.
.
.
.
.
Setelah hari dimana mereka pergi ke bukit bintang, Vion terlihat semakin dekat dengan Vier. Bahkan Dimas pun jadi tidak pernah mencari gara-gara dengan mengomentari apa yang Vion lakukan.Semua terlihat berjalan lancar, seperti hari ini. Eyang Asih sudah memasak sayur bayam dan ayam goreng untuk sarapan Vier, Vion, San dan Dimas, tapi ternyata Kaivan dan Arka ikut sarapan disana.
"Habis ini ke belakang yok Yon, mancing." Vion yang memang suka memancing hanya mengangguk mengiyakan.
"Kai, tapi Arka sama Kian kan mageran kalau diajak mancing." Kaivan tersenyum licik pada Hanan.
"Apa gunanya ada Vion, biar Vion yang ajak. Di jamin mereka gak akan nolak." Hanan akhirnya mengangguk paham, karena Arka dan Kian itu akan melakukan apapun untuk melihat senyum Vion.
"Kalian ngajak mancing, udah bawa pancingan emang?" Baik Kaivan mau pun Hanan langsung menggeleng.
"Ya udah habis ini kalian ambil alat pancing, biar aku yang kabarin Kian sama Arka."
"Kalian mau mancing dimana?" San dan segala rasa penasaran nya kembali membuka suara.
"Di sungai belakang, mau ikut?" Vion langsung melirik Hanan yang mengajak San, dan otomatis Vier dan Dimas juga akan ikut.
"Ikuttt!!!" Vion menghela nafas saat mendengar itu, semoga saja hari ini juga berakhir baik seperti sebelumnya.
"Boleh kan Yon?" Vion terkejut saat San tiba-tiba bertanya padanya.
"Ya terserah kalian, tapi hati-hati."
.
.
.
.
.
Vier menatap sungai dengan air jernih yang menjadi tempat memancing mereka, memang tidak jauh dari rumah. Bukan hanya Hanan dan Kaivan yang membawa alat pancing mereka, karena Arka, Kian bahkan Vion juga membawa joran pancing mereka.Vier, Dimas dan San bukan anak yang suka memancing ikan, jadilah mereka hanya melihat sambil sesekali bermain air.
"Mas, duduk aja sih, jangan main air." Vier merengut saat Vion tiba-tiba menegurnya.
"Yah masa mas harus diem disini sih dek, main nya gak akan jauh-jauh kok." Vion langsung menggeleng saat Vier bersikeras ingin bermain air.
"Bahaya mas." Vion bukan tidak ingin Vier bermain, hanya saja dia takut jika sampai ada apa-apa dengan kembaran nya itu.
"Udah biarin aja sih Yon, lagian sungainya gak dalem juga, alay kamu." Vion mendengus kesal saat Dimas tiba-tiba menyahut.
"Mau dalem atau gak, kalau sampai ada keplesetnya pasti aku lagi yang kena!" Vier, Dimas dan San terkejut saat Vion menaikan nada suaranya.
"Ya kamu itu aneh! Mas nya mau main kok malah gak boleh!" Vion menatap datar pada Dimas, tatapan yang sudah beberapa hari ini tidak Vion tunjukan.
"Terserah."
Dimas tidak peduli dengan Vion dan segala larangan, bahkan saat Vion sudah menunjukan wajah datar pun Dimas tetap menarik Vier untuk bermain air.
Vier yang memang dasarnya ingin bermain pun menurut, tanpa peduli dengan larangan Vion dan segala ketakutan yang tengah Vion rasakan.
"Yon." Hanan beberapa kali memperhatikan Vion yang terlihat cuek namun sama sekali tidak melepaskan pandangannya dari Vier. Hanan tau apa yang di takutkan oleh pemuda mungil itu.
"Dim, Vi, hati-hati, batunya lic-"
Sret
Byur
Belum sempat Hanan menyelesaikan ucapannya, Vier sudah terpeleset dan jatuh ke sungai. Memang tidak membuat Vier tenggelam atau lebih parahnya terserat arus, tapi mampu membuat Vier meringis kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Fanfiction"Sejak kecil, aku selalu melihat hal yang berbeda. Apa yang ada pada ku atau pada mas itu juga berbeda. Aku ada tapi tidak terlihat, mau seberapa sering dan seberapa parahnya aku terluka, ayah dan bunda tidak akan pernah peduli. Mereka hanya akan pa...