113. end

711 83 6
                                    

Begitu banyak chat yang William kirimkan dan hanya di baca saja, Kiara tak membalas satupun pesan yang ia kirimkan dari beberapa menit yang lalu, itu membuatnya sangat frustasi.

William terus mencari Kiara didalam gelapnya sekolahan ini, dengan berbekal cahaya dari ponselnya. William sekuat tenaga mencari dimana keberadaan Kiara, air matanya terus saja mengalir dan dirinya juga terus berharap agar Kiara tidak melakukan hal yang buruk.

Feeling saja jika Kiara ada di sekolah ini, bukan semata-mata hanya karena mimpinya saja tapi setau dirinya gedung yang bisa di akses dan dekat dari sini hanya sekolahnya saja, siswa bisa masuk sesuka mereka ke dalam gedung sekolah ini. Tidak ada penjaganya? Tentu saja ada, untuk itu perlu sekali hati-hati saat masuk kedalam gedung sekolah ini.

Setelah sekian lama mencari akhirnya William melihat bayangan dijendela, tidak terlalu jelas kelihatanya kalau itu adalah Kiara tapi sayangnya William sangat yakin kalau itu adalah Kiara.

William langsung menghampiri wanita yang sedang berada dijendela itu.

"Kiara.."

Kiara membalikkan tubuhnya, menatap mata William yang sudah berair itu."kamu kenapa?"

"Sakit kah? Muka kamu lebam dan banyak luka gini."

"I'm fine William, ini gak ada yang sakit sama sekali kok."

William menyentuh pipi Kiara, dingin, air matanya langsung keluar saat tangannya menyentuh pipi wanita yang ia cintai itu."mereka sejahat ini sama kamu ya? Maaf, maaf aku gak dateng di saat yang tepat."

"Sstt... Kamu dateng di saat yang tepat kok, gak papa, semua manusia memang sejahat itu. It's ok William." Kiara memeluk William, pelukan yang terasa sangat dingin itu membuat William menangis.

'The feeling that I’m losing her forever'

William menggeleng dengan cepat."don't leave me alone, please.. i love you so much, please Kiara don't go."

"I'm stay, sayang. Jangan takut ya? Aku bakalan ada disini, dihati kamu, selamanya." Kiara menyentuh dada William dan itu membuat William berfikir bahwa Kiara benar-benar akan meninggalkan dirinya, tidak, dia tidak mau.

"Hp kamu kemana? Aku chat kenapa cuman di read?"

"Ada di atas meja, aku mau chat kamu tapi liat deh bulan lagi nongol gitu, padahal hujan deres begini tapi ajaib banget ada bulan."

William mengikuti arah pandang Kiara, bulan muncul di tengah hujan yang deras bahkan langitnya pun tampak cantik di tengah hujan yang terus mengguyur kota ini. Ia beralih menatap wanita yang ada di sampingnya, pucat sekali.

"Kita pulang yuk? Muka kamu luka dan tangan kamu dingin banget bahkan muka kamu pucat banget, ayo pulang ya?"

Kiara menggeleng."aku gak mau pulang."

"Sayang.."

"Aku masih mau liat bulan sama kamu, liat deh bulannya lagi cantik banget masa iya kamu lewatkan."

"Kamu jauh lebih cantik dari pada bulan itu, untuk apa aku liat bulan itu kalo aku punya kamu?"

Kiara kembali menatap kekasihnya itu, tangannya menghapus air mata yang tak juga berhenti itu."ututututu my superhero kok nangis sih, udah ya jangan nangis lagi. Terakhir kamu nangis pas kamu sakit kan? Waktu itu aku mau tinggal sebentar ke dapur terus kamu nangis kenceng banget."

"Don't go, please."

"I say, i'm stay William."

William menggeleng."kamu bakalan pergi, i feel it. Kalo kamu pergi maka aku juga bakalan ikut kamu, aku gak peduli sama yang lainnya, kebahagiaan aku ada di kamu, kalo kamu pergi.. I don't have happiness anymore, Kiara.."

Dream (Winrina ver) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang