-oOo-
happy reading!
***
Seorang anak berumur sekitar 7 tahun sedang menatap iri pada seorang teman yang dijemput oleh ayahnya. Temannya itu terlihat begitu bahagia. Kemudian matanya beralih melihat seorang anak yang digandeng ibunya, anak kecil itu merengek minta dibelikan es krim, sedangkan sang ibu dengan sabar berusaha menasehati anaknya. Maniknya juga menangkap anak perempuan yang berada dalam gendongan punggung ayahnya sedang melintas di depannya.
Mata hazel kecilnya meredup. la ingin tahu bagaimana rasanya dijemput oleh seorang ayah. Atau apakah akan sangat menyenangkan jika ia bisa merasakan tangan seorang ibu yang menggandengnya.
la ingin tahu bagaimana rasanya merengek minta dibelikan permen, bagaimana rasanya ketika ia dimarahi karena selalu bertengkar dengan temannya. Apakah ibunya akan marah jika nilainya turun, atau apakah ibunya akan memukulnya jika ia berbuat nakal?
Hanya hal-hal sederhana yang ia ingin rasakan. la penasaran, ketika temannya bercerita dimarahi oleh ibunya karena tidur larut karena bermain game. Atau saat temannya yang lain menceritakan hari weekend yang dihabiskan di taman bermain. Ada pula yang menghabiskan waktu untuk bermain bola bersama ayahnya.
Sampai kapan ia harus terus bersandiwara memiliki keluarga yang sempurna dan bahagia? Hatinya yang mungil berdenyut perih.
Tak lama matanya menangkap sosok seseorang yang selama ini selalu menjemputnya pulang sekolah.
"Achan, kamu udah nunggu lama ya? Maaf ya tante telat jemput kamu, tadi jalanan macet. Oh iya, gimana sekolahnya?" Angel berjongkok di hadapan Arshano yang sedang duduk.
"Biasa aja. Sama kayak hari-hari sebelumnya." Wajah Arshano terlihat dingin dan datar tanpa ekspresi apapun. Anak itu seperti tidak pernah memahami bagaimana mengekspresikan diri.
Terkadang ia hanya meniru temannya, ketika mereka tertawa lebar ia juga tertawa, ketika mereka saling mengejek ia juga melakukan hal yang sama. Hanya sekedar meniru, tak benar-benar tahu seperti apa rasanya. Karena hatinya kosong, perasaannya gersang dan tandus.
.
Sesampainya dirumah, Arshano mendapati ibunya sedang menyiram bunga di pekarangan rumah sambil melamun. Mungkin ibunya lupa jika hati anaknya juga perlu disirami kasih sayang agar tumbuh subur. Bahkan taman di rumahnya tak pernah segersang hatinya.
Arshano merasa kehadirannya tak pernah dianggap. Seingatnya, ia tak pernah merasakan hangatnya pelukan seorang ibu. Teman sekolahnya bilang, ibunya selalu memeluknya ketika sakit, mengusap dahinya dan selalu mencium keningnya ketika akan tidur. Ia sangat ingin merasakannya.
Arshano ingat saat umurnya 5 tahun, dia pernah juara lomba menggambar dan mewarnai, Tante dan Kakeknya tak henti-hentinya memuji kemampuan yang ia miliki. Dia merasa bak superhero ketika mendengar pujian atas kerja kerasnya. Namun wanita itu, wanita yang selalu ia panggil 'Bunda' tidak pernah memberikan pujian walaupun sekedar pujian singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EGO: A Miracle
Fanfictionmy third shanchik story. no desc, just read it. ⚠️B x G⚠️ ⚠️SHANCHIK AREA⚠️ yg gasuka 🚷Dilarang Masuk!🚷