Kesembilan

4.7K 286 19
                                    

.
.
.
.
.

Andra pikir setelah malam itu ia menghindar dari ayahnya perihal ia bekerja di mini market akan membuat kemurkaan randa meningkat. Tapi ternyata tidak. Tidak ada yang terjadi setelahnya.

Ayahnya bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

Andra tentu saja merasa bersyukur karena ia aman kali ini.

Minggu ini merupakan waktu yang sibuk bagi andra. Karena ia harus mengikuti bimbingan belajar untuk olimpiade matematika.

Iya. Kali ini andra menjadi wakil sekolah lagi.

Andra tidak mau membuang kesempatan ini. Hadiahnya cukup besar, "bisa untuk beli obat nih" itu yang dipikirkan amdra saat tau jumlah hadiahnya.

Kalau kalian berfikir obat yang dimaksud andra adalah obat yang benar-benar obat. Itu salah.

Obat yang dimaksud adalah pereda nyeri.

Andra tidak membeli obat sesuai resep dokter. Ia pikir lebih baik seperti ini saja. Karena semakin cepat ia pergi, maka semakin cepat andra akan dimaafkan.

"woy.
Makan dulu kali ndra.

Lo itu udah pinter, gak perlu kerja keras begini juga gua yakin lo bakal menang"

Itu tadi rafka yang memang sudah dari 2 jam yang lalu jengah melihat andra yang tak lepas dari buku paketnya.

"gua tau kalo gua ini emang super duper pinter. Tapi gue bener-bener harus menang kali ini ka."
Ucap andra tanpa mengalihkan atensinya dari buku.

"mau beliin kado buat cewek mana dah lo? Tumben ambis banget"

Andra tahu kalau sudah seperti ini pasti akan panjang ceritanya. Jadi ia tahu harus melakukan apa.
Ia letakkan penanya dan

"Aku sebenernya mau jujur ka. Aku mau beliin kamu cincin. Aku sebenernya sudah lama menyimpan perasaan ini" ucap andra sambil membelai pipi rafka.

Rafka yang melihat itu langsung lari terbirit meninggalkan andra sendirian lagi.

Lucu sekali memang sahabatnya itu.

.
.
.
.
.
.

Saat jam sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi, tapi gana masih sibuk dengan tugas perkuliahannya diruang keluarga.

Suasana hening tiba-tiba terusik dengan pintu yang terbuka menampilkan satu sosok yang masuk dengan wajah lelahnya.

Andra.

Itu adalah dia. Andra barusaja pulang dari pekerjaannya di mini market.

Entah adiknya itu terlalu lelah atau apa. Tapi yang gana tahu adalah andra tidak menyadari keberadaannya. Gana jelas melihat pergerakan andra yang mencoba naik kelantai dua dengan tangan yang berpegangan pada tangga.

.
.
.
Baru saja menapaki beberapa anak tangga, tapi denyutan dikepalanya sungguh terasa menyiksa.

Andra naik dengan berpegangan erat pada tangga. Bahkan ia tak menyadari kehadiran gana yang sejak tadi memperhatikannya.

Saat kaki andra hampir menginjak anak tangga terakhir, kakinya tiba-tiba menjadi sangat lemas.

Alhasil ia, limbung kesamping. Untung ada seseorang yang menahannya.

Andra tidak tahu siapa itu. Entah ayahnya, kakaknya atau mungkin malaikat baik yang menjaganya. Karena setelahnya andra hanya merasakan tubuhnya ringan dan pandangannya gelap.

.
.
.

"sumpah ya lo itu kalo lemah harusnya sadar diri"

Gana baru saja membaringkan tubuh adiknya sambil terus mendumal. Ia benar-benar kesal karena harus kembali direpotkan oleh andra yang tiba-tiba pingsan.

Deandra [SUDAH TERBIT/TERSEDIA DI SHOPEE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang