XX

1.2K 190 30
                                    

happy reading!

***

Surai panjang melambai tertiup angin. Manik itu sudah banyak menyimpan pilu dan merasakan abadinya duka. Bersimbah angan tanpa tujuan. Gerimis di hatinya belum kunjung mereda, setelah sekian purnama telah terlewati bersama tetesan air mata yang tak jua mengering.

Saat hati mulai lelah, bibir pun tak lagi sanggup berkata. Di balik bingkai jendela, seorang wanita  menatap langit senja. Sesekali tangan rapuhnya membelai perut yang mulai membuncit. Di dalam sana ada detak jantung lain yang sedang bergelung gelisah. Ada nyawa lain dalam dirinya. Ada benih cinta yang mulai bersemi, menunggu untuk mekar dalam gendongan hangat tangan sang ibu.

Perasaan gundah yang tak dapat ia pahami lagi menuntunnya memasuki labirin yang berliku. Kini ia tersesat dalam kegelapan, cahaya kehidupan tak lagi mampu menerangi binar di matanya.

Semilir angin berhembus menyusup rongga dadanya yang masih terasa perih dan sesak. Hidupnya tak lagi sama setelah ia berpisah dengan lelaki bermata hazel yang selalu ia jumpa ketika larut malam menjelang dini hari.

Cklek

Pintu kamarnya terbuka menampakkan sosok gadis cantik yang parasnya hampir mirip dengan wanita patah hati di bingkai jendela yang sedang berdiri menikmati semilir angin lembut.

"Ci, makan dulu yuk. Angel suapin." Gadis kecil itu kini tumbuh menjadi gadis yang menawan. Ia tak pernah lelah membagi kasih sayangnya kepada sang kakak yang nestapa.

***

Shani memandangi perutnya yang sudah membesar. Membelainya dengan perasaan sedikit ragu. Bisakah kini ia hidup membesarkan nyawa lain sendirian? Mampukah ia kelak menggenggam tangan kecil itu sedangkan dirinya hancur berantakan?

Kenyataan suami yang tak pernah peduli, suami yang tak kunjung pulang, dan suami yang tak mau menghentikan perpisahan yang tak ia inginkan. Kenyataan itu merubah hidupnya, merubah perilakunya, serta memudarkan senyum di bibirnya.

la sudah tak mampu menahan sakit sendirian, ia tak mampu membendung keperihan hatinya yang mendalam. Cintanya terbuang sia-sia, harapan yang ia genggam agar lelaki itu suatu hari melihat ke arahnya kini sirna. Perhatian yang ia harapkan dari lelaki itu telah terkubur jauh. Menjadi pusara yang menyiksa jiwanya.

Selama dua tahun pernikahan tidak bisa dipungkiri jika ia sudah menduga kalau suaminya telah melampiaskan hasratnya kepada wanita lain.  Beberapa kali ia menemukan alat pengaman pria dalam tas kerja suaminya.

Pernah di suatu malam dia berusaha menggoda suaminya dengan lingerie yang sengaja ia pilih. Namun lelaki yang pulang saat larut malam itu hanya mendengus dan memalingkan wajah, lalu mengambil bantal dan selimut memilih untuk tidur di ruang tamu.

Ternyata ia begitu tak berharga, pelacur di luar sana mungkin lebih berharga dari dirinya. la merasa begitu rendah, ia merasa wajah dan tubuhnya buruk sehingga tak bisa menyita pandangan kagum dari mata hazel suaminya.

Saat ia tahu ada satu wanita yang selama ini lelaki itu simpan dalam hatinya, barulah ia mengerti. Lelaki itu tak mau menyentuh wanita yang tidak dia cintai. Shani merasa semakin buruk, ia ingin memberikan kebahagiaan sempurna bukan kebahagiaan fana. Maka dia memutuskan untuk melepas lelaki itu, membiarkan lelakinya memilih kebahagiaan yang ia impikan. Membiarkan lelakinya menempuh jalan yang ia inginkan.

Jalan mereka memang tak pernah searah sedari awal, ia yang egois memaksakan kehendaknya. Menyeret lelaki yang ia cintai ke dalam pusaran derita tak bertepi.

Kini ia menanggung segala luka sendiri. la sudah akrab dengan yang namanya sepi, jadi tak masalah mengorbankan diri untuk melebur bersama sepi. Benih yang dia curi malam itu, tumbuh sehat dalam perutnya. Benih yang tercipta tanpa adanya cinta, benih yang terwujud berdasarkan ilusi atas nama wanita lain.

Sekarang, menyesalkah ia atas kejadian malam itu? la juga tak bisa menerka perasaannya sendiri. la meragu pada hatinya. Beban yang harus ia tanggung, bisakah ia emban?

***

Tangisan yang selama ini takut ia dengar akhirnya memenuhi pendengarannya. Tangan kecil mungil yang menggapai-gapai seolah mencari kehangatan ibunya membuat hatinya tertegun. la ingin menggenggam tangan itu mengarungi arus kehidupan.

Angel membawanya dalam dekapan, memperlihatkan rupa bayi yang tak berdosa. Iris Shani terkejut kala mendapati wajah dan bola mata hazel yang sangat menyerupai lelaki itu. Lelaki yang bahkan tidak pernah tahu dengan adanya bayi mungil yang menggeliat menggemaskan. Shani memalingkan muka, air matanya tetiba jatuh tanpa disadari.

Keanu dan Angel sama terkejutnya dengan respon yang ditunjukkan ibu dari bayi polos yang tampan ini.

"Ci, ayo gendong. Dia anak Cici yang berharga. Jangan diemin dia Ci. Liat, dia lucu banget."

Shani membuang nafas beratnya. Kenapa harus semirip itu dengannya? Bukankah Tuhan akan semakin menyiksanya karena harus melihat lelaki yang telah membuangnya tercetak dalam diri bayi tak berdosa yang harus ia jumpai tiap waktu. la harus menghabiskan sisa hidupnya dalam bayang-bayang semu lelaki itu.

Shani mencoba menepis keraguan yang bergelayut dalam sanubarinya. la mencoba menggendong putranya, darah dagingnya yang selama ini ia kandung dalam duka lara. la tidak ingin membunuh nalurinya sebagai seorang ibu. Ia harus menguatkan hatinya.

Bayi mungil itu kini menghisap air susunya dengan khidmat. Tegukannya terdengar melegakan memenuhi dahaga.

***

Suatu waktu di tengah malam, Shani mencoba menutup kedua telinganya. Suara tangisan bayi memekakkan telinganya. Rasanya dia sudah tak mampu menahan beban yang menghimpitnya.

Angel tergopoh-gopoh menghampiri baby box seraya menggendong bayi malang yang terabaikan. Ia terus menimang-nimang, tapi bayi kecil itu tak mau menghentikan tangisnya.

"Ci, kayaknya Arshano haus dan laper. Cici harus kasih dia asi biar nangisnya berhenti." Ucap Angel

"Stop Angel! Aku udah nggak kuat. Dia nangis terus dari tadi. Aku capek." Shani berseru dengan keadaan murung di atas ranjangnya.

Tak lama Keanu datang membawa sebotol susu formula. Tangisan sang bayi seketika berhenti setelah botol susu itu masuk ke dalam mulutnya. Ia mengemutnya dengan tergesa.

"Papa, Shani mohon jauhin bayi itu. Shani nggak sanggup." Tangisnya pecah, ia histeris. Sang ayah datang memeluknya menenangkan dan berkata jika semua akan baik-baik saja.

Shani mengalami baby blues, ia sering murung dan menangis. Bayi itu terabaikan dari ibunya, bayi itu hanya mampu merasakan pelukan hangat tante dan kakeknya.

.

Sebulan sudah berlalu, tapi kondisi Shani tak kunjung pulih. Baby blues yang ia alami berlanjut makin parah, menjadi postpartum depression, yaitu depresi pasca persalinan.

Shani benar-benar berubah. la seakan tak peduli dengan bayi yang ia lahirkan. Tekanan batinnya semakin parah. la lebih banyak diam, murung dan sering menangis tanpa sebab.

Sebab keadaannya itu, Keanu membawa Shani untuk menjalani psikoterapi secara rutin. Lambat laun, kondisinya mulai membaik. la kembali bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Namun sayang, ketidak peduliannya pada sang buah hati tidak berubah sama sekali. Ia masih mengabaikan Arshano seakan putranya itu tak pernah ada dalam hidupnya.

***
stay tuned

.
270423

THE EGO: A MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang