti Atlas, yang tidak bisa menilai bahwa Nabella hanya berlaku profesional dan efek selanjutnya adalah gangguan emosional hingga dapat membuat Atlas tidak bisa menahan amarah dan berakhir kekerasan, cenderung impulsif.

"Atlas aku mohon, tangan kamu harus di obatin" Nabella berusaha memberanikan diri untuk menyentuh pundak polos Atlas yang terdapat ukiran tato.

"Berisik sialan!" Bentak Atlas, pria itu bangkit dari tidurnya dan langsung mencekik leher Nabella dengan satu tangan hingga membuat perempuan itu mundur beberapa langkah.

"Lo terlalu berisik bangsat!" Suara Atlas terdengar berat dan menusuk, tatapan matanya menggelap. Atlas seakan lupa bahwa perempuan yang dicekik adalah perempuan yang berhasil mengobrak-ambrik hatinya hingga tidak karuan.

"Lo suka kan sentuhan sama banyak laki-laki?" Atlas menatap remeh Nabella "Tugas lo cuman ngurus gua buka orang lain sialan!" Desis Atlas penuh penekanan

Nabella hanya diam seraya berusaha mengambil nafas walaupun sangat sulit. Cekikan Atlas begitu kuat sampai berhasil membuat Nabella merasa sangat lemas.

Kedua tangan Nabella terangkat untuk memegang tangan Atlas meskipun bergetar hebat. "Ma—af…..Ma—af" Suara Nabella terbata-bata dan terdengar lemah.

Cekikan pada leher Nabella berubah melemah, dengan kehati-hatian Atlas melepas tangannya pada leher Nabella lalu membalikan badan membelakangi Nabella yang berusaha menarik nafas sedalam-dalamnya.

"Bodoh! Tolol! Anjing! Bangsat lo Atlas" Umpat Atlas berkali-kali seraya memukul kepalanya. Dadanya terasa sesak dengan rasa bersalah.

Nabella berusaha melangkah mendekati Atlas dengan menahan rasa sakit pada leher yang terdapat bekas merah serta berusaha menghilangkan perasaan takutnya kepada Atlas.

Nabella membalik tubuh tegap Atlas yang masih memukul kepalanya berulang kali seraya menunduk "Hey, sssttt nggak papa" Nabella mengelus lembut rahang Atlas sambil menyingkirkan tangan pria itu agar tidak terus memukul area kepala.

Melihat tubuh Atlas bergetar membuat Nabella akhirnya memeluk Atlas. "Sssttt It's okay Atlas" Tangan Nabella mengelus bebas punggung telanjang Atlas.

"Maaf—maaf… aku nyakitin kamu," Tangisnya pecah, tangannya semakin melingkar di pinggang Nabella.

ATLAS (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang