Kiara berjalan cepat menuju perpustakaan, hatinya tak tenang karena mengingat perkataan yang ia ketik sangatlah bodoh, seharusnya dia bertanya dulu akan hal itu dan tidak asal ketik saja. Sebenernya Kiara sudah termakan emosinya, sejak tadi William seperti menghindar darinya, untuk itu kenapa Kiara merasa kalau William sedang berselingkuh di belakangnya.
Padahal belom ada seminggu mereka resmi berpacaran, ia kembali menghela nafas saat sampai di ambang pintu perpustakaan, tempat di mana jarang sekali di jamah oleh para siswa. Mereka lebih suka nongkrong di kantin belakang, taman belakang, atau di rooftop. Perpustakaan bukanlah tempat yang akan di incar oleh banyak siswa, mungkin itu alasan kenapa William datang ke sini hanya untuk tidur tapi menurut Kiara itu tidak akan mungkin terjadi untuk William.
Sebelum menerima William, Kiara tentu mencari tau tentang William sebenernya dengan di bantu Gaby, setelah ia tau bahwa William bukanlah siswa yang suka membuat onar dan lainnya, ia pun percaya itu.
Meskipun hatinya berkata jangan terlalu percaya, tapi ia tetap percaya karena mana mungkin bayi bisa membuat onar seperti itu.
Ia kembali melangkahkan kakinya menelusuri setiap rak buku yang ada di perpus ini, sepi sekali fikirnya karena penjaga perpus yang biasa ada di dekat pintu pun tak ada, apa mungkin ada yang menyewa perpus ini?
Tak mau ambil pusing ia pun langsung saja mencari di mana keberadaan kekasihnya itu tentu saja dengan waktu yang tak lama untuk menemukan William, benar apa yang Gaby katakan bahwa William tengah tertidur.
Perlahan Kiara menarik satu kursi yang ada di sebelah kanan William, ia tak ingin membuat kekasihnya itu terbangun.
"Kenapa?" Suara berat itu terdengar tanpa si empunya suara membuka mata, Kiara kesal saat William mengatakan itu.
Pasalnya suara William terdengar dingin sekali kepadanya, ia tak suka, kenapa William begitu? Apakah ia melakukan kesalahan? Ini baru awal kenapa rasanya William tengah marah kepadanya?
"Sayaaaang."
"Hm."
"Kamu kenapa? Masih gak enak badan kah?"
"Enggak."
"Terus kenapa?"
"Gak papa."
"Tadi keruangan BK ngapain aja? Terus aku liat sebelumnya kamu ada ngobrol sama kakel itu tuh aduh siapa ya namanya.. eum... Isa! Nah kak Isa tuh, ada apa kamu sama dia? Perasaan gak ada interaksi deh sebelumnya juga."
Tidak ada jawaban dari William, hening. Kiara mulai kesal, ia tak suka di cuekin seperti ini, asal kalian tau kalau laki-laki yang deketin Kiara akan memperlakukannya layaknya seperti seorang ratu, tapi untuk kali ini malah tidak.
Kiara menghela nafas kasar."pas masuk, kamu gak ada nyapa aku, pas aku mau nyamperin kamu, kamu malah pergi. Kamu menghindar gitu, aku punya salah? Atau kamu ada orang lain? Jawab deh, aku tuh pusing tau kamunya gitu sedangkan akunya kangen banget sama kamu! Liat orang lain yang ngedeketin aku mana pernah nyuekin aku kek gini, ngehindarin aku kek gini, bahkan mereka leb-"
"Pacaran aja sama yang ngedeketin kamu kalo gitu."
William mulai membuka matanya dan menatap tajam kepada Kiara, ia terdiam saat melihat sorot mata William. Benar adanya dia sedang marah, tapi kenapa?
"Kamu tuh ya!"
"Apa?"
"Kita ini baru aja jadian loh, baru jalan udah ada aja yang jadi masalah, aku gak ngerti. William, aku bukan cenayang jadi kalo semisal aku ada salah satu gimana, aku minta maaf, ak-"
"Kamu sedekat apa sama Jevan?"
"Hah?" Kiara bingung, kenapa tiba-tiba William menanyakan hal itu?
"Sedekat apa kamu sama dia sampai ngobrol aja pake 'aku-kamu' ya.. kayak orang yang lagi pacaran."
"Bentar, kamu gak lagi cemburu kan?"
"Enggak." Tatapan William langsung ia buang ke luar jendela, Kiara terkekeh pelan ketika menyadari kalau kekasihnya itu tengah terbakar api cemburu.
Menggemaskan, pikirnya.
"Sayang, kayaknya aku harus ngasih tau ini deh, biar kamu gak cemburuan mulu."
"Hm?"
"Jevano itu anak temen mama aku, kita udah bareng-bareng dari kecil, terus mama juga sering nitipin aku ke dia. Ya suruh jagain gitu lah, jadi keterusan sampe sekarang. Tapi aku bingung sih, kenapa ya aku gak pernah ada rasa ke dia, kayak apa ya? Eum.. ya rasa sayang aku ke dia itu cuman sebatas adik ke seorang kakak aja, tapi kalo ke kamu beda." Kiara menangkup kedua pipi William.
"Beda?"
"Iya sayang, beda, bedanya apa ya.. bedanya gini.."
Chup~♡
Kecupan itu jatuh tepat di bibir William yang kini terdiam seribu bahasa dengan ekspresi yang membuat Kiara tertawa, iya benar William salbrut alias salting brutal.
"Ngerti kan?"
William menggeleng.
Chup~♡
Satu kecupan lagi mendarat kembali di bibir William, Kiara tersenyum. Ia sebenernya kurang bisa mendeskripsikan apa yang ia rasakan saat bersama William jadi lebih baik ia tunjukkan dengan aksi saja, seharusnya sampai sini William sudah mengerti, tapi untuk seukuran lelaki yang tak pernah berpacaran, apakah bisa ia mengerti?
"Aku sayang sama kamu, sayang banget meskipun waktu untuk kita mengenal satu sama lain itu terbilang sangat singkat. Aku mau kamu selalu ada, apa ya.. gak ngeliat kamu sehari aja tuh kayak berasa gak ketemu kamu selama 5 abad! Lebay sih tapi emang gitu! Kamu harus tau kalo aku kangen sama kamu! Kangen di peluk! Aku suka di peluk sama kamu! Kamu gak mau meluk aku apa?"
William tersenyum dan langsung merentangkan kedua tangannya."hug?"
"HM! HUGGY HUGGY!" Ia memeluk Kiara dengan sangat erat, rasanya memang benar, ia jatuh cinta kepada wanita yang ingin ia jaga.
Kadang kita gak bisa milih mau jatuh sama siapa, cinta itu random, bisa datang ke siapa aja, contohnya William yang tak ada niatan untuk jatuh kepada Kiara, begitu juga baliknya malah mereka sama-sama jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream (Winrina ver) [END]
Fanfiction(bxg - gxg) (NASKAH AU) Ketika mimpi itu menjadi kenyataan apakah seorang bisa merubahnya? apakah dia berhasil melindungi seseorang yang paling berharga dihidupnya? { twt : @spiderpaw_ }