Im Nayeon, bukanlah gadis licik atau sembrono. Dia hanya seorang gadis miskin biasa yang begitu lugu, dan naif. Mendapati harga dirinya dihina dan diinjak-injak oleh orang asing angkuh yang baru saja ia temui pada kejadian absurd membuatnya muak hid...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nayeon POV
Sudah hampir seminggu. Aku menemukan fakta bahwa; 'berkah sebenarnya ketika membuka mata pertama kali di pagi hari, adalah melihat orang yang sangat berarti bagi kita.'
Dan untuk ku, dia adalah Jeongyeon.
Hari ini, mata cokelat yang mempesona itu tidak menatapku ketika aku bangun dari tidur. Dia masih tenggelam dalam lelapnya.
Terkadang aku iri karena dia lebih sempurna dariku. Yoo Jeongyeon terlihat kekanak-kanakan, tapi fitur wajahnya lembut seperti bayi. Dia punya alis tebal yang sangat bagus untuk penampilannya, hidung runcingnya menjadi nilai plus, dan bagian favoritku adalah bibirnya yang tipis.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku mencondongkan tubuh dan mengecup bibir menggoda itu.
Cup~
Lagi, aku memberikan ciuman cepat ke bibirnya. Dan kali ini, Jeongyeon menggelengkan kepala seolah itu mengganggu. Ini akan menjadi upaya terakhir, dan sebelum bibirku menyentuh bibir Jeongyeon, matanya terbuka lebar.
"Nabongs~" Dia menggosok mata dengan malas.
"Iya, Jeongie?"
"Kau sudah bangun sebelumku?"
"Hm." Aku cuma mengangguk sebagai jawaban. Tangan Jeongyeon melingkar disekelilingku dan aku menggulung diri ke dalam pelukannya.
"Aku pasti sedang bermimpi sekarang."
"Kenapa?"
"Aku bermimpi kau menciumku," ujar Jeongyeon dan yang bisa aku lakukan sebagai tanggapan hanyalah tertawa geli. Dia ngga sadar aku benar-benar menciumnya, ya?
"Kalo aku bilang itu bukan mimpi, gimana?"
"Hm. Kalo begitu, ini pasti mimpi juga. Kamu jarang secantik ini di pagi hari."
"Ck. Gombal~"
"Apa yang kau lihat?" Dia pura-pura meniruku. Ya. Emang begitulah cara ku menanggapinya, setiapkali bangun tidur.
"Kau mengerikan!" Jeong menambahkan dan aku tidak bisa menahan tawaku.