.
.
.
.
.
Kabar jatuhnya Vier dari tangga sekolah jelas membuat seisi sekolah geger, terutama Hanan yang ternyata tidak bisa langsung menyusul ke rumah sakit karena harus mengurus hal itu dengan pihak sekolah.Hanan baru bisa menyusul setelah pulang sekolah, itu pun karena diantar oleh Kaivan yang tidak ingin sepupunya ikut celaka jika membawa mobil sendiri.
"Tenang dulu Nan, San udah bilang kalau Vier gak papa kan." Hanan hanya mengangguk, memang kabar terakhir yang dia dapat dari San adalah Vier baik-baik saja.
Meskipun luka di kepalanya perlu mendapat jahitan tapi tidak parah, begitu juga kaki nya yang hanya terkilir.
"Tapi aku khawatir Kai." Kaivan mengangguk, begitu juga Arka. Keduanya tau jika Hanan memang menyayangi si kembar sama besar.
"Kai, Vion udah di kasih tau?" Kaivan menggeleng.
"Kita sengaja gak kasih tau Vion, dia juga lagi sakit. Tau sendiri meskipun kelihatan cuek, Vion itu sayang banget sama Vier. Dia bisa aja langsung pergi ke rumah sakit begitu dia denger." Hanan menghela nafas panjang, Kaivan benar.
"Lagi pula, kita juga takut kalau Vion bakal ketemu orang tua nya. Mereka udah nyakitin Vion kayak gitu kemarin." Hanan terdiam, dia menjadi saksi hancurnya Vier saat menelpon nya kemarin, juga hancurnya Vion.
"Kita lihat Vier sebentar, nanti aku ikut ke rumah kalian." Kaivan hanya mengangguk.
"Kamu jadi ajak Vion ke tempat om Okta Nan?" Hanan mengangguk kecil.
"Iya, papa juga udah ngingetin aku tadi. Aku harap semua baik-baik aja."
.
.
.
.
.
Bumi dan Maria langsung ke rumah sakit begitu mendengar kabar dari sekolah, mereka panik karena anak kesayangan mereka terluka."San, Dimas, Vier gimana?" Kedua sahabat itu langsung berdiri begitu melihat kedatangan Bumi dan Maria.
"Vier udah gak papa tante, tinggal tunggu sadar aja." Maria mendekati Vier yang tengah terbaring di ranjang rumah sakit.
"Dimas, San, terima kasih sudah menemani Vier di rumah sakit ya." Dimas dan San mengangguk.
"Kalian lihat Vion? Kenapa dia gak ikut nganter mas nya ke rumah sakit?" San langsung melirik ke arah Dimas.
"Oh Vion tadi sudah kesini om, tapi buru-buru pulang. Dia bilang takut ketemu om sama tante, takut di pukul om Bumi." Bumi dan Maria terkejut mendengar jawaban San, begitu pula Dimas.
Dimas menatap San bingung, kenapa San harus berbohong soal Vion. Padahal adik kembar Vier itu sama sekali tidak datang ke rumah sakit, hanya Hanan, Kaivan dan Arka yang mampir ke rumah sakit tadi.
"Om, kalau gitu San sama Dimas pamit dulu." Bumi hanya diam, terutama saat melihat Dimas mengikuti langkah kaki San keluar dari ruang rawat.
"Anak sialan!" Bumi hampir saja melangkah keluar saat suara halus Maria terdengar.
"Percuma kalau kamu cari anak itu di rumah, dia sudah ku usir kemarin."
.
.
.
.
.
Hanan menatap lekat pada Vion yang duduk di sebelahnya, mereka tengah menunggu Okta yang sedang memeriksa pasien.Sesuai janji, Hanan membawa Vion untuk ke klinik sang ayah. Hanan tau jika hasil pemeriksaan Vion kemarin tidak baik-baik saja, karena Hanan melihat wajah murung papa dan mama nya setelah mereka membahas Vion semalam.
"Hanan." Hanan langsung menoleh dan menatap lekat pada Vion yang meremas tangannya.
"Kenapa?"
"Aku takut Nan, dari tadi perasaan ku gak enak." Hanan hanya tersenyum tipis sambil mengelus kepala Vion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Fanfiction"Sejak kecil, aku selalu melihat hal yang berbeda. Apa yang ada pada ku atau pada mas itu juga berbeda. Aku ada tapi tidak terlihat, mau seberapa sering dan seberapa parahnya aku terluka, ayah dan bunda tidak akan pernah peduli. Mereka hanya akan pa...