happy reading!
***
Sepasang kelopak mata yang entah sudah berapa lama tertutup kini perlahan terbuka. la merasakan matanya basah. Tetesan air mata bening jatuh membasahi pipi. la merasakan sakit di seluruh tubuhnya, ia tak bisa menggerakkan tubuhnya, seolah mati rasa. Namun perlahan jemari tangannya bisa ia gerakkan sedikit demi sedikit.
Pandangan matanya yang mengabur lambat laun menjadi jelas. Maniknya menangkap sosok ibu dan ayahnya yang tersenyum berlinang air mata, seperti tangisan bahagia. Kedua orang tuanya berseru memanggil-manggil perawat medis. Ia masih belum jelas mendengar suara mereka, pendengarannya masih belum stabil.
Chiko masih setengah sadar, ia di ambang kesadaran yang masih menipis. Di dalam lelapnya Chiko melihat segalanya, tentang seorang anak lelaki yang perawakannya persis sepertinya, memiliki iris mata dingin berhazel coklat terang seterang sinar rembulan. Persis sekali dengan dirinya.
la melihat derita wanita yang ia cintai. Mengubahnya menjadi wanita dingin yang egois, sehingga putra yang ia lahirkan menjadi bocah yang malang. Darah dagingnya yang tercipta ketika ia mabuk dan memanggil nama wanita lain. Betapa malunya ia sekarang.
Kepercayaan dirinya yang terlalu tinggi, membuat ia salah mengira bahwa Tuhan memberikan kesempatan pada dirinya untuk mengubah takdir buruk yang ia jalani. Kesombongannya membuat ia bertekad untuk membuat Tuhan terkesan.
Bukan karena Tuhan mengasihaninya, tapi Tuhan mengasihi wanita yang penuh derita. Wanita yang ia beri seribu luka, entah berapa milyar air mata yang sudah tumpah karena dirinya.
"Archie akhirnya kamu sadar, sayang." Soraya setengah memeluk Chiko yang terbaring di ranjang rumah sakit. Ia sudah mulai mendengar berbagai suara di ruangan itu.
"Mami khawatir banget Achi, udah dua minggu lebih kamu nggak sadar. Mami mohon jangan lakuin hal bodoh lagi buat akhirin hidup kamu sendiri." Tangis Soraya semakin pecah.
Chiko tertawa dalam hati. Jika ibunya tahu hal buruk apa yang pernah ia lakukan di masa yang dulu, maka ibunya tak akan bersusah payah menangisi pria brengsek seperti dirinya. Siksaan batin yang ia alami belum seberapa jika dibandingkan dengan derita yang membelenggu wanita yang ia cintai. la malu terhadap bocah yang dengan lantang bilang tidak apa-apa jika dirinya menghilang asal ayah dan ibunya bahagia dan kembali bersama.
Chiko terisak dalam tangisnya, meratapi kebodohannya. Membuat dua orang yang ia sayangi terbelenggu dalam luka nestapa. la sungguh malu, ia bahkan dengan pongah kembali mendatangi gadis itu di masa lalu. Seperti yang nenek itu katakan, ia mencurangi takdir dengan sikap pengecutnya.
Bersikap percaya diri kembali ke masa lalu, bersikap seolah ia yang paling menderita. Seakan dirinya yang paling tersiksa, padahal ia adalah pelaku dari segala penderitaan dua orang yang ia sayangi.
Wajah kecil bocah itu terekam jelas dalam memorinya. Mata dingin yang tak ada setitik cahaya pun di iris hazelnya. Punggung bungkuk yang seolah sedang memikul beban berat dan besar melebihi kapasitas tubuh kecilnya yang rapuh.
Terbayang wanita gundah di bingkai jendela. Betapa jahatnya ia yang telah mengubah wanita sabar dan penyayang itu menjadi sosok dingin yang mengerikan. Dadanya seketika sesak tak mampu menahan rasa sakit dan penyesalan yang membuncah.
Soraya terlihat khawatir melihat putranya yang sesak napas. Perawat medis kembali memasang alat bantu pernapasan di sekitar hidung dan mulutnya. Soraya menggenggam tangan putranya dengan erat memberikan kekuatan agar ia dapat bertahan. Lalu ia berbisik pelan di telinga putranya.
"Kamu harus kuat Achi. Shani menunggu kamu. Bukannya kamu mau ketemu dia? Kamu tau, Tuhan memberikan keajaiban untuk menolongnya. Jadi kamu harus bertahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EGO: A Miracle
Fanfictionmy third shanchik story. no desc, just read it. ⚠️B x G⚠️ ⚠️SHANCHIK AREA⚠️ yg gasuka 🚷Dilarang Masuk!🚷