07. Rencana liburan

873 103 7
                                    


.
.
.
.
.
Vion menatap lekat Vier yang tengah bermain di kolam renang bersama Dimas juga San, Vion tidak melihat kehadiran Hanan sejak pagi tadi.

Diam-diam Vion mengulas senyum tipis, jika bisa dia juga ingin ada di sana bersama Vier. Tertawa lepas sama seperti saat mereka kecil dulu, namun Vion harus di sadarkan oleh syarat yang mengatakan jika dia tidak boleh berdekatan dengan Vier.

"Kapan aku bisa ketawa sama mas kayak gitu ya?" Vion bergumam lirih, lagi pula di kamarnya tidak ada orang lain, dan tidak mungkin ada yang masuk juga.

"Sshhh..." Vion sedikit menekan perutnya saat merasakan sakit.

"Ck, ke rumah kian aja deh." Vion dengan cepat mengambil jaket, dompet juga ponselnya. Lagi pula apa yang akan dia lakukan dikamar seharian saat hari libur begini.

"Rasanya anak ayah sama bunda cuma mas doang deh." Vion kembali bergumam pelan saat melihat foto-foto yang terpajang di rumah itu, foto Vier terpajang dengan sangat lengkap, sedangkan foto nya hanya sebatas foto bayi juga fotonya bersama Vier, selebihnya tidak ada.

"Vion mau kemana?" Vion yang baru saja akan melangkah keluar langsung berhenti, pemuda itu hanya melirik tanpa niat menoleh pada Vier.

"Ke rumah Kian." Vier langsung merengut saat mendengar ucapan Vion, pemuda itu bergegas mendekati Vion dan merangkul pundaknya.

"Sshh...lepasin!" Vier terpaku saat melihat Vion melepaskan rangkulannya dengan kasar. Hal itu tidak luput dari perhatian Dimas juga San.

"Biasa aja dong ngelepasinnya! Kasar amat." Vion tidak memberikan respon apapun pada Dimas, justru pemuda itu segera beranjak pergi.

"Sumpah ya Vi, kenapa sih kamu punya adek kurang ajar kayak gitu?! Kalau aku jadi kamu sih udah aku buang adek kayak gitu!" Vier tidak menghiraukan ucapan Dimas, dan hanya menatap nanar pada punggung Vion yang semakin menjauh.

"Aku mau ikut Vion, kalian ikut gak?" Bukannya Vier tidak mendengar ucapan Dimas, namun kali ini dia tidak ingin kesal pada sahabatnya itu.

"Tunggu-tunggu, maksudnya kita ikut Vion ke rumah Kian?" Vier mengangguk, namun hal itu membuat Dimas dan San bingung.

"Tapi kan kita gak tau rumah nya Kian Vi." Vier menggeleng.

"Tapi Hanan tau, kita ajak Hanan." San akhirnya hanya bisa menghela nafas panjang.

"Terserah kon ae Vi!"
.
.
.
.
.
Hanan cukup terkejut saat Vier tiba-tiba datang dan mengajaknya ke rumah Kian, dengan alasan jika Vion sudah berangkat kesana.

"Vi, nanti Vion marah loh kalau kamu nyamperin kesana." Vier menggeleng.

"Ayo lah Nan, anterin kesana. Aku kan ya pingin sekali-sekali kalau libur gini ngumpul sama Vion." Hanan menatap San yang hanya mengedikan bahunya.

"Tapi nanti aku gak ikut-ikut kalau Vion marah yo." Vier mengangguk semangat.

"Yo wes, sek aku tak ganti baju." Hanan terpaksa mengikuti kemauan Vier, tapi sebelum mereka benar-benar kesana Hanan sudah lebih dulu menghubungi Kaivan, mengatakan jika dia dan tiga temannya akan ke rumah sepupunya itu.

"Sek, sebelum berangkat janji dulu sama aku. Jangan ada yang mancing ribut disana. Ngerti Dim?" Dimas menatap Hanan aneh.

"Lah kok aku? Emang aku biang keributan ta? Tuh adeknya Vier yang hobi cari ribut!" Hanan menatap datar pada Dimas, sedangkan San dan Vier sudah memasang wajah tidak enak.

"Sekarang aku tanya ke kon ya Dim, emang Vion ngapain? Dia cuma diem, tapi kon kepancing. Sekarang yang cari ribut sopo sebener e?" Dimas diam tanpa bisa mengelak, memang selama ini dia yang selalu terpancing oleh sikap cueknya Vion.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang