.
.
.
.
.
Perubahan Vier membuat mereka semua terkejut, terutama saat mereka mendengar jika orang tua Vier dan Vion memutuskan untuk berpisah.Dua orang yang selama ini terlihat harmonis dan romantis ternyata memutuskan berpisah dengan alasan terlalu banyak perbedaan.
"Vi, kamu gak papa?" Vier mengangguk, saat ini dirinya tengah ada di gazebo belakang rumah eyang Asih, duduk di tempat favorite Vion.
"Vion tau soal ini?" Vier menggeleng pelan.
"Ayah sama bunda, langsung pulang begitu Vion datang. Vion belum tau soal itu, aku harus gimana Dim, San?" Kedua sahabat nya itu saling memandang dengan bingung.
Grep
"Kamu gak sendiri kok Vi, ada kita disini. Mungkin itu jadi pilihan terbaik buat orang tua kamu saat ini." Diman mencoba menenangkan Vier saat melihat wajah sedih sahabatnya itu.
"Cepat atau lambat, kon harus kasih tau ke Vion soal ini Vi, jangan sampai dia denger dari orang lain." Vier mengangguk. Setelah Vier menangis di pelukan Vion tadi, Vion langsung pergi keluar, katanya dia akan ke rumah Kian.
"Aku bingung mau bilang gimana San, ayah sama bunda minta Vion tinggal sendiri." Ucapan lirih Vier jelas membuat Dimas dan San terkejut.
"Maksud mu apa Vi?" Vier menatap Dimas lekat.
"Dari awal, ayah sama bunda cuma minta aku buat milih mau tinggal sama siapa, sedangkan ayah bilang kalau Vion bisa tinggal sendiri." San mengalihkan pandangannya dari Vier yang mungkin akan kembali menangis.
"Kok? Udah-udah jangan di pikirin dulu soal itu, sekarang kamu tenangin diri mu sendiri dulu."
.
.
.
.
.
"Yon, kenapa?" Kian yang melihat Vion hanya diam sambil memeluknya akhirnya bertanya."Kian."
"Hm?"
"Nanti kalau habis liburan aku tinggal sama kalian gak papa?" Kian mengernyit sebelum melepas paksa pelukan Vion.
"Ada apa?" Vion menunduk.
"Xavion?"
"Ayah sama bunda mau pisah, mereka cuma minta mas Vier buat milih ikut siapa. Aku boleh tinggal sama kalian kan?" Kian terkejut mendengar ucapan Vion sebenarnya, tapi akhirnya mengangguk.
"Boleh, kamu boleh tinggal sama kita." Vion tersenyum tipis namun itu justru membaut Kian merasa kesal.
"Kamu sakit yo?" Vion buru-buru menggeleng.
"Yakin?" Vion kali ini mengangguk.
"Terus kenapa badan ku anget?" Vion terdiam saat Kian mengatakan itu.
"Sek, ayah mu kemarin di rumah kan?" Vion kembali mengangguk.
"Di anuin lagi gak?"
"Udah di obati sama Hanan, semalem aku nginep di rumah Hanan." Kian yang penasaran beralih mengangkat kaus Vion.
"Ya tuhan Yon, sampe begini." Vion hanya tersenyum sendu.
" Gak papa Yan, udah biasa kok." Kian berdecak kesal.
"Ya udah sini tiduran, nanti aku minta Kaivan sama Arka kesini." Vion mengangguk dan membuat posisinya menjadi miring.
"Kian, mama lagi bantu papa di kios ya?" Kian mengangguk.
"Iyo, kenapa toh?" Vion menggeleng.
"Jangan cerita ke mama atau papa yo Yan." Kian mengangguk.
"Iyo, gak bakal cerita, wes sana tidur. Atau mau tak bikinin makan?" Vion menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Fanfiction"Sejak kecil, aku selalu melihat hal yang berbeda. Apa yang ada pada ku atau pada mas itu juga berbeda. Aku ada tapi tidak terlihat, mau seberapa sering dan seberapa parahnya aku terluka, ayah dan bunda tidak akan pernah peduli. Mereka hanya akan pa...