Im Nayeon, bukanlah gadis licik atau sembrono. Dia hanya seorang gadis miskin biasa yang begitu lugu, dan naif. Mendapati harga dirinya dihina dan diinjak-injak oleh orang asing angkuh yang baru saja ia temui pada kejadian absurd membuatnya muak hid...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Waktu berlalu begitu cepat sehingga 2yeon bahkan tidak sadar kalau mereka telah hidup bersama selama hampir tiga minggu.
Jeongyeon begitu sibuk dengan proyeknya dan Nayeon seperti biasa; membanjiri Jeongyeon dengan begitu banyak permintaan aneh dan omong kosong. Atau setidaknya Nayeon akan mengganggu sarafnya.
Hari ini adalah hari sabtu yang berarti hari free Jeongyeon dari pekerjaanya. Keduanya sarapan seperti biasa, tapi Jeongyeon sedikit agak beda hari ini. Gadis itu hampir sepenuhnya berdandan dengan pakaian bagus.
Penasaran dengan penampilan Jeongyeon, Nayeon memutuskan untuk bertanya.
"Jeong, kamu mau kemana?" dia mengamati sosok tinggi Jeongyeon dari ujung kaki sampai kepala.
Sangat tidak biasa melihat Jeongyeon berdandan seperti itu selama akhir pekan. Pakaian kasual yang sering Jeongyeon kenakan di rumah sebatas kemeja tanpa lengan dan dipadukan dengan celana tiga perempat.
"Ada urusan," ucap Jeongyeon singkat.
"Ku pikir kamu ngga akan pergi ke kantor selama akhir pekan?"
"Ya, aku tidak pergi ke kantor. Aku akan melakukan beberapa sesi pemotretan hari ini."
"Sesi pemotretan?" alis Nayeon melengkung sempurna sangking tidak percayanya. "Jangan membodohiku dengan lelucon sarkastikmu, Jeong!" kepalanya menggeleng. Nayeon pikir Jeongyeon sedang mencoba membuat lelucon.
"Aku serius. Sebelum bergabung di perusahaan appa, modeling adalah karir ku," jujur Jeongyeon.
". . . Mau ikut?" tawarnya dan mendapati ekspresi terkejut dari Nayeon. Ini pasti sebuah keajaiban, dimana Jeongyeon bersedia membawanya bersama ke suatu tempat. Tunangannya itu biasanya melarang Nayeon untuk ikut.
"Baiklah, aku ikut." Gadis kelinci itu tidak butuh waktu lama untuk menimbang dan menganggukkan kepala dengan senang.
Memangnya apa lagi yang akan dia lakukan kalau ditinggal sendiri di rumah kosong ini? Lebih baik jika Nayeon ikut dengan Jeongyeon ke lokasi shoot.
"Bersiaplah, dua menit."
"Kau gila?" protes Nayeon, keberatan. "Aku harus mencari bajuku."
"Baiklah, lima menit."
"Sepuluh menit!" tukasnya sambil bergegas ke kamar.
Jeongyeon tidak bisa berbuat apa-apa. Nayeon tetaplah Nayeon. Gadis itu memiliki begitu banyak pakaian di lemarinya tapi tetap saja dia bilang dia tidak punya apa-apa untuk dipakai.
~~~~
#25 Menit kemudian
Nayeon mencari Jeongyeon dan menemukan tunangannya sedang menunggu di garasi. Jeongyeon sudah mengenakan jaket kulit hitamnya. Jaket yang menggantung sempurna di badannya, celana slimfit mengilap yang dikenakannya dipadankan rapi dengan boots hitam. Jeongyeon tampak begitu bersinar meskipun berbalut serba hitam. Corak klasiknya membuat rona kulitnya naik seolah-olah dia berkilauan di bawah cahaya pagi yang cerah.