Happy reading 💕
^^^
"Apa ayah boleh, minta Nana buat berhenti kerja disini? Ayah nggak masalah jika Nana ingin tetap bekerja sebagai perawat, tapi bisakah Nana ikut ayah kembali ke Solo?" Doni menggenggam erat kedua tangan Nabella seraya menatap bola mata putrinya.
"Kenapa?"
"Ayah cuman takut Nana kenapa-kenapa, Nana tidak ada saudara atau siapapun disini. Kalau di Solo, Nana ada ayah dan ibu, kita bisa berkumpul lagi di rumah. Ayah ingin mengembalikan waktu yang hilang bersama Nana dan ibu" Sebagai seorang ayah, Doni hanya takut putrinya kenapa-kenapa terlebih Nabella seorang diri di Jakarta. Dan bekerja di tempat rehabilitasi, dimana kebanyakan pasien seorang laki-laki. Sewajarnya seorang ayah yang memiliki kekhawatiran terhadap putrinya.
Nabella terdiam cukup lama, dia memang ingin kembali seperti semula. Dimana rumah menjadi tempatnya pulang, dimana ketika rasa lelah terganti rasa senang melihat ibu dan ayah sedang tertawa di ruang keluarga. Nabella memang ingin kembali ke suasana seperti itu. Tapi dia punya janji pada Atlas, dia tidak mungkin mengingkari janji itu.
"Nana nggak bisa ayah, ada janji yang harus Nana tepati. Lagipula Nana nggak bisa berhenti kerja gitu aja dan ayah tidak perlu khawatir disini ada Mas Zidan" Tatapan penuh keyakinan serta senyum manis yang Nabella tunjukkan kepada sang ayah agar pria didepannya ini tidak perlu khawatir berlebihan "Orang-orang disini semuanya baik sama Nana dan terlebih ada Mas Zidan, pasien yang sekarang menjadi tanggung jawab Nana juga sangat baik"
"Namanya Atlas Guallin Dexter, pasti ayah gak asing sama namanya" Ekspresi terkejut terlihat jelas di wajah Doni "Dia yang membunuh pamannya? Sayang— "Ayah, Atlas memang membunuh pamannya, tapi ada hal yang ayah belum tahu. Mungkin ayah hanya mengetahui Atlas dari apa yang ada di media, tapi sayangnya ada sesuatu yang orang lain dan media tidak bisa lihat dalam diri Atlas"
"Mungkin ayah dengan sengaja atau sengaja melihat pemberitaan tentang keluarga Atlas. istri dan paman Atlas yang membunuh ibu dan ayahnya. Nana tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya Atlas saat itu, mungkin jika Nana berada di posisi itu, Nana bisa saja melakukan hal yang sama. Nana mungkin akan balas dendam pada orang yang telah menghilangkan nyawa seseorang yang berarti dalam hidup Nana" Mata Nabella berkaca-kaca "Nggak mudah bisa bertahan seorang diri di dunia yang penuh tipu daya, nggak mudah untuk bisa menerima kenyataan yang begitu menyakitkan secara mendadak. Atlas terjebak dalam penyalahgunaan narkotika bukan karena keinginannya ayah, tapi karena keadaan dan dorongan dari orang terdekatnya"
"Tidak ada yang mengetahui betapa sakitnya berada di posisi Atlas, orang-orang hanya bisa menghakimi tanpa mau melihat Atlas dari sisi lain. Jika posisinya ditukar, apa mereka akan sekuat Atlas?"
"Bahkan Nana Mungkin tidak akan sekuat Atlas ayah" Melihat ibunya terbaring lemah dengan tatapan kosong membuat dunia Nabella hancur, lalu bagaimana jika dia harus melihat ayah dan ibu meninggal karena dibunuh oleh orang yang bahkan masih memiliki ikatan keluarga.
"Maaf jika ayah berpikir buruk tentang Atlas sayang" Tangan Doni terangkat menghapus air mata di pipi Nabella "It's okay, Nana cuman mau bilang. Kita tidak bisa menghakimi seseorang cuman karena mengetahui orang itu jahat dari media atau dari mulut ke mulut, tanpa melihat sisi lain dari orang itu. Kita pintar untuk melihat mana yang jahat dari hati dan mana jahat karena keadaan. Walaupun kita tidak bisa membenarkan kejahatan itu, setidaknya kita tidak main hakim sendiri"
Doni tersenyum kecil "Kenapa Nana terlihat begitu menggebu-gebu saat membicarakan Atlas, bahkan putri ayah sampai menangis. Nana ada sesuatu dengan Atlas?" Satu alis Doni terangkat untuk menggoda Nabella.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLAS (End)
Teen Fiction☠️WARNING : TYPO BERTEBARAN Menceritakan kehidupan Atlas Guallin Dexter, seorang anak tunggal yang terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba dan tindakan pembunuhan berencana setelah kehilangan kedua orang tuanya dalam kecelakaan tunggal yang jang...