34

5.5K 377 18
                                    

Seperti perkataannya kemarin kini Fero berada di ruang bawah tanah bersama Brian dan Juan.

"Ada apa memanggil kami kemari?"tanya Juan mengawali.

Fero menatap keduanya serius. "Kemarin mantan istrimu kembali menemui putriku"ucap Fero ditujukan kepada Juan.

Brian menggebrak meja di depannya dengan kencang."Bagaimana bisa hah!? Bukankah sudah banyak bodyguard yang kukirim untuk menjaga baby?"

Tatapan Fero semakin menjadi datar."Baby ingin keluar bersama sahabatnya tanpa bodyguard, bagaimana mungkin saya menolak keinginannya!? Lagipula ada bodyguard yang menjaganya dari jauh."

Brian mencengkram kerah kemeja Fero."Tapi kau membuatnya dalam bahaya bodoh!!"

"Kau pikir saya mau seperti ini!? saya hanya mau yang terbaik untuk putriku!!"

Juan yang jengah dengan keduanya langsung menendang meja dan berdiri dari duduknya.

"Berhenti menjadi kekanakan seperti ini!! Lebih baik kita membahas bagaimana cara melindungi Cia dari Yera!!"teriak Juan.

Brian melepaskan cengkramannya dari kerah Fero dengan nafas memburu begitupula dengan Fero yang tak jauh berbeda.

"Jika kalian bertengkar seperti tadi apa akan menyelesaikan masalah hah?!!"

Ketiganya kembali duduk.

Setelah suasana sudah membaik Juan kembali berbicara."Sekarang, ceritakan bagaimana kronologi saat Yera menemui Cia, dan apa saja yang dia katakan."

Fero menceritakan semuanya. Setelah selesai keadaan menjadi hening.

"Yera itu wanita penuh obsesi tak biasanya dia melepaskan objek obsesinya begitu saja,"ucap Juan.

"Menurutku pasti ada yang direncanakan olehnya, dia menemui Cia dan berkata demikian hanya sebagai trik atau untuk mengelabui kita saja,"lanjut Juan.

Fero menyetujui perkataan Juan begitupula dengan Brian.

"Kita harus lebih waspada dan perketat penjagaan baby,"ucap Brian.

Fero menghela nafas kasar."Secepatnya kita harus mengetahui apa yang direncanakan Yera,"ucapnya khawatir.

Ketiganya larut dengan pikirannya masing-masing dengan keheningan yang ada.

***

Disisi lain, Yera bersama Darren memasuki mansion milik keluarga besar Darren untuk menemui anak dari kakak Darren yang berkunjung ke Indonesia, sebab mereka tinggal di USA.

Saat memasuki ruang keluarga ternyata ada seseorang yang tengah duduk sendirian di sofa.

"Aslan,"panggil Darren.

Aslan, anak dari kakak laki-laki Darren baru berumur tujuh belas tahun memiliki badan yang kekar dan mata yang tajam ditambah sifat dinginnya.

Aslan yang dipanggil mengalihkan pandangannya."Ayah? Bunda?"ucapnya dengan nada datar.

Sejak kecil Aslan dibiasakan memanggil Darren dan Yera, ayah dan bunda.

Segera Aslan beranjak dari duduknya dan memeluk Darren dan Yera, kemudian ketiganya duduk disofa panjang.

"Bagaimana kabarmu boy?"tanya Yera dengan mengelus rambut Aslan.

Aslan tersenyum tipis."Baik,"jawabnya seadanya.

"Bagaimana sekolahmu? lancar bukan?"Kini giliran Darren yang bertanya.

Aslan memutar matanya malas."Membosankan, orang-orang disana terlalu bising."

OverprotectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang